Pidato Akhir Tahun Presiden Soeharto : DASAWARSA MENDATANG KANDUNG TUGAS BESAR BAGI BANGSA KITA
Jakarta, Pelita
Presiden Soeharto mengatakan, dasawarsa yang akan datang mengandung tugas besar bangsa Indonesia, karena dalam dasawarsa itu akan mulai dimasuki proses tinggal landas. Dasawarsa yang akan datang akan menutup sejarah perjalanan peradaban manusia yang sangat panjang, ialah berakhirnya abad ke-20 dan berawalnya zaman baru abad ke-21.
Hal itu dikatakan Kepala Negara pada pidato akhir tahun 1989yang disiarkan TVRI dan RRI, Ahad malam. “Dapat kita perkirakan dari sekarang, abad ke-21 akan merupakan abad yang penuh dengan dinamika yang sangat cepat, terutama karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta informasi,” kata Presiden. Umat manusia akan dihadapkan kepada berbagai pilihan dan persimpangan-persimpangan jalan, lanjutnya.
Pertanyaan-pertanyaan mendasar memerlukan jawaban yang setepat-tepatnya dan sebaik-baiknya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta informasi itu akan membawa kebahagiaan dan mulianya martabat manusia ataukah malahan mendatangkan kegelisahan batin dan merosotnya nilai-nilai moral, etik dan spiritual.
Apakah jumlah penduduk dunia yang bertambah besar, akan merupakan kekuatan dinamis untuk mewujudkan kemajuan dan kesejahteraan yang lebih tinggi, ataukah akan menjadi beban yang memberatkan.
“Apakah impian umat manusia untuk terus maju akan disertai dengan terpeliharanya lingkungan alam yang menghidupinya, ataukah dikuras habis yang akan menjadi awal dari bencana. Apakah kemajuan ekonomi akan disertai dengan keadilan dunia, ataukah akan menambah lebarnya jurang pemisah antara negara-negara yang sangat maju dan negara-negara yang tetap terkebelakang,” kata Kepala Negara.
Sebagai bangsa, kata Presiden, kita telah mempunyai jawaban atas tantangan-tantangan dan pertanyaan yang sangat mendasar itu. Jawaban kita adalah melanjutkan, meningkatkan, dan memperluas pembangunan sebagai pengamalan Pancasila.
Sebagai bagian dari masyarakat dunia yang bertanggung jawab, pembukaan Undang-Undang Dasar kita telah memberi arab agar kita ikut serta menegakkan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Hati yang Jernih
Menyinggung mengenai pembangunan, Kepala Negara mengatakan, pembangunan telah membuka peluang-peluang baru bagi bangkitnya potensi-potensi dan prakarsa-prakarsa masyarakat. Ada kelompok-kelompok yang telah lebih siap dan lebih mampu memanfaatkan peluang-peluang baru itu.
Mereka tumbuh makin besar dan makin kuat. “Ada pula kelompok yang belum terlalu siap dan belum dapat mengembangkan kemampuannya,” kata Presiden. Karena itu, Presiden mengajak, kita semua untuk melihat perkembangan bam itu dengan hati yang jernih danjuga pikiran yang jernih.
Perkembangan baru itu, memang belum pernah kita kenai dan kita alami sebelumnya. Perkembangan baru itu merupakan buah dari kemajuan yang kita capai. Pegangan kita adalah agar semua kekuatan ekonomi kita itu, memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, seperti yang menjadi semangat Undang-Undang Dasar 45.
“Yang besar tidak perlu kita tahan perkembangannya, karena yang besar dapat kita gunakan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi kita. Yang masih kecil dan belum mampu kita beri dorongan terus menerus agar menjadi lebih besar dan lebih mampu,” ujar Kepala Negara. Pemerintah memikul kewajiban dan tanggungjawab untuk memberi arah agar semua kekuatan ekonomi kita, yang besar dan yang menengah maupun yang kecil, milik negara ataupun swasta dan koperasi dapat menjadi kekuatan ekonomi nasional yang saling menunjang dan saling menghidupi, demi sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Mantap
Presiden menilai, sepanjang tahun ini stabilitas ekonomi dapat kita pelihara secara mantap. Kemantapan stabilitas ekonomi itu, menunjang perkembangan ekonomi yang sehat dan mendorong gerak maju pembangunan. “Yang tidak kalah penting, adalah stabilitas ekonomi itu memberi perasaan tenteram bagi masyarakat.”
Masyarakat, kata Kepala Negara, tidak dikejar-kejar rasa was-was bahwa barang-barang akan menghilang, masyarakat tidak dihantui kekhawatiran bahwa harga-harga akan melonjak. Suasana seperti itu, memberi makna tersendiri bagi kesejahteraan masyarakat.
Demikian juga pada penerimaan negara meningkat, terutama yang bersumber dari penerimaan sektor nonmigas. Dengan kata lain, kemampuan dan kesadaran membayar pajak telah bertambah besar. Perkembangan itu menunjukkan adanya kemajuan ekonomi kita secara nyata.
Kepala Negara menyatakan, kesadaran membayar pajak menunjukkan bertambah besarnya tanggung jawab masyarakat dalam mendukung kehidupan rumah tangga negara dan mendorong majunya pembangunan seterusnya.
Presiden merasa berbesar hati pula dengan meningkatnya ekspor nonmigas dan perkembangan pertanian. Demikian juga pada bidang perkembangan politik, keamanan, dan sosial tahun 1989 juga melegakan hati.
Seperti yang pernah dikatakan, Kepala Negara kembali mengingatkan bahwa bangsa yang besar bukanlah bangsa yang hanya menikmati keberhasilan dan, kemajuan saja. Suatu bangsa dapat menjadi bangsa yang besar, jaya, dan penuh percaya diri, jika bangsa itu dapat keluar dengan selamat dari cobaan dan tantangan-tantangan berat. (SA)
Sumber: PELITA(02/01/1990)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XII (1990), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 20-24.