KEKUATAN YANG KONSTRUKTIF
Jakarta, Pelita
Hari ini, yang perlu disadari adalah, kita sudah berada dalam proses waktu yang lain. Tidak lagi dalam situasi tahun 1989 , melainkan sudah dalam situasi tahun baru, tahun 1990. Tatapan jiwa kita sudah harus ke depan. Apa yang akan kita lakukan tahun ini pada hakekatnya merupakan melanjutkan bahkan meningkatkan apa yang telah kita lakukan pada tahun lalu. Demikian pula apa yang akan kita lakukan pada tahun 1990 ini hakekatnya akan menjadi pijakan yang lebih kokoh untuk apa yang akan kita lakukan tahun berikutnya. Begitu seterusnya.
Pada Minggu malam, kita ikut menalar apa yang dikatakan oleh Kepala Negara melalui pesawat televisi. Pidato akhir tahun beliau sungguh menggugah hati. Presiden berkata bahwa semua hasil yang dicapai bangsa Indonesia sama sekali tidak datang dengan begitu saja, tetapi melalui berbagai langkah penyesuaian untuk mengatasi tahun-tahun yang sulit dan berat.
Kemajuan yang telah dicapai terutama tergambar dalam kemajuan-kemajuan di bidang ekonomi. Perusahaan-perusahaan Indonesia banyak yang tumbuh menjadi besar. Dalam proses selanjutnya perusahaan-perusahaan besar ini tidak perlu kita tahan perkembangannya.
Perusahaan-perusahaan besar dapat digunakan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Sementara yang masih kecil dan belum mampu hendaknya diberi dorongan terus menerus agar menjadi lebih besar dan lebih maju. Begitulah dinamika yang ingin diciptakan untuk meraih kemajuan-kemajuan di tahun-tahun mendatang.
Ajakan renungan pengalaman tahun silam oleh Presiden Soeharto dijadikan semacam motivasi untuk melanjutkan tugas bersama. Sebab tantangan tahun mendatang tidak kalah beratnya dengan tahun lalu atau bahkan mungkin lebih berat lagi.
Tantangan lebih berat bukan berarti kehidupan pada masa datang akan bertambah sulit. Tentu ada perbedaan persepsi menanggapi kurun waktu mendatang ini. Mereka yang memikul jiwa pesimistis hanya akan melihat hal-hal yang berat dan sulit saja.
Yang berat dan bertambah sulit hanya akan memberinya beban putus asa, lantas ia tidak berbuat apa-apa. Karena tidak berbuat apa-apa maka tantangan semakin dirasakan bertambah berat dan bertambah sulit. Putus asanya pun semakin menjadi-jadi.
Sebaliknya mereka yang berjiwa optimistik, melihat tantangan semakin berat dan sulit justru menjadi tantangan yang menggairahkan. Jiwa mereka akan selalu berkata, tidak ada tantangan yang berat dan sulit yang tak dapat diatasi. Justru tantangan ini yang akan memberi harapan kemajuan.
Sebab pada hakekatnya antara tantangan dan kemajuan itu mempakan satu kesatuan yang saling memacu. Setiap tantangan melahirkan kemajuan dan setiap kemajuan akan melahirkan tantangan baru dan tantangan baru juga akan melahirkan kemajuan baru. Begitu seterusnya. Dan itulah dinamika kehidupan masyarakat yang ideal.
Hanya masalahnya kemudian adalah bagaimana dinamika masyarakat ini menciptakan kekuatan-kekuatan yang konstruktif yang sekaligus. merupakan potensi riil milik bangsa ini, sebagai potensi yang menyatukan kekuatan pemersatu bangsa.
Kekuatan yang konstruktif, khususnya di bidang ekonomi memerlukan suatu kondisi yang menyegarkan. Kondisi yang dimaksud adalah ditingkatkannya lagi kondisi keterbukaan.
Bangsa ini harus menjadi lebih dewasa. Kedewasaan suatu bangsa baru bisa terwujud bila di sana ada kondisi keterbukaan yang dapat memberi peluang kepada siapa saja untuk melakukan hal-hal yang konstruktif Debirokratisasi dan deregulisasi merupakan langkah yang paling tepat selama ini. Dan untuk tahun 1990 ini upaya-upaya memberi peluang harus lebih dikondisioningkan lagi.
Perusahaan-perusahaan kecil dan masih lemah menjadi prioritas pembinaan sehingga jadilah semua yang ada, baik perusahaan-perusahaan yang sudah besar kemudian disusul perusahaan-perusahaan kecil dan lemah menjadi besar dan kuat maka di sanalah akan tercipta kekuatan-kekuatan yang konstruktif bagi kelanjutan pembangunan ini dan juga kelanjutan kehidupan bangsa ini. Semoga tahun 1990 memberi harapan tersebut. (SA)
Sumber: PELITA(02/01/1990)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XII (1990), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 24-26.