PERLU PAHAMI SEMANGAT DAN ARAH PEMBANGUNAN
Presiden Kepada Perusahaan Minyak Asing
Presiden Soeharto mengingatkan besarnya peranan kerja sama dengan perusahaan asing dalam usaha perminyakan di Indonesia.
Untuk menggali dan mengolah minyak dan gas bumi, kata Kepala Negara, di perlukan modal besar, teknologi dan ketrampilan manajemen tinggi yang belum sepenuhnya dimiliki Indonesia sehingga perlu kerja sama secara saling menguntungkan dengan pihak asing sekaligus membuka kemungkinan peningkatan kemampuan nasional.
Presiden mengatakan itu dalam pidato pengarahannya ketika membuka konvensi tahunan ke-11 IPA (Indonesian Petroleum Association) di Balai Kartini Jakarta, kemarin.
Pembukaan konvensi itu oleh Kepala Negara merupakan yang pertama kalinya dalam 11 tahun sejarah IPA. IPA sendiri merupakan organisasi dari perusahaan-perusahaan baik yang terlibat langsung dalam usaha perminyakan maupun yang menyediakan berbagai jasa bagi perusahaan minyak di Indonesia. Pada waktu ini IPA memiliki 70 anggota.
Kepala Negara dalam pidatonya lebih jauh mengatakan, bagian terbesar dari produksi minyak Indonesia merupakan hasil dari kerja sama dengan perusahaan asing dan agar kerja sama itu terus bersifat positif dan konstruktif, perusahaan asing perlu memahami semangat, arah dan tujuan pembangunan nasional.
Ditegaskannya, Pemerintah Indonesia dengan jaminan berbagai peraturan perundang-undangan memberikan jaminan bagi para penanam modal di Indonesia untuk mendapatkan keuntungan yang wajar dari modal yang ditanam.
Sebaliknya, kata Kepala Negara, pemerintah juga meminta pengertian dari para penanam modal asing bahwa kesempatan menanam modal dan memperoleh keuntungan ini harus mempunyai fungsi nyata dalam memajukan perekonomian, Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
Presiden minta agar perusahaan minyak asing yang beroperasi di Indonesia ikut membantu terlaksananya kebijaksanaan Pemerintah RI untuk mendorong dan meningkatkan kemampuan dan peranan pengusaha nasional.
"Adalah wajar dan adil jika para pengusaha nasional mendapatkan upaya hidup dan dapat tumbuh dan berkembang dengan subur di tanah airnya sendiri," kata Kepala Negara.
Permintaan Minyak Dunia
Sementara itu, Menteri Pertambangan dan Energi, Subroto, dalam sambutan nya mengatakan, berlainan dengan konvensi-konvensi sebelumnya, konvensi IPA tahun ini diselenggarakan dalam situasi dimana kelesuan melanda seluruh industri perminyakan dunia.
Permintaan minyak dunia, katanya, diperkirakan akan turun dari tingkat ratarata 47, 10 juta barel per hari dalam tahun 1981 menjadi hanya 45,44 juta barel perhari tahun ini. Akibatnya, harga minyak di pasaran tunai, bulan Maret lalu mencapai titik terendah, katanya.
Tapi dalam kuartal ke-3 dan ke-4 tahun ini, katanya, permintaan minyak dunia akan kembali meningkat dan pasaran minyak dunia akan ramai kembali Panitia Monitoring OPEC sendiri, dalam pertemuannya tanggal 19 April 1982 yang lalu memperkirakan bahwa dalam kuartal ke-4 tahun 1982, permintaan minyak dunia akan naik menjadi rata-rata 47,49 juta barel per hari dari 43,43 juta barel dalam kuartal sebelumnya.
Subroto juga mengatakan dalam situasi pasaran dan harga minyak yang lesu itu perusahaan minyak di Indonesia tidak mengurangi kegiatan eksplorasinya. Suatu hal yang dinilainya sangat positip.
Dengan adanya situasi dan proyeksi diatas, sementara peserta konvensi IPA kemarin menilai kehadiran Kepala Negara pada kesempatan itu sebagai ajakan agar aktivitas usaha perminyakan di Indonesia tidak ikut-ikutan lesu. Karena jika itu terjadi Indonesia tidak akan dapat mengambil manfaat optimal pada waktu pasaran minyak membaik.
Direktur Utama Pertamina Joedo Sumbono, pada kesempatan itu melaporkan, bahwa sejak krisis energi tahun 1977 Pertamina telah menandatangani sejumlah kontrak bagi hasil yang meliputi 46 wilayah kerja, 9 di antaranya merupakan daerah yang sama sekali tidak dijamah sebelumnya.
Jumlah terbesar adalah daerah-daerah yang telah dikembalikan oleh kontraktor terdahulu.
"Ini sekaligus menunjukkan peningkatan persepsi teknologi yang dikembangkan antara lain melalui konversikonversi tahunan IPA," kata Pembina Utama IPA itu.
Tujuan IPA
Joedo Sumbono lebihjauh mengatakan, IPA merupakan organisasi non-profit dan non politik yang didirikan tahun 1971 dengan 3 tujuan utama.
Yakni memupuk kerja sama dalam ketergantungan yang saling mengisi, saling tukar lnformasi, pengalaman dan data untuk mengembangkan kepentingan bersama dan alih teknologi dengan memanfaatkan sarana pendidikan baik yang ada di Indonesia maupun yang ada di induk perusahaan minyak asing di luar negeri.
Konversi tahunan IPA, kata Joedo, diselenggarakan dalam kerangka tujuan itu. Ia mengungkapkan bahwa dari konvensi IPA selama ini telah dihasilkan 10 buah buku yang mencakup 275 buah masalah tentang teknologi, ekonomi dan kebijaksanaan perminyakan khususnya dari energi umumnya.
Sambil menyitir pendapat ahli geologi, Joedo mengatakan, dengan bahan-bahan yang ada itu telah dapat disusun 1 buku dengan peta-peta yang komprehensif tentang geologi perminyakan di Indonesia.
Dalam konvensi ke-11 ini dibahas 32 makalah. Untuk pertama kalinya juga akan dibahas potensi dan kemungkinan penggunaan panas bumi sebagai energi alternatif.
Acara pembukaan kemarin, dihadiri juga oleh Ibu Tien Soeharto dan sejumlah beberapa menteri Kabinet Pembangunan III. (RA)
…
Jakarta, Suara Karya
Sumber : SUARA KARYA (09/06/1982)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 1121-1123.