KERJA SAMA DI BIDANG KETRAMPILAN DAN MUTU MANUSIA DITINGKATKAN
PRESIDEN TERIMA MENTERI PERBURUHAN JEPANG :
Presiden Soeharto mengharapkan agar kerja sama dibidang peningkatan ketrampilan dan mutu manusia antara Indonesia dan Jepang ditingkatkan. Hal itu dinyatakan Presiden ketika menerirna Menteri Perburuhan Jepang, Misoji Sakamoto, Senin kemarin di Bina Graha.
Selesai diterima Presiden, Misoji Sakamoto yang didampingi Menteri Tenaga Kerja Sudomo, kepada pers menerangkan bahwa kerja sama itu diharapkan tidak saja terbatas antara Pemerintah tetapi juga antara swasta.
Presiden Soeharto, kata Misoji Sakamoto lewat penerjemahnya, menambahkan, Jepang yang telah kalah perang dalam Perang Dunia ke-Il, ternyata mampu maju pesat dalam pembangunan ekonorninya. Oleh karenanya Jepang perlu ditingkatkan oleh Indonesia dalam hal ini.
Menteri Perburuhan Jepang berada di Indonesia sejak tanggal 22 September hingga 25 September 1984, dalam rangkaian perjalanannya ke negara-negara ASEAN.
Kerja sama antara Indonesia – Jepang itu akan dibicarakan oleh kedua Menteri di Jakarta. Selama di Indonesia, Sakamoto meninjau pula Proyek Pusat Pendidikan Kejuruan dan Pendidikan Penyuluhan bantuan Pemerintah Jepang kepada negara-negara ASEAN, yang dibangun di Bekasi, Jawa Barat.
Proyek tersebut merupakan hibah bernilai Rp.16 milyar dibangun mulai Februari 1984 diharapkan selesai Maret 1985, terletak di atas tanah seluas 10 hektar.
“Kami berharap, Presiden Soeharto dapat meresmikan proyek itu”. Ujar Sakamoto.
Sementara itu Jepang akan membantu Indonesia dalam pengembangan sumber daya manusia. Kita akan mempelajari pengalaman mereka, seperti bagaimana cara mereka dapat membentuk tenaga kerja yang produktif. Demikian dikatakan Menteri Sudomo di lobby
Depnaker kepada wartawan selesai mengantar Menteri Perburuhan Jepang Misoji Sakamoto yang mengadakan pertemuan dengan Menaker Senin kemarin.
Diterangkan, Menteri Perburuhan Jepang sepakat untuk mengadakan tukar menukar kunjungan antara pejabat pemerintah, pimpinan perusahaan dan tenaga kerja dari kedua belah fihak. Hingga bisa saling belajar dan tukar pengalaman.
“Bagi delegasi kita, saling menukar kunjungan ini bisa dimanfaatkan untuk mempelajari cara2 Jepang hingga bisa berkembang seperti sekarang ini” kata Menteri Sudomo.
Menteri Sudomo mengatakan, Menteri Perburuhan Jepang merasa heran tentang persatuan antara pemerintah, pengusaha dan tenaga kerja dalam lembaga tripattit. Sebab di Jepang, Serikat Pekerja mereka boleh dikatakan kurang fungsinya.
Ini bisa dimengerti, karena sistem manajemen Jepang dilandasi oleh tiga hal, yaitu memanusiakan manusia, kekeluargaan dan life time employment (bekerja seumur hidup dalam satu perusahaan).
Gaya manajemen Jepang boleh dikatakan tidak berbeda dengan HIP. Hanya saja mereka tidak mencantumkan Ketuhanan YME sebagaimana dalam Pancasila.
Dijelaskannya pula, modernisasi di Jepang seperti misalnya penggunaan robot tidak berakibat pada masalah ketenagakerjaan. Sebab pembuatan robot itu sendiri mempunyai effek ganda termasuk pula untuk pemeliharaannya.
Akhirnya dikatakan oleh Menaker Sudomo, kunjungan Menteri Perburuhan Jepang al. bertujuan sebagai realisasi atas kunjungan bekas Perdana Menteri Zenko Suzuki tahun 1981 yl.
Selain itu juga sebagai follow up dari dialog 6 Plus, yaitu dialog antara negara2 anggota ASEAN dengan Jepang, Amerika dan negara2 industri lainnya beberapa waktu yl. di Jakarta.
Menteri Perburuhan Jepang yang datang Sabtu yl, hari Senin kemarin mengunjungi Pusat Pendidikan Kejuruan dan Pendidikan Penyuluhan (CEVEST) yang berlokasi di Bekasi.
CEVEST ini mendapat bantuan dari Jepang sebesar Rp. 16 milyar dan diharapkan selesai pembangunannya tahun depan.
Bantuan tsb selain untuk pembangunan dan peralatan latihan, juga untuk penyediaan tenaga pelatih dari Jepang maupun lain2nya. Selain itu mengunjungi BLK Depnaker di Pasar Rebo dan melihat dari dekat kegiatan perusahaan patungan National Gobel. (RA)
…
Jakarta, Berita Buana
Sumber : BERITA BUANA (25/09/1984)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 633-634.