PANGERAN SIHANOUK PUAS LAKUKAN PEMBICARAAN DENGAN PRESIDEN SOEHARTO

PANGERAN SIHANOUK PUAS LAKUKAN PEMBICARAAN DENGAN PRESIDEN SOEHARTO

Pembahasan mengenai langkah-langkah bagi penyelesaian masalah Kampuchea merupakan titik berat pembicaraan hampir dua jam antara Presiden Soeharto dan Pangeran Sihanoukdi IstanaMerdekaJakarta, Senin pagi yang dimulai pukul 10.00 wib.

Selesai pertemuan tersebut, Pangeran Sihanouk yang Presiden Republik Demokratik Kampuchea itu menjelaskan bahwa ia sama pandangan dengan Presiden Soeharto tentang langkah-langkah penyelesaian termaksud.

Menurut Mensesneg Sudharmono SH setelah perundingan itu, Presiden kembali menegaskan pandangan ASEAN bagi penyelesaian masalah Kampuchea ialah agar tetap berpegang teguh pada semangat Resolusi PBB yang menghendaki pemberian kesempatan kepada rakyat Kampupchea untuk menentukan nasibnya bersahabat.

Ditanya apakah ada bantuan konkrit yang akan diberikan oleh negara-negara ASEAN bagi Republik Demokratik Kampuchea, Mensesneg menyatakan belum ada. Tetapi dukungan moril selalu diberikan, di samping bantuan lain-nya yang diperlukan, namun tidak diuraikan bantuan yang dimaksudkan.

Monumen Nasional

Sementara itu Puteri Monique, isteri Pangeran Norodom Sihanouk, Presiden Republik Demokrasi Kampuchea bersama dua orang puterinya hari Senin mengunjungi Monumen Nasional yang terletak di seberang Istana Merdeka.

Di pintu gerbang Monas, Puteri Monique disambut oleh Direktur Monas Djafar Gondokusumo bersama nyonya, sementara isteri Presiden Republik Demokrasi Kampuchea tersebut menerima buket bunga anggrek dari seorang gadis berpakaian adat.

Puteri Monique yang didampingi Ny. Soeprapto, isteri Gubernur DKI mengenakan gaun panjang dari sutera (silk) warna hijau tua dengan garis-garis aneka warna serta menyandang tas putih dan memakai sepatu putih pula.

Tamu negara tadi segera menuju ke ruang utama Monas untuk mengisi buku tamu yang telah tersedia. la mendapat penjelasan tentang keadaan monumen yang didirikan/diresmikan tanggal 17 Agustus 1961 itu.

Pemandu Monas memberikan penjelasan bahwa monumen tersebut merupakan lambang semangat bangsa Indonesia dan semangat perjoangan bangsa 1945, untuk diwariskan bagi generasi muda Indonesia.

Putri Monique segera menuju ketempat penyimpanan naskah Proklamasi Kemerdekaan R.I., sebuah bangunan segi empat dari batu beton berlapis batu marmer, yang mempunyai daun pintu.

Ketika lagu "Padamu Negeri" berkumandang, pintu tersebut perlahan lahan terbuka, dan waktu Iapisan ke dua terbuka, tampak tulisan naskah proklamasi yang ditandatangani oleh Soekarno-Hatta, dan berkumandanglah suara pembacaan teks proklamasi tersebut oleh almarhum Bung Karno, melalui rekaman kaset.

Isteri Presiden Republik Demokrasi Kampuchea tersebut tertegun sekejap, dan ketika pembacaan selesai ia mendekat ke tempat naskah Proklamasi Kemerdekaan tersebut untuk mendapatkan penjelasan dari pemandu.

Selanjutnya Tamu Negara itu mendapat penjelasan tentang lambang Negara Indonesia yang berupa burung Garuda bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika, bendera Kebangsaan Indonesia sang Merah Putih serta penjelasan tentang peta lokasi wilayah Republik Indonesia yang membentang dari Sabang hingga Merauke dengan ke-27 propinsinya.

Puteri Monique dan ke dua anak wanitanya itu segera diajak melihat puncak Monas dengan lift, untuk melihat pemandangan kota Jakarta sekeliling. Tidak lama berada di tempat yang tingginya sekitar 130 meter itu, tamu negara dan rombongan segera menuju ke Museum Sejarah Indonesia yang berbentuk Diorama, letaknya tiga meter ke dasar Monas.

Diorama tersebut menggambarkan sejarah dimulainya bangsa Indonesia sejak 3000-2000 tahun sebelum Masehi yang menggambarkan masyarakat Indonesia Purba, hingga perkembangan terakhir di tanah air ini.

Diorama tersebut berbentuk boneka yang dipasang di dalam dinding dan diberi kaca, menggambarkan tokoh-tokoh kala itu serta masyarakat/rakyat Indonesia sendiri.

Dalam pertemuan tersebut presiden didampingi oleh Mensesneg Sudharmono dan diplomat senior Drs. Chaidir Anwar Sani selaku staf ahli Menlu RI.

Tidak Mundur

Pangeran Sihanouk secara panjang lebar telah menjelaskan kepada Presiden Soeharto latar belakang pernyataannya untuk mundur dari jabatan Presiden Demokratik Kampuchea beberapa hari lalu.

Namun kini ia menganggap masalah tersebut telah selesai, tidak ada persoalan apa-apa lagi, sehingga ia tidak jadi wundur dari jabatan tersebut.

Dijelaskan, permintaan mundurnya diajukan setelah pihak Khmer Merah menolak usulnya bagi rekonsiliasi ke-3 front yang berkoalisi anti Vietnam dengan kelompok Heng Samrin yang didukung Vietnam.

Usul tersebut diajukan Sihanouk sebagai realisitas bagi penyelesaian jangka panjang masalah Kampuchea, sehingga ke-4 pihak sama-sama terlibat bagi penentuan masa depan negri itu.

Terhadap ancaman Sihanouk untuk mundur itu, Wakil Presiden Demokratik Kampuchea Khicu Sampan yang dari Khmer Merah segera mengirimkan surat yang isinya menegaskan lagi penolakan dan pendirian Khmer Merah tapi bukan untuk mengeritik Pangeran Sihanouk.

Terhadap penyelesaian masalah negerinya, Sihanaouk mengatakan kita haruslah hati-hati dalam mengeterapkannya karena begitu banyak pandangan satu sama lain mungkin berbeda

Ia sendiri menyatakan puas telah melakukan pembicaraan yang penuh persahabatan dengan Presiden Soeharto. Penilaian serupa juga dikemukakan Mensesneg Sudharmono yang menyatakan bahwa pertemuan antara kedua pemimpin di Istana Merdeka, Senin pagi itu, sangat mulai dari zaman Majapahit tahun 1331.

R.A. Kartini

Selanjutnya gambaran mengenai keadaan Sunda Kelapa di tahun 1527 yang kemudian menjadi Jayakarta dalam peperangannya melawan pihak Belanda, dipimpin oleh Pangeran Jayakarta. Juga dijelaskan gambaran tentang perlawanan Pattimura bersama-sama Christina Martha Tiahahu terhadap Belanda di tahun 1817, Perang Diponegoro 1825-1830, Perang Imam Bonjol serta Perang Aceh dekat Mesjid Raya secara jelas.

Puteri Monique sangat memperhatikan gambaran R.A. Kartini yang sedang memberikan pelajaran bagi kaum wanita di dalam ruang Kabupaten.

Gambaran-gambaran selanjutnya mengenai hari Kebangkitan Nasional dengan lahirnya Boedi Oetomo di tahun 1908, Stovia dan Hari Sumpah Pemuda hingga pada pemberontakan Peta di Blitar dan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dimana bendera Merah Putih bisa berkibar kembali di bumi Indonesia.

Sedangkan gambaran setelah kemerdekaan 1945 adalah pertempuran Surabaya, Indonesia menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa yang ke-60, pemilihan umum pertama tahun 1955, pembebasan Irian Barat 1963, Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 1965 serta Surat Perintah 11 Maret 1966.

Kurang lebih selama satu jam tamu negara berada di arena Monas, dan dengan diantara Ny. Soeprapti Soeprapto serta Direktur Monas Djafar Gondokusumo, Puteri Monique mengakhiri kunjungannya di Monumen Nasional.

Sebelum meninggalkan tempat itu, Ny. Djafar menyerahkan bingkisan kenangan bagi Isteri Presiden Repubhk Demokrasi Kampuchea tersebut beserta kedua puterinya. (RA)

Jakarta, Berita Buana

Sumber : BERITA BUANA (1983)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 232-235.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.