KEGIATAN PENCETAKAN SAWAH AGAR LEBIH TERKOORDINASI

KEGIATAN PENCETAKAN SAWAH AGAR LEBIH TERKOORDINASI

PERMINTAAN PRESIDEN :

Presiden Soeharto minta supaya kegiatan pencetakan sawah dilakukan secara lebih terkoordinasi lagi. Dengan demikian lebih banyak lagi jumlah sawah yang dicetak sehingga produksi beras lebih dapat ditingkatkan lagi.

Permintaan Kepala Negara ini disampaikan kepada Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Pangan Ir.Wardoyo yang datang melapor ke Bina Graha, Selasa kemarin.

Menurut Wardoyo, kemajuan pencetakan sawah pada saat ini memang belum seperti yang diinginkan.

Target Repelita III yang diharapkan sebesar 350.000 hektar, sampai akhir Januari lalu baru mencapai 146.498 hektar. Sehingga sampai akhir Pelita Ill (akhir Maret 1884) diperkirakan hanya akan mencapai 200.000 hektar, dan masih akan sisa 150.000 hektar lagi.

Keterlambatan ini antara lain disebabkan karena kurangnya koordinasi antara para pelaksananya.

Kadang-kadang areal sawah sudah dicetak tapi saluran tersiernya belum ada. Namun menurut catatan Kompas, ada juga keluhan, saluran tersier sudah ada, tapi tidak berfungsi karena areal yang harus diairi tidak ada.

Selain itu juga disebabkan karena kemauan petani untuk mencetak harus lebih didorong lagi. Sering kali irigasi ada tapi mereka enggan mencetak sawah karena ada sumber pendapatan lain yang lebih mudah.

Terjebak Tengkulak

Mengenai target Repelita Ill yang sampai Januari sebesar 146.498 hektar menurut Wardoyo, antara lain di daerah Sumatera Utara seluas 17.737 hektar, Lampung 11.412 hektar, Kalsel 10.619 hektar, Sulut 14.220 hektar, Jawa Barat 15.331 hektar dan Jawa Timur 5.756 hektar.

Dari jumlah 146.498 hektar yang sudah dicetak, 79.016 hektar yang menggunakan kredit bank (BRI) sedangkan 67.482 hektar lainnya tanpa kredit.

Dalam hal ini Presiden Soeharto memberi petunjuk, kalau memang petani lebih bergairah mencetak sawah tanpa kredit maka hal ini harus terus didorong atau dengan kata lain, kegiatan Inmas (intensivikasi massal) supaya lebih ditingkatkan lagi.

Namun menurut Wardoyo, yang menjadi pertanyaan sekarang, apakah meningkatnya kegiatan Inmas tersebut karena petani memang sudah mampu dan tidak membutuhkan kredit lagi, ataukah karena mereka masih mempunyai tunggakan kredit sehingga belum boleh meminta lagi.

Dikatakan, sebagian petani terutama petani penggarap pada musim hujan memerlukan kredit. Tetapi tidak bisa dilayani BRI karena masih menunggak. Karena itu ada yang lalu meminjam dari KUD, perorangan, atau dari Kelompok Tani dan sebagainya yang meminjam dari perorangan, tidak jarang yang terjebak tengkulak. Pinjaman harus dikembalikan dalam bentuk uang dengan bunga tinggi, atau dengan gabah kering yang jumlahnya tidak sedikit.

Sehubungan dengan ini Presiden Soeharto mengharapkan agar KUD bisa lebih berperan membantu anggota-anggotanya. Kalau tidak bisa sendiri, supaya bekerja sama dengan kelompok-kelompok tani yang ada.

Anggaran Pemerintah

Namun menurut Menmud Wardoyo, ia akan membicarakan dengan Menteri Keuangan supaya pencetakan sawah yang sekarang dananya disediakan dari paket kredit, untuk selanjutnya disediakan dari anggaran pemerintah.

Mengenai sisa target Repelita III sebesar 150.000 hektar menurut Wardoyo, akan dimasukkan dalam target Repelita IV.

Target Repelita IV sendiri dikatakan, sebesar 350.000 hektar, “Karena itu perlu persiapan yang lebih baik dalam sinkronisasi pengairan, kegiatan agraria dan sebagainya,” tambahnya. (RA)

Jakarta, Kompas

Sumber : KOMPAS (21/03/1984)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 682-683.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.