PERLU SEMINAR MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI TEMBAKAU
PRESIDEN:
Presiden Soeharto menginstruksikan Menmud Hasrul Harahap untuk mencari upaya meningkatkan pendapatan petani tembakau yang kini telah melibatkan satu juta kepala keluarga petani.
Seusai menghadap Kepala Negara, Sabtu, di Bina Graha, Menmud urusan Peningkatan Produksi Tanaman Keras, Hasrul Harahap mengatakan untuk mencari upaya tersebut Presiden memberi petunjuk agar diadakan suatu seminar yang melibatkan para ahli hingga pedagang dan produsen rokok.
Seminar tersebut diharapkan menemukan cara, sehingga petani bisa menikmati perkembangan harga tembakau. Di samping itu juga dapat menemukan cara yang terbaik supaya semua pihak terjamin kelangsungannya.
Bagi peningkatan produksi tembakau dirasa perlu mencari bibit yang baik dan lebih cocok, memperbaiki cara bertanam serta cara pengolahannya. Selanjutnya perlu diperhatikan pengaturan tata niaganya, sehingga memberi keuntungan baik bagi petani maupun bagi pedagang dan produsen rokok.
Tanaman tembakau rakyat kini mencapai sekitar 200.000 ha. Setiap ha rata-rata dikerjakan oleh 5 Kepala Keluarga.
Merokok
Menmud mengatakan, tembakau mendatangkan penghasilan cukup besar. Pemerintah dari cukai tembakau selama tahun 1983 saja telah memperoleh Rp 600 milyar.
Walaupun pemerintah mendapat penghasilan cukup besar menurut Menmud, pemerintah tidak menganjurkan rakyat merokok. “Mari kita kembangkan keadaan sampai rakyat tidak mau merokok,” kata Presiden seperti dikutip Menmud Hasrul Harahap.
Kapas
Presiden Soeharto memberi petunjuk Menmud agar mengembangkan penelitian tanaman kapas. Dengan demikian Indonesia tidak terus-menerus impor bibit kapas.
Tanaman kapas merupakan usaha yang banyak menyerap tenaga kerja. Dewasa ini terdapat 35.641 ha tanaman kapas dan pada akhir Pelita IV ditargetkan berkembang menjadi 250.000 ha. Pengembangan tanaman kapas tersebut diperkirakan akan menyerap tenaga kerja sebesar 1 juta KK petani.
Pengembangan tanaman kapas meliputi propinsi Jateng, Jatim, Sulteng, Sulsel, Sultra, NTB, NTT dan Maluku. Dalam Pelita IV Kapas ditetapkan sebagai komoditi prioritas utama bersama komoditi lain seperti karet, tebu dan kelapa sawit.
Produksi kapas ditingkatkan untuk mengurangi ketergantungan impor. Tahun ini diperkirakan Indonesia masih akan mengirnpor 111.050 ton yang merupakan 71 % dari kebutuan dalam negeri sebesar 154.900 ton.
Pada akhir Pelita IV konsumsi serat kapas diperkirakan mencapai 177.800 ton dan pada waktu itu produksi dalam negeri telah meningkat dari 43.850 ton menjadi 122.800 ton. Dengan demikian impor kapas hanya tinggal 55.000 ton atau sekitar 30%. (RA).
…
Jakarta, Suara Karya
Sumber : SUARA KARYA (15/10/1984)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 919-920.