Mentauladani Al – Qur’an

Prangko’ an, 29 September 1998

Kepada

Yth. Bapak H. M. Soeharto

di Jakarta

MENTAULADANI AL QUR’ AN [1]

 

Assalamu’alaikum wr. wb.

Hadiah untuk Bapak H. M. Soeharto,

Segala puja milik Allah, yang tidak merubah-rubah firmanNya, dan selalu tepat segalajanji-Nya. Matahari beredar, siang malam saling tukar, roda kadang berputar. Posisi seseorang juga berubah, kadang ditimang, lalu dibuang, ada yang memuji tapi ada pula yang memojokkan.

Situasi boleh berganti, bisa jadi kini krisis tapi lusa leluasa. Tapi Al Qur’an tak pernah berubah dan tak bisa diubah. Terbukti telah lebih seribu tahun dan tersebar seluruh alam, tak bergeser walau satu kalam.

Hanya hati dan otak manusia karena jahil dan dholim, mereka merasa kadang-kadang putus asa, dan suka merekayasa. Maka Tuhan Yang Maha Esa, Maha Perkasa dan Maha Belas Kasih mengutus Nabi Muhammad Saw, dijadikan manusia sempurna, menjadi panutan keselamatan, rahmat seluruh alam. Sampai hari kiamat dengan memberi contoh bagaimana meyakini dan mengamalkan Al Qur’an.

Maka tenteramlah orang-orang yang meyakini dan pedoman Al Qur’an mengikuti garis hidup perjuangan Nabi, meski kadang-­kadang banyak dimusuhi oleh orang-orang yang belum mengerti.

Dan akan bingung, kalau hanya mengikuti berita-berita koran (berita rekayasa manusia) saja. Bila pegang teguh meneruskan khitah dan missi Muhammad Saw, pegang agama untuk menyatukan umat, cari dunia tapi ingat kiamat, Insya Allah pasti selamat dunia akhirat.

Agama melarang putus asa dan memberi jalan keluar dari rasa risau. Ayat-ayat akhir Surat Hud mengatakan:

  1. Bila Allah menyentuhkan mudhorot (kerugian), maka tidak ada yang bisa menolong kecuali Dia, sebaliknya bila Allah menghendaki kebaikan, tidak ada juga yang bisa menghalangi Faddolnya. Allah menimpakan nasib hambaNya kepada siapa yang dikehendaki dan Dia Maha Pengampun dan Penyayang (107)
  2. Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu dan sabarlah sampai Allah menghakimimu dan Dia itu sebaik-baik hakim (109)

Wassalamu’alaikum wr. wb. (DTS)

 H. Ahmad Haryanto

Magelang – Jawa Tengah

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 1056-1057. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.