Mafkan Dosa – dosa Mereka

Brebes, 5 Juli 1998

Kepada

Yth. Bapak H. M. Soeharto

di Jakarta

 

MAAFKAN DOSA-DOSA MEREKA [1]

 

Dengan segala rendah hati dan mohon maaf yang setinggi-tingginya saya menulis surat ini kepada Yang Mulia. Semata-mata saya sebagai anak bangsa di negeri tercinta ini merasa rindu kepada putra terbaik yang telah sekian lama berjuang penuh kesungguhan, sehingga berhasil membawa nama Republik ini disegani oleh bangsa-bangsa di dunia.

Maksud saya berkirim surat kepada Yang Mulia an tara lain:

  1. Mengucapkan terima kasih kepada Yang Mulia, atas segala pengab­dian dan perjuangan yang sangat panjang untuk Republik ini.
  2. Mohon maaf apabila saya ada kesalahan dan kehilapan kepada Yang Mulia sekeluarga.
  3. Ada rasa getir dan pedih di hati kami dengan lengser yang mulia dari kursi kepresidenan yang terjadi begitu cepat dan tiba-tiba, padahal negeri ini masih membutuhkan Yang Mulia.
  4. Banyak rakyat kecil di pelosok desa tak mampu menahan air mata dengan peristiwa ini, begitu juga di desa Salem, Kec. Salem, Kab. Brebes. Kami sekarang tidak dapat memandang wajah Yang Mulia.
  5. Yang Mulia, sekarang kami cemas dengan masa depan negeri ini. Kami khawatir negeri ini jatuh ke tangan orang-orang yang bisanya cuma mengritik dan tidak tahu terima kasih terhadap perjuangan bangsa. Tidak benar sama sekali rakyat menghendaki Yang Mulia lengser dari kursi kepresidenan.
  6. Kami berdoa semoga niat Yang Mulia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dapat terwujud. Sehingga Allah swt berkenan mengangkat Yang Mulia sebagai kekasih-Nya.
  7. Maafkan bila saya telah mengganggu istirahat Yang Mulia. Air mata kami, air mata doa untuk Yang Mulia, jagalah diri Yang Mulia baik-baik dan maafkanlah dosa-dosa mereka. (DTS)

 

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Mulyadi

Kab. Brebes – Jawa Tengah

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 932-933. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.