PRESIDEN KEPADA PM KOHL :
PERLUCUTAN SENJATA DAN DIALOG UTARA – SELATAN PERLU DAPAT PERHATIAN
Perdana Menteri Republik Federal Jerman Helmut Kohl yang Jumat sore bersama Nyonya Hannelore Kohl dan rombongan tiba di Jakarta untuk kunjungan kenegaraan selama dua hari, siang ini diterima Presiden Soeharto di Istana Merdeka untuk pembicaraan resmi.
Semalam tamu negara beserta rombongan dijamu oleh Presiden Soeharto dan lbu Tien Soeharto dengan santap malam kenegaraan di Istana Negara yang dihadiri pula oleh Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah dan lbu Umar Wirahadikusumah, segenap Menteri Kabinet dan wakil-wakil negara sahabat.
Pada acara santap malam kenegaraan itu, Presiden Soeharto dalam pidatonya mengemukakan pandangannya, bahwa untuk menghadapi situasi dunia yang gawat dewasa ini, masalah-masalah perlucutan senjata, hubungan Timur-Barat, dialog UtaraSelatan, merupakan masalah pokok yang perlu mendapat perhatian semua pihak.
Kemauan yang sungguh-sungguh dari semua pihak untuk mencari penyelesaian yang adil dan wajar, yang didasarkan pada prinsip persamaan derajat dan kepentingan bersama seluruh umat manusia, mutlak diperlukan.
Diingatkan oleh Kepala Negara, dewasa ini umat manusia hidup dalam suasana yang mencemaskan berlangsungnya perlombaan senjata antara kekuatan-kekuatan besar dunia belum menunjukkan tanda-tanda mereda.
Perebutan pengaruh antara kekuatan-kekuatan besar dunia juga harus betjalan, dan tidak jarang menyeret dan menimbulkan pertikaian antara negara-negara yang tidak berdaya.
Biaya yang sangat besar dikeluarkan untuk memperkuat senjata pemusnah, sedangkan sebagian besar umat manusia diabaikan dalam perjuangan berat untuk memperbaiki kehidupan seharihari yang sederhana.
Dunia yang terasa mencemaskan itu makin menggelisahkan, karena belum pulihnya keadaan ekonomi dunia yang terkena resesi yang berkepanjangan, dan kesulitan ekonomi telah menimpa semua negara di dunia, terutama negara-negara yang sedang berkembang.
Kepada Perdana Menteri Kohl, Presiden Soeharto menjelaskan, untuk menghadapi kesulitan-kesulitan, bangsa Indonesia kini giat melaksanakan pembangunan disegala bidang. "Tetapi kami juga menyadari bahwa kami masih harus melampaui tahun-tahun yang akan sulit dan penuh ujian berat," ucap Presiden Soeharto.
Dijelaskan pula bahwa usaha pembangunan tersebut dimaksudkan oleh bangsa Indonesia agar secepatnya dapat menikmati kesejahteraan dan kemajuan lahir batin.
Dikemukakannya pula, keberhasilan pembangunan memang menjadi tanggungjawab sepenuhnya bangsa Indonesia.
"Tetapi kami juga menyadari perlunya kerja sama dengan fihak luar negeri untuk menunjang pembangunan kami yang harus terus berjalan," ucap Presiden.
Dalam rangka kerja sama itu, Presiden menyampaikan terima kasih dan penghargaan pemerintah dan rakyat Indonesia atas segala pengertian. Pemerintah dan rakyat Republik Federal Jerman terhadap usaha-usaha pembangunan di Indonesia.
"Saya melihat masih banyak bidang kerja sama yang dicapai dikembangan bersama oleh Republik Federal Jerman dan Indonesia, terutama di bidang-bidang ekonomi, perdagangan, ilmu pengetahuan dan teknologi," demikian Presiden.
Penghargaan juga disampaikan, atas kerja sama dengan ASEAN, dukungan terhadap sikap ASEAN dalam masalah Kamboja, serta usahanya mendorong terwujudnya kerja sama ASEAN-MEE.
Pada kesempatan itu, Presiden Soeharto juga mengajak Kanselir Helmut Kohl, yang dinilainya seorang pemimpin pemerintahan suatu negara industri yang sangat maju di dunia serta pemimpin bangsa Jerman yang terkenal sebagai bangsa yang bekerja keras dan berdisiplin nasional tinggi, untuk bersama-sama memikul tanggung-jawab menghindarkan dunia dari keadaan yang lebih parah.
Dijelaskan Posisi Jerman
Dalam sambutan balasannya Kanselir Helmut Kohl menyatakan kekaguman-nya atas kemajuan yang dicapai Indonesia sejak kunjungannya pertama ke Indonesia ini 10 tahun yang lalu.
Ia merasakan Indonesia dapat mengikuti modern dalam pembangunan tanpa mengubah tabiat bangsa Indonesia dengan memelihara rasa kemanusiaan secara mengesankan.
Menyinggung masalah ASEAN ia mengatakan, kelompok Negara Asia Tenggara di mana Indonesia terlibat di dalamnya, patut dicontoh sebagai teladan politik dan kerja sama regional yang bermanfaat.
Berkat kerja sama erat ASEAN, kawasan ini merupakan suatu kawasan ekonomi dengan laju pertumbuhan tertinggi di dunia.
"Kami merasa bangga bahwa masyarakat Eropa dan bangsa-bangsaASEAN sejak 1978 telah menjalin kerja sama antar regional yang unggul," katanya.
Menyatakan pandangannya tentang penindasan dan pengaruh asing di kawasan timur, Helmut Kohl menyatakan, Jerman Barat dan Indonesia sependapat bahwa campur tangan asing tidak perlu bagi Kamboja dan Afghanistan. Demikian juga dengan Polandia.
la menjelaskan posisi negaranya dalam Nato. "Kami di Eropa kini mengalami gangguan terhadap keseimbangan kekuatan militer, akibat peningkatan pesat senjata jarak sedang Uni Soviet, dan juga di Asia dengan penempatan rudal di bagian timur jauh Uni Soviet," katanya.
Hal itu mengakibatkan berbagai ketegangan dan pembebanan. Karenanya Nato bertekad mengimbangi kekuatan militer Soviet, karena keseimbangan itu dapat menjadi landasan bagi keamanan dan kebebasan.
PM Jerman Barat itujuga mengemukakan, apabila pihaknya berhasil meyakinkan Uni Soviet turut serta mengurangi kekuatan senjata, dan apabila pihaknya juga berhasil mengurangi potensi persenjataan Timur-Barat hingga seimbang, Jerman akan mengerahkan seluruh tenaga untuk memberanikan kelaparan, kemiskinan dan keterbelakangan di seluruh dunia.
Disambut di Halim
Dengan pesawat khusus milik AU Jerman (Luftwaffe) jenis Boeing 707, Perdana Menteri Republik Federal Jerman tiba di Jakarta tepat pukul 15.00. Di samping istrinya Ny Hammellore Kohl, Perdana Menteri turun dari pesawat sambil merapikan pakaiannya.
Ia segera disambut oleh Presiden dan Ibu Tien Soeharto dalam suatu upacara kenegaraan. Mengenakan setelan warna krem, Helmut Kohl nampak cerah dan banyak senyum.
Bahkan setelah bersalaman dengan para pejabat tinggi yang menyambutnya, ia mengajak Presiden Soeharto berhenti sejenak memberi kesempatan wartawan foto mengabadikan kedua pemimpin negara itu.
"Teruskan sampai filmnya habis," ucap Presiden Soeharto yang nampaknya disetujui oleh Helmut Kohl, dengan bahasa isyarat manggut-manggut.
Acara penyambutan berjalan lancar karena kendati Jakarta diguyur hujan, pelabuhan udara Halim ternyata luput dari cuaca buruk. (RA).
…
Jakarta, Suara Karya
Sumber : SUARA KARYA (1983)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 218-220.