1990 TAHUN HARAPAN
Jakarta, Angkatan Bersenjata
Selasa ini kita telah dua hari memasuki tahun bam 1990, tahun kedua Pelita V, yaitu periode pemantapan kerangka landasan menuju tinggal landas dalam Pelita VI nanti. Kita juga memasuki dasawarsa 1990-an, yaitu dekade terakhir abad ke-20 yang menyodorkan tantangantantangan besar bagi kita dalam melanjutkan pembangunan akibat kemajuan di bidang Iptek.
Di satu pihak kita dituntut melanjutkan penguasaan lptek selaku jalan pintas pembangunan sedang di pihak lain kita diharuskan menjinakkan segi-segi negatifnya untuk mencegah melebamya celah antara yang punya dan tidak punya, yang pesat kemajuannya dan yang begitu-begitu saja keadaannya.
Di tahun-tahun sulit yang lalu, sambil mengetatkan ikat pinggang kita telah meletakkan dasar berupa paket-paket deregulasi/debirokratisasi guna meningkatkan efisiensi industri nasional buat menyukseskan ekspor non migas. Tahun 1989yang silam kita mencapai kemajuan besar di sektor ekspor nonmigas ini, sedang harga migas juga membaik, mendekati harga sasaran OPEC US$ 18/barel.
Keduanya memperkuat ketahanan ekonomi kita di tahun 1989, hal yang perlu dipelihara dan ditingkatkan di tahun 1990 ini agar tahun ini benarbenar merupakan tahun yang penuh harapan seperti didambakan oleh kita semua.
Pengalaman di masa silam, baik yang positif maupun yang negatif merupakan modal pula bagi kita dalam melanjutkan petjuangan di tahun baru ini. Yang positif diusahakan memelihara dan meningkatkannya, sedang yang negatif dicegah terulangnya.
Di antara yang negatif itu adalah Gerakan Pengacau Keamanan di Lampung, biskuit beracun, aksi-aksi mahasiswa, masalah pertanahan, lingkungan hidup. Masalah keamanan berhasil ditanggulangi oleh ABRI, biskuit beracun yang menimbulkan 28 korban jiwa diatasi secara terkoordinasi oleh aparat-aparat pemerintah, masalah pertanahan menjadi bagian tugas Badan Pertanahan Nasional (BPN) sedang masalah lingkungan diatasi secara berlanjut sepanjang tahun.
Kendatipun komunisme di luar negeri mengalami pasang surut karena tidak berhasil menepati janjinya meningkatkan kesejahteraan buruh dan tani hingga di banyak negara Eropa Timur partai komunis bukan lagi partai yang memerintah, bagi kita masalah SARA tetap menuntut kewaspadaan agar tidak disalahgunakan oleh musuh-musuh kita untuk mengacaukan Pemilu 1992 dan Sidang Umum MPR 1993 nanti.
Karena semua orpol sudah menerima Pancasila sebagai satu satunya azas, diharapkan Pemilu 1992 akan sama keadaannya dengan Pemilu 1987 tidak terulang lagi kebringasan yang meminta korban jiwa, cedera dan pengerusakan harta benda seperti sebelum tahun 1987. Kedewasaan dalam berpolitik perlu dipelihara dalam Pemilu 1992 agar pemilu tetap menjadi pesta demokrasi yang bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan politik para pemilih.
Di antara topik yang mengandung pro dan kontra tahun 1989 adalah konglomerat. Yang kontra mencemaskan segi-segi negatifnya bagi pengusaha lemah, terutama karena belum ada UU yang mengatur gerak langkah konglomerat itu di negeri ini.
Sehubungan dengan ini Presiden Soeharto dalam pidato akhir tahunnya lewat TVRI, Minggu malam, mengatakan, semua kekuatan ekonomi perlu dimanfaatkan untuk memberikan kemakmuran seperti yang menjadi semangat UUD 1945, sehingga perusahaan besar tidak perlu ditahan perkembangannya, karena yang besar dapat kita gunakan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi kita. Yang masih kecil dan belum mampu kita beri dorongan terus menerus agar menjadi lebih besar dan lebih mampu.
Pemerintah memikul tanggungjawab untuk memberikan arab agar semua kekuatan ekonomi nasional saling menunjang dan saling menghidupi. Swasembada beras yang dapat dimantapkan, meningkatnya pendapatan petani, makin sadarnya masyarakat membayar pajak, perkembangan ekspor nonmigas dan kemampuan, masyarakat membangun industri, membuat mesin serta merancang bangun, dikemukakan presiden sebagai kemajuan di bidang ekonomi.
Di tahun 1990 tugas kita akan bertambah besar dan tidak kalah beratnya dari tahun-tahun sebelumnya. Makin beratnya tugas seluruh bangsa tidak usah menimbulkan pengertian kehidupan di masa mendatang bertambah sulit. Pembangunan dilakukan justru untuk meraih kemajuan, kesejahteraan dan kebahagiaan bersama dalam suasana berkeadilan sosial.
Menurut Presiden, pembangunan yang selama ini dilakukan bangsa Indonesia telah melahirkan berbagai tantangan dan kebutuhan baru. Aspirasi dan kekuatan baru yang muncul itu merupakan dinamika kehidupan masyarakat. Yang penting adalah bagaimana kita menyalurkan semua aspirasi dan kekuatan baru tadi agar menjadi kekuatan yang konstruktifuntuk melanjutkan pembangunan. Bukan menjadi hambatan pembangunan, bukan memperlemah persatuan dan kesatuan bangsa. (SA)
Sumber : ANGKATAN BERSENJATA (02/01/1990)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XII (1990), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 17-20.