PABRIK GULA AKAN DIPERBANYAK

PABRIK GULA AKAN DIPERBANYAK

PRESIDEN :

Pemerintah akan terus berusaha memperbanyak pabrik gula untuk meningkatkan produksi gula dalam negeri.

Dengan meningkatnya produksi gula, maka devisa yang digunakan untuk mengimpor bahan itu dapat digunakan untuk mengimpor berbagai barang modal dan bahan baku lain yang dibutuhkan untuk teknis meningkatkan pembangunan.

Presiden Soeharto mengemukakan hal itu pada sambutan peresmian pabrik gula Sei Semayang I PT Perkebunan IX dan Balai Penelitian Sungai Putih di Sei Sernayang, 14 km dari Medan, Rabu.

Kepala Negara menyatakan, meskipun selama pelaksanaan pembangunan telah berhasil meningkatkan produksi gula, tetapi sampai kini Indonesia masih tetap mengimpornya. Hal ini karena produksi nasional masih berada di bawah kebutuhan.

Kebutuhan gula akan terus meningkat dari tahun ke tahun, bukan saja karena makin besarnya jumlah penduduk, tetapi juga karena meningkatnya konsumsi gula rata­rata setiap penduduk dalam satu tahun.

Titik Lemah

Presiden Soeharto mengungkapkan, pengimporan gula merupakan titik lemah dari sektor pangan Indonesia, karena selama masih mengimpor bahan pangan yang penting ini Indonesia akan terus tergantung pada keadaan pasaran gula dunia.

Di samping itu, impor gula berarti tambahan pengeluaran devisa yang tidak kecil. Oleh karenanya, kata Presiden, usaha meningkatkan produksi gula bagi memenuhi kebutuhan sendiri, merupakan usaha yang sangat penting dan merupakan tantangan sektor pertanian yang harus dapat diatasi dengan baik.

Indonesia mempunyai kesempatan untuk menjawab tantangan itu, "Sebab kita memang mempunyai potensi dan kemungkinan untuk memperbesar produksi gula" kata Kepala Negara.

Luar Jawa

Presiden mengatakan, untuk menaikkan gula mutlak diperlukan areal tanah yang cukup luas.

Hal ini berarti harus memandang ke tanah-tanah yang masih terbuka di luar pulau Jawa, karena tanah di Jawa sudah sangat terbatas.

"Karena itulah saya telah menggariskan kebijaksanaan bahwa pembangunan pabrik gula dan kebun tanaman tebu baru hanya terbuka luas di luar Jawa," kata Kepala Negara.

Presiden menyambut gembira dengan selesainya pembangunan pabrik gula Sei Semayang I yang akan dilanjutkan dengan membangun lagi pabrik gula Sei Semayang II dan pabrik-pabrik gula lainnya yang tersebar di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

Hal ini kata Presiden berarti sekaligus memperluas pemerataan pembangunan yang merupakan salah satu kunci penting bagi keberhasilan pembangunan.

Kepala Negara menganggap sangat tepat langkah-langkah yang I dan II nanti, dengan memanfaatkan areal tanah secara bergiliran dengan tanaman tembakau dalam rangka menggunakan lahan secara optimal.

Dengan demikian berarti produksi gula dapat ditingkatkan tanpa mengganggu produksi pertanian lainnya, seperti Tembakau Deli yang telah memiliki pasaran lebih baik di luar negeri.

Swasembada Gula

Sasaran pemerintah dalam pembangunan di bidang produksi gula menurut Presiden, adalah mencapai swasembada gula pada akhir Repelita IV yang akan datang.

Dengan terus memelihara laju pembangunan, dengan kerja keras yang tidak mengenal lelah dan dengan memanfaatkan berbagai kemungkinan, seperti pembangunan pabrik gula cair dari bahan ubi kayu, dapat diharapkan sasaran tersebut bukan saja dapat dicapai tepat pada waktunya, tetapi bisa dicapai lebih cepat.

Penelitian

Presiden mengingatkan, selain perlu dibangun sarana juga diperlukan teknologi pertanian yang maju agar dapat memanfaatkan dan mendayagunakan kekayaan alam. Oleh karena itu maka dalam membangun bidang pertanian di perlukan berbagai penelitian.

Disebutkan salah satu hasil kekayaan alam Indonesia yang perlu ditingkatkan hasil dan mutunya itu adalah karet alam, karet alam merupakan komoditi penting.

Pertama karena karet alam merupakan penghasil devisa terbesar kedua di bidang pertanian setelah kayu. Kedua, karena karet alam memberi nafkah kepada kurang lebih satu juta keluarga petani.

Di samping itu, potensi lahan yang dapat dibuka untuk penanaman karet di Indonesia masih cukup luas dapat meliputi belasan juta hektar, namun keadaan perkaretan Indonesia masih terbelakang. Untuk menanggulangi keterbelakangan itu telah diadakan peremajaan, perluasan dan intensifikasi karet rakyat.

Usaha-usaha tersebut menurut Presiden perlu didukung oleh pengetahuan di bidang ekonomi, budidaya, teknologi pengolahan dan perbaikan mutu karet. Untuk itulah perlu diadakan penelitian dengan lingkup yang luas.

Dengan adanya Balai Penelitian Sungai Putih, diharapkan dapat dikembangkan teknologi pertanian yang tepat guna, yang memadukan antara kemampuan dengan kebutuhan yang diperlukan di bidang perkaretan.

Balai Penelitian Sungai Putih dibangun dengan biaya Rp 4,7 milyar dan dilengkapi dengan kebun percobaan seluas 700 ha.

Pada upacara peresmian itu, Presiden Soeharto yang disertai Ibu Tien berkesempatan meninjau keliling pabrik gula dan berhenti sejenak pada gudang produksi.

Dalam gudang produksi Presiden Soeharto dan Ibu Tien membubuhkan tanda tangan pada karung gula hasil produksi pabrik gula PTP IX Sei Semayang.

Hadir pada peresmian Menteri Sekretaris Negara, Sudharmono, Menteri Pertanian Sudarsono Hadisapoetro, Menmud Urusan Produksi Pangan A. Afandi dan Gubernur Sumatera Utara, EWP Tambunan. (RA)

Medan, Suara Karya

Sumber : SUARA KARYA (17/02/1983)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 275-277.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.