Pangkoh IX, 9 Oktober 1998
Kepada
Yth. Bapak H.M. Soeharto
di Tempat
MEREKA AKAN KEWELEH [1]
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, atas Ridho-Nya saya dan keluarga senantiasa sehat wal afiat, semoga Bapak dan Keluarga begitu pula. Amin ya Robbal ‘alamin.
Bapak Soeharto, lama sebenarnya saya ingin melayangkan goresan kepada Bapak, namun baru kali ini saya wujudkan. Saya seorang perantau yang kini jadi guru SLTP di daerah transmigrasi. Asal saya dari Sragen tepatnya di Kec. Gesi. Sekarang saya sudah berkeluarga dan sudah dikaruniai seorang putri berumur 16 bulan.
Bapak, saya & keluarga hari-hari selalu berdo’a untuk Bapak & Keluarga, semoga dengan cobaan yang silih berganti ini Bapak & Keluarga tetap tabah dan tawakal. Saya yakin Bapak & keluarga mampu mengatasi semua itu, dan saya yakin doa Bapak masih didengar oleh-Nya. Do’a Bapak Tasih mandi. Dan semoga semua masalah segera terselesaikan. Saya berdoa agar Bapak & Keluarga terlepas dari tuduhan yang tidak mengenakkan itu. Sedang orang-orang yang tidak tahu terima kasih itu “Keweleh”.
Bapak, cukup sekian dulu. Insya Allah lain waktu dapat dilanjutkan lagi, bila Bapak berkenan. (DTS)
Sungkem,
Try Wahyuni
Kalimantan Tengah
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 1053. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.