PRESIDEN SETUJUI BUKU PSPB DITELITI KEMBALI

PRESIDEN SETUJUI BUKU PSPB DITELITI KEMBALI

Presiden Soeharto setuju diadakan penelitian kembali terhadap buku Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) karangan Prof. Dr. Nugroho Notosusanto dkk.

“Baik, positif dan setuju diteliti,” katanya seperti dikutip Menteri P dan K Prof. Dr. Fuad Hassan.

Hal itu diungkapkan Menteri Fuad menjawab pertanyaan pers di Lanud Halim Perdanakusuma Jum’at pagi saat mengantar keberangkatan Presiden Soeharto dan rombongan yang melakukan kunjungan kenegaraan ke Turki, Rumania dan Hongaria.

Menurut Fuad Hassan, rencana pembenahan buku PSPB itu sudah diberitahukan kepada Presiden dan disetujui. Tetapi sebelumnya perlu ditinjau dulu, buku PSPB itu sebagai buku apa. Ada bedanya antara buku pelajaran dan buku bacaan.

Kalau hanya sebagai bahan bacaan ya cukup dibaca saja. Tapi kalau untuk buku pelajaran harus disajikan fakta yang relevan dan yang tidak relevan harus dibuang.

PSPB kembali menjadi bahan pembicaraan dalam minggu ini setelah Drs. Soeroto mengungkapkan kesimpulan Seminar Sejarah Nasional, Senin lalu. Seminar itu diselenggarakan LPSN (Lembaga Penelitian Sejarah Nasional Untag. Jakarta Agustus 1984.

Salah satu kesimpulan seminar itu, buku Sejarah Nasional Indonesia untuk SMP Jilid III, terbitan PN Balai Pustaka 1976, khususnya Bah VI berusaha untuk menjatuhkan nama Bung Karno sebagai Proklamator Kemerdekaan Indonesia di mata pelajaran. Karena itu buku tsb tidak merupakan contoh pelajaran sejarah yang baik serta tidak mendidik generasi kita.

Seminar itu memrotes tuduhan di halaman 154 dari buku tsb. yang bunyinya. “Dalam pada itu Presiden Sukarno sendiri menerima komisi dari perusahaan asing yang melakukan import ke Indonesia. Pada pelbagai Bank di luar negeri tersimpan uang jutaan dollar atas nama Presiden”.

Buku Sejarah Nasional Indonesia itu menyusun Nugroho Notosusanto dan Yusmar Basri. Dua sejarawan itu juga bertindak sebagai anggota tim redaksi buku itu, bersama DD Bintarti Edhie Wwjantoro, Djokosuryo, Hasan Muarif Ambary, Mardanas.S, Sagimun MD, Sutisno Kutoyo Buku ini sudah lima kali dicetak pada kurun waktu 1976 s/d 1983.

Secara Fair

Menteri Fuad mengatakan, buku yang telah menimbulkan heboh itu memang perlu diadakan penelitian secara fair.

“Saya kira suatu hal yang wajar kalau kita membenahi suatu hal yang memang perlu dibenahi dan untuk itu perlu dikumpulkan para ahli sejarah. Pokoknya semua harus dijernihkan dan kalau perlu tidak hanya menyangkut satu alinea saja tetapi seluruh isi buku itu” Ujarnya.

Fuad Hassan yang mengaku baru membaca buku tersebut setelah diributkan menyatakan penyesalannya mengapa baru sekarang buku yang terbit tahun 1976 itu diributkan. Mengapa tidak ketika buku itu baru terbit tanyanya.

“Mungkin mereka baru punya kesempatan sekarang untuk mempermasalahkan” jawab wartawan yang kemudian Menteri menimpali ”ya tapi tidak apa-apa, yang penting mana yang tidak betul harus kita betulkan.”

Sebenarnya kata Fuad, setelah dua tahun buku itu terbit harus ada yang meneliti dan meninjau kembali Kalau memang buku itu sebagai buku pelajaran harus ditetapkan mana yang relevan sebagai buku pelajaran dan kalau relevan harus ditetapkan mana yang faktual dan mana yang tidak.

Ia menyebut masalah metodik penyajian perlu diperhatikan supaya tidak membingurigkan anak-anak “Ini penting Iho. Jangan kita membuat anak menjadi bingung. Membingungkan anak-anak itu dosa namanya” kata Fuad.

Kepada bagian Litbang Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Menteri Fuad telah memerintahkan untuk meneliti bagian mana yang perlu direvisi, baik dilihat dari sudut faktuil maupun dari sudut pendidikan. (RA)

 

Jakarta, Suara Karya

Sumber : SUARA KARYA (14/09/1985)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 72-73.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.