LAKSANAKAN POLITIK BEBAS AKTIF SEKARANG TAK MUDAH
Presiden Soeharto mengatakan, pelaksanaan politik luar negeri yang bebas dan aktif seperti yang dipesankan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 kita, hanya akan suksesjika ada dukungan dari keberhasilan kita di dalam negeri.
Keberhasilan di dalam negeri terutama tergantung dalam melaksanakan pembangunan dan memperkuat ketahanan nasional, yang pada gilirannya akan lebih memberi kekuatan untuk melaksanakan amanat bangsa Indonesia di bidang politik luar negeri.
Kepala Negara mengutarakan hal itu sesaat setelah melantik dan mengambil sumpah tujuh orang Duta Besar dan Berkuasa Penuh R.I. yang baru di Istana Negara hari Sabtu. Mereka adalah:
Marsekal Madya Abdul Rochim Alamsyah untuk Republik Turki, Imam Abikusno untuk Republik Sosialis Ethiopia, Drs. Soetadi untuk Republik Brazilia merangkap Peru, Mayjen (Purn) August Marpaung SH untuk Australia, S.A.M. Alaydrus untuk Tunisia, Mayjen (Purn) Prapto Prayitno untuk Republik Federasi Swiss dan Zuwir Djamil untuk Kerajaan Brunei Darussalam yang berkedudukan di Bandar Sri Bagawan.
Menurut Presiden, peranan Duta Besar pada masa sekarang dan masa mendatang akan makin bertambah penting lagi karena dunia kita sedang dipenuhi oleh berbagai pergolakan yang perkembangannya penuh dengan segala kemungkinan.
Di bidang politik kita menyaksikan terus berlangsungnya perebutan pengaruh antara kekuatan besar di dunia, yang mau menyeret-nyeret negara lain ke dalam lingkungan pengaruhnya.
Di bidang ekonomi dunia masih mengalami kesulitan yang serius, peredaan ketegangan dan pengurangan persenjataan yang diinginkan oleh umat manusia belum menjadi kenyataan, malah sebaliknya pacuan senjata terus berlangsung, sehingga seolah-olah dunia kita sekarang ini berada di atas timbunan senjata yang dapat diledakkan setiap waktu.
Tingkatkan Kewaspadaan
Menghadapi keadaan dunia yang mencemaskan tadi, maka tidak ada pilihan lain bagi kita, kecuali terus meningkatkan kewaspadaan agar kita tetap mampu melaksanakan politik luar negeri kita yang bebas aktif, sebaik-baiknya.
Dengan demikian, kata Presiden lebih Ianjut, kita akan dapat tetap berdiri bebas, tidak terseret pada sengketa yang tidak ada sangkut pautnya dengan kepentingan kita serta dapat melaksanakan apa yang dipesankan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Namun demikian kita sadar, ucap Kepala Negara, bahwa melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif dalam situasi dunia seperti sekarang ini, tidaklah mudah.
Tugas Seorang Duta Besar
Di awal pidato pelantikan itu, Kepala Negara memesankan, tugas seorang Duta Besar harus dapat menampilkan diri sebagai seorang waldl bangsa Indonesia dalam arti luas.
Duta Besar bukan hanya mengurusi kepentingan R.I. di luar negeri, melainkan juga harus dapat menggambarkan kepada bangsa-bangsa lain mengenai berbagai aspek kehidupan bangsa Indonesia termasuk cita-cita dan usaha-usaha bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-citanya.
Presiden Soehartojuga minta agar segenap duta Besar dan Berkuasa Penuh R.I yang bertugas di luar negeri mencurahkan perhatiannya untuk ikut berjuang guna mewujudkan tekad kita untuk mensukseskan Repelita IV. Salah satu tugas Duta Besar adalah membantu meningkatkan ekspor kita.
Ekspor barang-barang diluar minyak dan gas bumi seperti hasil pertanian dan industri harus kita tingkatkan, bukan saja karena kita memerlukan devisa yang besar untuk menggerakkan pembangunan, tapi lebih-lebih karena kelangsungan ekspor dari basil pertanian dan industri akan dapat memberikan lapangan kerja dan menghidupi jutaan petani dan buruh yang bekelja di lapangan pertanian, perkebunan, pertambangan dan industri.
Menurut Presiden, devisa itu mutlak kita perlukan, karena makin jauh perjalanan kita di dalam pembangunan maka makin besar pula devisa yang kita perlukan justru untuk meningkatkan dan memperluas lagi pembangunan kita dalam Repelita IV nanti.
Upacara pelantikan para Duta Besar RI yang baru itu selain dihadiri oleh Nyonya Tien Soeharto dan Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah juga tampak pimpinan Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara, sejumlah Menteri Kabinet dan pejabat teras sipil dan ABRI lainnya. (RA).
…
Jakarta, Pelita
Sumber : PELITA (1983)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 230-232.