Kiranya Diberi Kesehatan Prima

Medan, 14 Oktober 1998

Kepada

Yth. Bapak. H.M. Soeharto

di Jakarta

 

KIRANYA DIBERI KESEHATAN

PRIMA [1]

Salam damai sejahtera,

Pada tanggal 29 September 1998, saya menulis surat kepada Bapak H. Moch. Soeharto. Ternyata surat saya Bapak tanggapi dan Bapak telah mengirimkan uang sebesar Rp. 500.000 (lima ratus ribu rupiah) melalui BRI Cabang Jl. Putri Hijau Medan. Bapak telah mendengar suara hati rakyat, dan mengirim sebagian dari gaji pensiun Bapak terhadap saya.

Bapak H. Moch. Suharto yang baik hati,

Seluruh keluarga saya begitu terharu akan tanggapan Bapak. Memang benar-benarlah Bapak orang yang terhormat, berwibawa, dan penuh perhatian terhadap rakyatnya. Saya sendiri telah merasa betapa luhurnya hati Bapak. Segala baik budi Bapak dan seluruh keluarga Bapak, akan saya ingat selamanya.

Tuhan Yang Maha Kuasa kiranya tetap melindungi Bapak, serta seluruh anak, menantu serta cucu-cucu Bapak, di manapun Bapak dan seluruh keluarga berada. Doa saya kepada Tuhan Yang Maha Pencipta, Bapak kiranya diberikan kesehatan yang prima dan umur yang panjang begitu juga keluarga Bapak. Segala apapun yang menjadi beban fikiran Bapak dan keluarga, kiranya Tuhan saja penolongnya.

Saya dan keluarga tahu bahwa Bapak adalah orang yang saleh dan beriman, pecinta bangsa dan negara serta rakyat Indonesia, yang telah memberikan yang terbaik untuk bangsa Indonesia. Kami menyadari betapa perjuangan Bapak untuk bangsa ini. Kami pun turut merasakan, betapa Bapak benar-benar berhati mulia, Bapak juga menumpas G 30 S/PKI. Tuhan kiranya beserta Bapak senantiasa dan salam dari saya dan orangtua saya untuk Bapak dan anak menantu, dan cucu-cucu Bapak. (DTS)

Dari saya,

Ny. Honny Simamora

Medan – Sumatera Utara

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 905. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.