PAK HARTO, YG BISA AMBIL KEPUTUSAN PADA SAAT2 KRITIS

PAK HARTO, YG BISA AMBIL KEPUTUSAN PADA SAAT2 KRITIS [1]

  • Ibu Tien Soeharto Pernah Menunjang Semangat Pak Harto
  • Sebagai Bapak, Pak Harto Sering Menyempatkan Diri Mengajar Berhitung Tommy

 

Jakarta, Berita Buana

Dalam mencari-cari letak sumber keberhasilan Pak Harto selama ini tidak perlu jauh2 mencarinya sumber kekuatan moril itu acta selalu disampingnya. Ia tak lain adalah Ibu Tien Soeharto. Sejak Letkol Soeharto menikah dengan Siti Hartinah puteri kedua dari KRMTH Soemohatjono pegawai Mangkunegaran Solo, Tgl 24 Desember 1947, Ibu Tien-lah yg menjadi kekuatan moril kehidupan Pak Harto.

Hal ini diakui dan dirasakan sekali oleh pak Harto, oleh karenanya dalam pertemuan2 umum baik di Jakarta maupun dalam kunjungannya ketiap2 daerah, Presiden Soeharto selalu memperkenalkan Ibu Tien Soeharto sebagai “pembantunya” yang setia.

Kebiasaan mengucapkan kata perkenalannya itu ia lakukan setelah lebih dahulu Pak Harto memperkenalkan pembantu2nya dalam menjalankan tugas sehari2 yaitu para Menteri2, baru setelah itu Pak Harto menyampaikan amanatnya atau pidatonya kepada umum.

Ibu Tien Soeharto bukan hanya merupakan pembantu saja bahkan dialah tempat Pak Harto mencurahkan segala kepahitan hidupnya dan merupakan tumpuan disaat2 yang kritis.

Hal itu terungkap pada saat yang kritis dan gelap tanggal 1 Oktober 1965 dengan ucapan pak Harto sendiri sbb. ;

“Hanya dia yang memberikan kekuatan dan dukungan moril kepada saya.”

Kalau Ibu Tien tidak merupakan sumber kekuatan moril bagi Pak Harto tentunya Pak Harto tidak akan menjadi Presiden sampai untuk kedua kalinya. Bayangkan saja bahwa sebenarnya Pak Harto di tahun 1950 pernah mau “mutung” untuk berhenti jadi tentara, karena tidak tahan terhadap fitnahan2 dimana didesas-desuskan kalau ia mengatakan pada Ibu Tien bahwa akan berhenti dati tentara dan akan jadi petani atau supir taxi saja. Tapi apa jawaban Ibu Tien waktu itu..?

Dengan tenangnya ia berkata pada Pak Harto sbb.:

“Saya dulu diambil istri oleh seorang prajurit dan bukan oleh supir taxi. Seorang prajurit harus dapat mengatasi setiap persoalan dengan kepala dingin walaupun hatinya panas”.

Sekalipun kata2 Ibu Tien ini tenangnya seperti tenangnya air di danau, namun mengandung sikap yang tegas, yang telah menyebabkan Pak Harto membatalkan niatnya untuk keluar dari TNI.

Entah apa yang akan terjadi seandainya waktu itu Ibu Tien bersikap masa bodoh dan tidak mencegah niat Pak Harto itu ? Siapa kiranya yang akan memimpin menumpas G30S/PKI yang berontak tgl. 1 Oktober 1965 karena tentunya waktu itu Rep. Indonesia tidak akan mempunyai Komandan KOSTRAD yang bernama May. Jenderal Soeharto. Dan tentunya pula sejarah Republik Indonesia ini akan lain tidak seperti sekarang hasilnya.

Tapi buktinya bahwa dengan pimpinan Komandan KOSTRAD May. Jenderal Soeharto telah maju dan ambil putusan disaat2 yang sangat kritis tgl. 1 Oktober 1965 itu dengan menghimpun semua kekuatan ABRI hingga dapat menggagalkan pemberontakan PKI.

Dengan demikian, maka secara tidak langsung sebenamya Ibu Tien memberikan andil yang besar bagi kelangsungan hidup Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila. (DTS)

Sumber: BERITA BUANA (24/03/1973)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 325-326.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.