MEMBANGUN UNTUK ORANG-ORANG KECIL

MEMBANGUN UNTUK ORANG-ORANG KECIL

Ratusan tahun Indonesia mendekam di bawah kekuasaan penjajah. Inilah yang menyebabkan rakyat Indonesia dikenal sebagai bangsa yang hanya dan bisa hidup, yang menurut ungkapan kaum pergerakan waktu itu, “dengan segobang sehari”.

Ungkapan itu digunakan untuk menggambarkan betapa miskinnya rakyat Indonesia, dan betapa kecilnya nilai mereka, hingga kaum pergerakan juga mengidentifikasikannya sebagai “orang-orang kecil”.

Orang-orang kecil inilah yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi lapisan bangsa yang lebih luas cakrawalanya tapi juga kecil saat itu, untuk bangkit yang kemudian mewujud dalam gerakan yang kita sebut “Kebangkitan Nasional”.

Semangat Kebangkitan Nasional ini pula yang mendorong lahirnya Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Dengan kata lain, nasib orang-orang kecil inilah yang hendak diperbaiki dengan direbutnya kemerdekaan.

Dengan latar sejarah yang disinggung sepintas itu, sungguh mengesankan sekali penegasan Presiden Soeharto, ketika meresmikan penghunian rumah susun Perum Perumnas Klender, Jakarta, Selasa lalu.

Setelah menyinggung apa arti pembangunan rumah susun dalam rangka penyediaan perumahan sebagai salah satu kebutuhan esensial rakyat, Presiden menegaskan, salah satu tujuan utama pembangunan yang kita lakukan memang untuk meningkatkan mutu kehidupan “orang-orang kecil”.

Kita harus terus membangun demi kepentingan “orang-orang kecil” ini, karena hanya dengan jalan itulah kita akan berhasil meningkatkan mutu kehidupan rakyat kita, kata Presiden.

Harapan rakyat Indonesia yang umumnya orang-orang kecil itu, memang setinggi langit dengan kemerdekaan Rl dan harapan itu makin tinggi lagi, karena dengan kesederhanaan pemikiran, mereka melihat dan merasakan betapa sengsaranya hidup di bawah kekuasaan penjajah.

Itulah sebabnya Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 mendapat sambutan gegap gempita. Tanpa peduli apa pun resikonya, orang-orang kecil terjun ke gelanggang perjuangan dengan modal apa saja yang mereka miliki.

Mereka tahu bahwa bedil dan meriam tidak bisa dihadapi dengan bambu runcing. Mereka sadar bahwa peluru tidak bisa dihadapi dengan mantra-mantra. Tetapi, semangat dan tekad bulat untuk merdeka mengatasi penalaran, hingga lahir semboyan Merdeka atau Mati dan orang-orang kecil Indonesia membuktikan semangat dan tekat bulat ini dengan pengorbanan yang justru besar.

Dengan pengorbanan orang-orang kecil dalam mempertahankan kemerdekaan, dan harapan melangit yang melekat dalam kemerdekaan itu, tepat sekali apa yang dikatakan Presiden Soeharto tujuan utama pembangunan memang untuk meningkatkan mutu kehidupan orang-orang kecil.

Rasanya, akan keliru bila ada yang beranggapan bahwa kemerdekaan ini bisa kita rebut dan pertahankan tanpa orang-orang kecil. Impian kosong bila ada yang mengatakan bahwa kaum penjajah terpaksa melepaskan Indonesia karena hanya kelihaian para pemimpinnya berdiplomasi, misalnya, tanpa didukung keteguhan tekad orang-orang kecil untuk mempertahankan kemerdekaan.

Dalam strategi pembangunan jangka panjang sebagai pengamalan Pancasila, harapan orang-orang kecil yang melekat dalam kemerdekaan memang telah tertampung dan penjabaran hal itu dapat dilihat dalam program-program yang dijadikan sasaran pokok.

Mulai dari penyediaan pangan, sandang dan sarana pendidikan, sampai ke perumahan yang dalam Pelita mencapai perhatian semakin besar.

Namun, berbeda dengan persediaan pangan dan sandang, penyediaan perumahan yang terjangkau oleh daya beli orang-orang kecil, tapi bersamaan dengan itu juga memenuhi persyaratan kesehatan lahir dan batin seperti dikatakan Presiden, jauh lebih berat.

Untuk itu sangat diperlukan partisipasi orang-orang yang tadinya kecil tapi sekarang tidak kecil lagi, untuk ikut memecahkan masalah yang rumit itu.

Dengan kata lain, orang-orang yang tidak lagi kecil itu seyogyanya menyadari sedalam-dalamnya bahwa berhasilnya mereka melepaskan diri dari belenggu kekecilan adalah juga hasil dari pengorbanan mereka yang sekarang masih orang kecil.

Sebagai si kecil, orang-orang kecil ini tidak menuntut banyak, tidak menuntut kekayaan dan kemewahan yang berlebih-lebihan.

Tetapi, bila kemerdekaan yang ikut mereka perjuangkan, makin lama mereka rasakan tidak memberi peluang yang memadai untuk menikmati kehidupan yang memadai pula baiknya sesuai dengan tingkat kemajuan yang dicapai, alangkah akan kecewa orang-orang kecil itu.

Bila kekecewaan itu sempat tumbuh dan berkembang, kita khawatir orang-orang kecil tidak lagi bisa memberikan apa arti kemerdekaan dan tidak merdeka.

Senjata yang paling ampuh mengatasi kemungkinan itu hanya satu, pelaksanaan pembangunan sebagai pengisi kemerdekaan harus benar-benar mempakan pengamalan Pancasila.

Ini berarti, pembangunan mutlak harus dilaksanakan sesuai dengan asas-asas yang terkandung dalam UUD 1945. (RA)

 

Jakarta, Suara Karya

Sumber : SUARA KARYA (15/09/1985)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 69-71.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.