MDI AGAR MEMPELOPORI MELAKSANAKAN DAKWAH PEMBANGUNAN
PRESIDEN :
Presiden Soeharto kemarin membuka Muktamar ke II Majelis Dakwah Islamiyah Keluarga Besar Golongan Karya di Sasono Langen Budoyo, TMII. Muktamar akan berlangsung sampai tanggal 20 Desember untuk membahas berbagai masalah yang menyangkut organisasi dan pembinaan umat Islam serta menetapkan pimpinan pusat dan Dewan Pembina Majelis Dakwah periode 1984-1989.
Dalam pesannya Presiden mengharapkan agar muktamar kali ini menitikberatkan perhatiannya pada usaha-usaha nyata. "Yang di perlukan dalam masa pembangunan ini tentu saja bukan rencana muluk-muluk yang hanya baik tertulis di atas kertas tapi tak mungkin dilaksanakan, melainkan program-program nyata yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat," tegasnya.
Diingatkan, sangat banyak yang bisa dan harus dilakukan oleh Majelis Dakwah Islamiyah sebagai organisasi Dakwah yang, menitikberatkan orientasinya pada karya dan kekaryaan. Majelis tidak boleh berhenti hanya pada anjuran tetapi justru memelopori dakwah melalui karya-karya sosial. Untuk itu memang sangat diperlukan kader-kader dakwah pembangunan yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan.
Presiden mengharapkan Majelis Dakwah Islamiyah agar mempelopori melaksanakan dakwah pembangunan, sebab melalui dakwah pembangunan itu pula Majelis Dakwah Islamiyah dapat menggairahkan masyarakat untuk meningkatkan amal sosial yang justru sangat dianjurkan oleh agama. Di samping itu masyarakat juga perlu disadarkan pentingnya kesatuan, persatuan dan kerukunan yang sangat dituntut oleh Agama.
Potensi Besar
Menurut Kepala Negara suatu kenyataan yang hidup dalam masyarakat bahwa umat Islam Indonesia mempunyai potensi sangat besar untuk pembangunan bangsanya. Potensi itu hendaknya disalurkan setepat-tepatnya agar menjadi kekuatan positif dalam usaha memajukan bangsa dan negara.
Salah satu usaha yang perlu dilakukan adalah menghilangkan sisa-sisa pemikiran yang mempertentangkan agama dan Pancasila serta memperlawankan kepentingan umat Islam dan kepentingan nasional.
"Umat Islam Indonesia adalah bangsa Indonesia dan bangsa Indonesia yang sebagian besar terdiri dari umat Islam adalah bangsa yang majemuk, termasuk majemuk dalam keyakinan agamanya," kata Presiden mengingatkan.
Dalam kaitan itu pula Majelis Dakwah Islamiyah perlu lebih memperhatikan wilayah pedesaan karena di wilayah pedesaan itulah terdapat potensi pembangunan yang besar.
Dalam pada itu kehadiran Majelis Dakwah harus dirasakan masyarakat. Kegiatannya juga perlu berkesinambungan, meningkat dan meluas karena pembinaan masyarakat memang harus dilakukan terus-menerus.
Pada awal sambutannya Presiden mengatakan bahwa pembangunan adalah tugas seluruh bangsa. Ia tidak mungkin hanya ditangani oleh suatu golongan atau hanya oleh pemerintah sendiri.
Untuk itulah peranan organisasi kemasyarakatan sangat penting dan diperlukan lebih-lebih bangsa ini dikenal kuat rasa keagamaannya, sehingga jalur keagamaan merupakan sarana efektif untuk membangkitkan kegairahan masyarakat dalam usaha pembangunan.
Dikatakan, kegiatan dakwah tidak sekedar meningkatkan kadar keberagamaan masyarakat tetapi juga kesadaran berbangsa dan bernegara dari masyarakat. Bagi bangsa Indonesia peningkatan kehidupan beragama dan pembangunan kehidupan berbangsa dan bernegara bukan dua hal yang lepas satu dengan lainnya.
Pembangunan kehidupan beragama justru merupakan bagian dari pembangunan dan peningkatan kesadaran beragama merupakan salah satu tanda keberhasilan pembangunan lahir batin.
Kecuali Tim-tim
Sebelumnya Ketua Umum Majelis Dakwah Islamiyah Keluarga Besar Golkar KH Thohir Widjaya melaporkan, sejak Muktamar 1, Agustus 1979 Majelis Dakwah telah membenahi organisasinya dan melakukan kiprah tugasnya demi kepentingan bangsa dan negara.
Majelis Dakwah Islamiyah Keluarga Besar Golongan Karya yang didirikan pada tahun 1978, secara struktural telah berkembang ke seluruh daerah Tkt I dan II, kecuali Propinsi Timor Timur.
Pada ketempatan tersebut KH. Thohir Widjaya juga melaporkan, masa bhakti kepengurusan Majelis Dakwah Islamiyah hasil keputusan Muktamar I tahun 1979 sudah selesai.
Muktamar II akan segera membahas 5 hal, antara lain meletakkan landasan mantap untuk konsolidasi organisasi, menyempurnakan AD/ART, menetapkan program umum periode 1984-1989.
Hadir dalam pembukaan Muktamar II tersebut, Menko Polkam Surono, Menko Kesra Alamsyah Ratuperwiranegara. Ketua Umum DPP Golkar Sudharmono beserta ibu, Ketua DPP Golkar Tarmudji, Ketua MPR/DPR Amirmachmud, Sekjen DPP Golkar Ir. Sarwono Kusumaatmadja, Pangab LB Moerdani yang didampingi Pangdam V Jaya Try Sutrisno, dan para memeri Kabinet Pembangunan IV.
Seusai acara pembukaan Bapak Presiden Soeharto beserta Ibu Tien mengadakan ramah-tamah dengan para peserta muktamar di Sasono Adiguno. Selanjutnya para peserta mengunjungi teater Imax Keong Emas.
Sore harinya Ketua Umum DPP Golkar Sudharmono SH dalam pengarahannya di depan para peserta muktamar mengatakan, antara MDI (Majelis Dakwah Islamiyah), Golongan Karya dan Kebangsaan Indonesia tidak bisa dipisah-pisahkan satu dengan yang lainnya karena MDI adalah satu bagian dari Keluarga Besar Golkar yang bertujuan mewujudkan cita-cita perjuangan Golkar dalam pembangunan mental dan spritual.
Lebih lanjut untuk mengamalkan tekad dan perjuangan Golkar para pemuka agama dan ulama-ulama Golkar harus menyadari sepenuhnya bahwa umat Islam Indonesia dituntut pula untuk membelikan pengabdian yang besar dan memadai.
Menurut Sudharmono SH, sekarang ini terdapat dakwah-dakwah yang dicampur adukkan dengan politik praktis dan dicatat pula adanya dakwahdakwah yang pernah berkembang dan mengarah kepada dakwah politik yang sering kali mengandung ekstremitas dan tidak mampu memberikan siraman batin yang segar dan sejuk.
Tidak mampu menenteramkan kehidupan bangsa, tidak mampu memperkokoh persatuan dan kesatuan umat Islam maupun bangsa Indonesia, tidak mampu menciptakan kerukunan hidup beragama, menghambat usaha membebaskan bangsa Indonesia dari kebodohan, kemelaratan dan keterbelakangan.
Dakwah tersebut membuahkan kemunduran terpecah belahnya umat, lemahnya persatuan dan kesatuan bangsa, terjadinya sikap curigamencurigai, munculnya keresahan sosial.
"Maka perlunya usaha pelurusan kembali agar dakwah-dakwah itu benar-benar menghantarkan umat Islam kepada kesejukan rohani serta mendorong peningkatan pembangunan," ujar Sudharmono.
Oleh karena itu, menurut Sudharmono SH, ulama-ulama yang tergabung dalam MDI harus memiliki wawasan kebangsaan, mempunyai wawasan keGolkar-an, yang betul menyadari bahwa tugas dan karya utamanya membina dan membimbing umat kepada jalan benar, memiliki tanggung jawab terhadap persatuan dan kesatuan bangsa. "Ulama seperti inilah yang diperlukan bangsa Indonesia," ujar Sudharmono lagi.
Sementara itu Menteri Agama Munawir Syadzali dalam pengarahannya mengingatkan agar para peserta waspada terhadap tiga gejala yang berkembang dalam kalangan umat Islam, yakni kebekuan dalam pola berpikir, di mana terdapatnya kelompok yang tidak mampu mengadaptir ayat-ayat dengan situasi Indonesia, gejala kelancangan kelompok tertentu yang mengklaim dirinya sebagai pemegang otoritas kebenaran Islam dan gejala-adanya kelompok yang menentukan dirinya sendiri sebagai patokan penilaian tentang Islam.
"Ajaran Islam di luar mereka adalah salah," ujar Menteri mengutip ucapan kelompok itu. Menurut menteri, gejala-gejala seperti itu akhirnya melahirkan kejutankejutan akhir-akhir ini, dimana umat Islam dibawa-bawa. "Tapi ternyata itu hanya sekelompok orang yang rendah penghayatan imannya," ujar menteri.
Menurut menteri lagi, kelompok tertentu setelah diusut tidak pernah yang berasal dari pesantren atau institut agama Islam tapi dari sekolah umum yang rendah penghayatan ketaqwaannya kepada Tuhan.
Pada akhirnya menteri mengajak agar para ulama berani menghadapi tantangan yang besar, rumit dan kompleks dalam kalangan umat Islam, demi kemajuan bangsa dan negara. (RA)
…
Jakarta, Suara Karya
Sumber : SUARA KARYA (18/12/1984)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 843-846.