PEMBANGUNAN PERUMAHAN DALAM PELITA IV PERLU LEBIH TERPADU

PEMBANGUNAN PERUMAHAN DALAM PELITA IV PERLU LEBIH TERPADU

PRESIDEN :

Pembangunan perumahan dalam Pelita IV mendatang perlu dilakukan secara lebih terpadu, mengingat pembangunan perumahan erat kaitannya dengan pembangunan bidang-bidang lainnya.

Memberikan sambutan ketika meresmikan penghunian perumahan sederhana Perum Perumnas di Mojosongo, Solo hari Jumat kemarin. Presiden Soeharto lebih lanjut mengatakan, bentuk keterpaduan tersebut antara lain dalam bidang pelaksanaan kebijaksanaan, tata guna tanah, pengembangan daerah perkotaan, kesehatan lingkungan, bahan bangunan produksi dalam negeri serta tenaga kerja.

Sebagai contoh, Presiden Soeharto mengemukakan proyek perumahan di Mojosongo tersebut. Dikatakannya, dengan keterpaduan pelaksanaan di Mojosongo, dapat dilakukan optimasi penggunaan tanah dengan memanfaatkan tanah kurang produktif menjadi lingkungan perumahan sehat.

Selain itu juga dalam bentuk pemanfaatan hasil industri bahan bangunan setempat, penggunaan manajemen dan konstruksi yang baik dan pemanfaatan bantuan luar negeri.

Usaha mendorong kegiatan produksi bahan bangunan menurut Presiden akan mendorong usaha-usaha lainnya dan berarti mempercepat laju pembangunan, termasuk di dalamnya manfaat bagi rakyat sendiri.

Rumah tinggal merupakan kebutuhan dasar manusia disamping kebutuhan lainnya. Tanpa perumahan sehat akan sulit terwujud keluarga sejahtera dan bahagia lahir maupun batin. Namun menurut Presiden, memenuhi kebutuhan perumahan bagi lebih dari 150 juta jiwa yang tersebar di sebuah pulau, bukan pekerjaan mudah, Apalagi mengingat masalah perumahan berkaitan erat dengan pembangunan lainnya, seperti peningkatan pendapatan masyarakat, industri, lingkungan hidup dan sebagainya. Karena itu penanganan perumahan rakyat perlu dikaitkan dengan pembangunan dalam arti luas.

Pembangunan perumahan rakyat yang saat ini berhasil dilakukan menurut Presiden karena dalam Pelita I pemerintah telah bekerja keras yang kemudian membuahkan hasil dalam meletakkan dasar-dasar kuat untuk memperkokoh stabilitas nasional di bidang ekonomi dan politik.

Dalam Repelita II dicanangkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih memadai, sedangkan Pelita Ill telah ditekadkan untuk mulai mewujudkan pemerataan pembangunan.

Langkah kebijaksanaan ini akan dilanjutkan dalam Repelita IV, terutama pengerahan dana masyarakat sendiri, kata Presiden.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Negara Perumahan Rakyat, drs Cosmas Batubara mengutarakan, pembangunan perumahan rakyat selama Pelita III telah berhasil memenuhi target.

Menurut Menteri selama ini pemerintah telah berhasil membangun 150.000,- unit rumah yang tersebar di III lokasi di 99 kota, meliputi Ibu kota propinsi, kota yg berpenduduk 100.000 jiwa maupun kota-kota yang berkepadatan 50.000 jiwa namun berfungsi sebagai pusat pengembangan wilayah.

Berdasarkan hasil Pelita III menurut Cosmas, diperkirakan pembangunan perumahan dalam Pelita IV akan semakin meningkat.

Sistem pemenuhan kebutuhan perumahan adalah pendekatan keterjangkauan, yakni besar rumah yang dibangun didasarkan pada tingkat pendapatan keluarga

Selama ini dilaksanakan sistem sepertiga dari penghasilan keluarga sebagai dasar angsuran. Untuk itu jenis rumah yang dibangun di Mojosongo terdiri dari tipe rumah tumbuh 18/60, 18/72, 21/90 sebanyak 1936 unit dan rumah sederhana tipe 36/120 sejumlah 258 unit.

Dengan sistem rumah tumbuh, masing-masing keluarga akan dapat mengembangkan sendiri sampai 60 persen dari luas kapling yang disediakan.

Selain itu dengan angsuran yang tak terlalu besar bisa diperoleh ruangan yang luasnya cukup memenuhi persyaratan setelah rumah tumbuh dikembangkan.

Dana pengembangan itu sendiri tentunya berasal dari tabungan masing-masing keluarga. Cara ini menurut Cosmas, merupakan salah satu usaha menggali kemampuan terselubung masyarakat. Berdasarkan penelitian, ternyata bangsa Indonesia mempunyai kemampuan menabung dalam berbagai bentuk.

Pembangunan perumahan di Mojosongo menurut Cosmas, dimanfaatkan juga oleh pihak UNIDO/UNDP bekerja sama dengan Dep PU dan Dep Perindustrian untuk melaksanakan program pembinaan industri rakyat. Dalam hal ini berbentuk pemanfaatan hasil peningkatan produksi pengrajin genteng pelentong yang tergabung dalam KUD Mojolaban di Kab Sukoharjo dan KUD model Kebakkramat Kab. Karanganyar yang telah berhasil mencapai Standar Industri Indonesia (SIT).

Bagi Dep PU sendiri, proyek Mojosongo dimaksudkan juga untuk meningkatkan kemampuan para kontraktor golongan ekonomi lemah dengan latihan-latihan dalam pelelangan, persiapan pelaksanaan pekerjaan.

Ini semua dilakukan melalui proyek perencanaan pembinaan industri konstruksi (perbinikon). Dalam proyek ini diikutsertakan beberapa pengusaha kontraktor golongan ekonomi lemah dengan hasil memuaskan. Menurut Pimpro Perum Perumnas Mojosongo, Ir. Latief Malangyuda, pembangunan perumnas Mojosongo menelan biaya Rp 5,6 milyar.

Dari jumlah tersebut 20 persen di antaranya merupakan bantuan pinjaman dari pemerintah Belanda, selain itu menurut Latief, selama ini pemerintah Belanda juga memberikan bantuan sekitar Rp 500 juta berupa pengawasan dan perencanaan.

Sampai saat ini, dari jumlah 2.194 unit yang akan dibangun, telah diselesaikan 1.760 buah rumah dari berbagai tipe, sisanya 434 unit diharapkan rampung Maret 1984 mendatang.

Sistem pekerjaan di proyek Mojosongo ini dilaksanakan lewat cara padat karya dengan pemakaian sekitar 2500 tenaga keija setiap hari pada jam-jam sibuk. Selama 2 tahun pelaksanaan, tenaga kerja yang terserap rata-rata 600 orang per hari.

Peresmian penghunian Perumnas Mojosongo ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Presiden Soeharto serta penyerahan kunci rumah tinggal kepada beberapa wakil penghuni yang terdiri dari kelompok pensiunan, swasta, pegawai negeri, ABRI, wiraswasta maupun keluarga yang terkena gusuran.

Hadir dalam kesempatan itu, lbu Tien Soeharto, Mensekneg Soedharmono, Menteri PU Suyono Sosrodarsono, Menpera Cosmas Batubara, Pangab Beny Murdani, Dirjen Industri Kecil Gitosewoyo serta Gubernur Jateng Ismail. (RA)

Solo, Suara Karya

Sumber : SUARA KARYA (21/12/1983)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 245-274.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.