KITA TIDAK MENEGAKKAN STABILITAS DEMI STABILITAS

KITA TIDAK MENEGAKKAN STABILITAS DEMI STABILITAS

Presiden Resmikan Gedung Dewan Pers

Pers Telah Menjadi Kebutuhan Hidup Masyarakat

Stabilitas bukanlah tujuan melainkan sarana untuk memperkokoh kehidupan bangsa dan untuk menjamin kelancaran pembangunan. Apalagi selama satu setengah dasawarsa yang terakhir ini berhasil dilaksanakan pembangunan di segala bidang secara teratur dan terarah, maka hal itu antara lain juga karena berhasil diperkuat stabilitas nasional itu.

Hal itu ditegaskan Presiden Soeharto ketika meresmikan gedung Dewan Pers yang terletak di Jalan Kebon Sirih No. 30 Jakarta Pusat, Senin siang kemarin.

“Memantapkan stabilitas nasional yang dinamis itu lebih lebih kita perlukan dalam menghadapi tugas besar nasional melaksanakan pemilihan umum yang akan berlangsung pada bulan Mei yang akan datang ini,” tambah Presiden Soeharto.

Dikatakan dalam membina kehidupan dan kemajuan bangsa ini yang perlu diperhatikan adalah perpaduan antara dinamika dan stabilitas. Pembangunan yang harus merupakan gerak perubahan menuju kemajuan terang memerlukan dinamika tambah Kepala Negara.

“Pikiran-pikiran dan gagasan kita harus terus dirangsang untuk menemukan hal­hal baru dan melahirkan gagasan-gagasan baru gunaterus membuat kehidupan dan masyarakat kita lebih baik lebih maju, lebih sejahtera dan lebih adil. Tanpa dinamika maka pembangunan adalah mustahil.”

Ia menambahkan cakrawala pandangan kita juga harus terus meluas jauh menembus kebutuhan dan tantangan-tantangan bangsa kita di masa mendatang.

Ini hanya mungkin apabila kita terus-menerus mengembangkan konsepsi­konsepsi secara nasional untuk membulatkan pandangan dan ikhtiar bersama serta salah satujalan untuk itu adalah juga melalui pers, ujar Kepala Negara.

Sama pentingnya dengan usaha kita untuk menggerakkan dinamika tadi, adalah bagaimana dengan dinamika itu kitajuga mampu memantapkan stabilitas. Dinamika dan stabilitas bagi kita sama pentingnya. Tidak tahu di antaranya yang kita beri kedudukan mutlak.

Presiden Soeharto mengungkapkan pula di masa lampau kita penuh dengan pengalaman bahwa tanpa stabilitas dinamika saja mungkin akan membawa kita pada kesulitan-kesulitan besar.

“Dalam hubungan ini sayajuga perlu menegaskan kita tidak akan menegakkan stabilitas demi stabilitas belaka,” kata Kepala Negara.

Agar Pers Ikut Serta

Selanjutnya Presiden Soeharto mengharapkan agar pers ikut serta dalam kegiatan besar bangsa Indonesia untuk membuat pemilihan umum yang akan datang benar­benar berhasil dengan baik.

Kepada masyarakat perlu ditanamkan kesadaran bahwa mengikuti pemilihan umum adalah sangat penting. Karena dengan itu rakyat melaksanakan hak-hak politiknya yang asasi, ujar Soeharto

“Pemilihan Umum adalah bagian yang sangat penting dari pembangunan politik dan pembangunan demokrasi kita sesuai dengan Undang-undang Dasar ’45. Oleh karena itu dalam pemilihan umum harus bisa tercermin suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan yang menyemangati Undang-Undang Dasar kita itu.”

Sebelumnya Presiden mengatakan pers mempunyai peranan yang teramat penting kehidupan masyarakat dan pers itu telah tumbuh serta menempatkan dirinya pada posisi strategis dalam kehidupan masyarakat. Setapak demi setapak, pers telah dapat menjadikan dirinya sebagai safari satu kebutuhan hidup masyarakat, tambah Kepala Negara.

“Pers tidak hanya meneruskan berita-berita kepada masyarakat, tetapi dapat membentuk dan bahkan dapat mengubah pikiran masyarakat. Pikiran yang berkembang dalam rnasyarakat ini merupakan kekuatan besar dari suatu bangsa. Peranan pers yang demikian besar jelas meminta tanggung jawab yang lebih besar pula.”

Dikatakannya, dalam kegiatan pembangunan nasional, pers mempunyai kehormatan untuk ikut menyalakan obor penerangan dan penjelasan sehingga masyarakat dapat benar-benar memahami arah dan tujuan pembangunan itu. Lebih dari hanya sekedar memberi penerangan untuk dimengerti, pers mempunyai kehormatan pula untuk membuat masyarakat yakin akan kebenaran arah pembangunan yang dituju dan yang akan membawa bangsa Indonesia kepada hari depan yang lebih cerah dari hari ini.

“Pers bahkan mempunyai kehormatan untuk melakukan pengawasan sosial agar kesalahan__kesalahan baik yang dibuat oleh pemerintah maupun oleh masyarakat sendiri__dapat diperbaiki sehingga tidak menimbulkan korban yang tidak perlu. Dalam menjalankan tugas-tugasnya itu, pers bahkan mempunyai kebebasan untuk menulis dan mengutarakan pendapatnya.”

Menurut Presiden Soeharto, karena itu pers sungguh-sungguh rnerupakan sarana ampuh untuk melakukan tugas tersebut.

“Karena itulah hendaknya pers nasional kita dapat benar-benar ikut membina, kehidupan dan kemajuan bangsa,” demikian antara lain Presiden Soeharto.

Konsep Kebebasan Pers

Sementara itu Menteri Penerangan Ali Murtopo mengatakan, Indonesia mengembangkan konsep kebebasan pers yang bertanggung jawab yang bersumber pada nilai keseimbangan dan penempatan kepentingan pribadi di bawah kepentingan umum atau kepentingan nasional.

Konsep kebebasan pers yang bertanggung jawab ini sekarang telah banyak diterima oleh negara lain, khususnya di lingkungan negara­negara berkembang dan negara-negara Non-blok, kata Ali Murtopo.

Ia menambahkan, Dewan Pers sebagai lembaga nasional yang membidangi pembinaan dan pengembangan pers nasional sangat berkepentingan dengan penjabaran dan pemantapan konsep seperti kebebasan pers yang bertanggung jawab tersebut.

Dewan Pers mendampingi pemerintah, bersama-sama mengembangkan konsep-konsep nasional tentang kehidupan pers tidak saja untuk hari ini, tidak pula untuk hari esok saja, melainkan untuk waktu jauh di hari depan, tambah Ali Murtopo yang juga menjadi Ketua Dewan Pers.

Ketua Harian Dewan Pers B.M. Diah juga memberikan sambutan. Dikatakan, dari keterangan yang diberikan oleh Soedwikatmono, Ketua Asosiasi Importir Film Mandarin selaku Ketua Pelaksana Pembangunan gedung Dewan Pers, yang pada hakekatnya membiayai gedung ini, berarti bahwa Pers Indonesia telah mendapat hadiah sebuah perumahan besar dari kalangan bukan pers.

“Lekas-lekas saya ingin mengemukakan di sini, bahwa bukanlah ini berarti pers Indonesia tidak mempunyai kesanggupan mengumpulkan dana untuk gedung seperti ini,” kata B.M. Diah.

“Akan tetapi mengingat Menteri Penerangan sebagai Ketua Dewan Pers tidak sampai hati membebankan pers Indonesia dengan biaya sebesar ini, karena sebagian terbesar masih lemah, tidaklah pers Indonesia digerakkan mencari dan menyediakan dana tersebut. Karena pengusahaan film bernaung di bawah sayap Departemen Penerangan, tidaklah salah jika pers Indonesia sebagai saudara sepupu pengusaha film di Indonesia ini menerima hadiah dari keluarganya sendiri.”

Peresmian gedung Dewan Pers iniditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Presiden Soeharto yang disaksikan oleh Wakil Presiden dan Ny. Nelly Adam Malik serta undangan lainnya. Kemudian Ny. Tien Soeharto menggunting pita yang dilanjutkan dengan peninjauan gedung bertingkat delapan itu.

Gedung itu dibangun di atas tanah milik Yayasan Pers Indonesia seluas 3.070 m2 dengan biaya Rp 1,5 milyar atas sumbangan para importir film Mandarin. Dengan luas lantai 5.055 m2, gedung ini akan digunakan oleh masyarakat pers yang ditangani oleh Yayasan Pengelolaan Sarana Pers. (RA)

Jakarta, Kompas

Sumber : KOMPAS (02/03/1982)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VI (1981-1982), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 1072-1075.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.