MENTERI KUWAIT BERTEMU PRESIDEN SOEHARTO
Menteri Negara Urusan Jasa Kuwait, Essami Al Mazidi, hari Rabu menyampaikan pesan Emir Kuwait Syeikh Ahmad Jabbar Al Sabah kepada Presiden Soeharto untuk menjelaskan sikap tegas negara di Teluk Arab tersebut guna mengupayakan penyelesaian konflik Iran-Irak.
Kepada wartawan di Bina Graha Jakarta, Menteri Mazidi juga mengungkapkan bahwa ia juga menjelaskan kepada Presiden perkembangan di wilayah Teluk Arab yang dinilai semakin membahayakan akibat semakin banyaknya penyerangan terhadap kapal-kapal komersial serta penempatan ranjau-ranjau di perairan tersebut.
Kuwait, katanya, sejak perang itu mulai meletus tujuh tahun lalu telah mengupayakan penyelesaian antara Iran dan Irak, dua negara muslim yang bertetangga, dalam berbagai kesempatan.
“Langsung atau tidak langsung kami telah berusaha diadakannya gencatan senjata pada perang gila-gilaan itu,” kata Al Mazidi.
Presiden Soeharto, menurut Menteri Kuwait itu, memahami sepenuhnya peranan serta usaha pihaknya dalam mengakhiri perang Iran-Irak.
“Berdasarkan pandangan kami, juga dirasakan masyarakat dunia, tidak ada alasan untuk melanjutkan perang tersebut,” demikian Mazidi.
Atas pertanyaan wartawan, Menteri Essami mengatakan ranjau-ranjau telah dipasang di perairan internasional yang dekat dengan wilayah Kuwait oleh “pihak-pihak yang tak menghendaki perdamaian di kawasan tersebut”. “Siapa yang Anda maksud?,” kejar wartawan. “Menurut penyelidikan yang telah dilakukan, ranjau-ranjau itu ditempatkan oleh kapal-kapal yang mungkin datang dari Iran,” jawabnya.
Ketika ditanya tentang adanya kapal-kapal perang Amerika di perairan Teluk, ia menegaskan bahwa pihaknya tidak mengundang mereka atau kekuatan lain untuk datang ke Teluk Arab. “Barangkali mereka datang untuk melindungi kapal-kapal dagang mereka sendiri,” ujarnya.
Namun ia mengakui, Kuwait telah membuat perjanjian dagang dengan AS maupun Soviet sehingga, katanya, wajar pihaknya berusaha mengamankan perdagangannya.
Dalam pembicaraan setengah jam di Bina Graha Jakarta itu Menteri Mazidi dan Presiden Soeharto juga membahas secara umum hubungan bilateral kedua negara. (RA)
…
Jakarta, Antara
Sumber : ANTARA (08/07/1987)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 160-161.