POLITIK BEBAS AKTIF TETAP DILAKSANAKAN PRESIDEN

POLITIK BEBAS AKTIF TETAP DILAKSANAKAN PRESIDEN

Politik luar negeri yang bebas dan aktif merupakan politik luar negeri yang paling tepat untuk memantapkan kemerdekaan nasional dan untuk perdamaian dunia, Presiden Soeharto menegaskan Sabtu pagi di Istana Negara tatkala memberikan amanat pada upacara pelantikan tujuh duta besar Rl yang baru.

Pelantikan para Dubes itu dihadiri pula oleh Wakil Presiden dan Nyonya Nelly Adam Malik, sejumlah Menteri Kabinet Pembangunan, pimpinan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara serta para undangan.

Berkata Kepala Negara: "Karena itu, politik luar negeri kita yang bebas dan aktif sama sekali tidak akan kita tinggalkan melainkan akan tetap kita laksanakan selurus-lurusnya."

Diakui oleh Presiden bahwa tugas Dubes bukan ringan, lebih-lebih dalam keadaan dunia yang penuh dengan perobahan-perobahan cepat seperti dewasa ini.

”Apabila kita tidak dengan penuh kewaspadaan dalam mengendalikan politik luar negeri kita, maka kita akan mudah terseret kesana kemari oleh berbagai pergolakan dunia tadi," tegasnya.

Menurut Presiden Soeharto, sebagai bangsa yang lebih dari tiga abad mengalami penindasan kekuasaan penjajahan, sebagai bangsa yang merasakan secara langsung kehinaan hidup di bawah penjajah, Indonesia lahir dan tumbuh menjadi bangsa yang menjunjung tinggi kemerdekaan.

Itulah sebabnya, menurut Kepala Negara, bangsa Indonesia secara konsekuen anti penjajahan dalam segala bentuk dan wujudnya baik penjajahan ideologi, penjajahan politik, penjajahan ekonomi maupun penjajahan kebudayaan.

"Sikap tegas yang anti penjajahan dan politik luar negeri yang bebas dan aktif itulah yang kita pegang teguh sejak Indonesia merdeka ditahun 1945. Dan sikap dasar itu pula yang kita laksanakan dengan segala ketabahan sampai sekarang ini," ujarnya.

Buruk

Pada bagian lain, dari amanatnya, Presiden Soeharto mengungkapkan bahwa resesi yang melanda dunia tampaknya belum akan segera dapat teratasi, sehingga keadaan perekonoman dunia yang buruk itu jelas membawa pengaruh yang kurang menguntungkan bagi perekonomian Indonesia, terutama dibidang ekspor, baik minyak dan gas bumi maupun ekspor diluar minyak dan gas bumi.

Katanya: "Kita harus memusatkan usaha untuk dapat mengatasi pukulan keras terhadap ekspor kita tadi. Peningkatan ekspor ini merupakan salah satu kegiatan yang mendapat perhatian khusus dari Pemerintah."

"Dan saya minta, agar para duta besar secara aktif ikut menangani masalah yang penting ini. Ekspor barang-barang di luar minyak dan gas bumi seperti hasil pertanian dan industri harus terus kita naikkan, bukan saja karena kita memerlukan devisa yang besar untuk makin menggerakkan pembangunan, tapi terlebih-lebih karena kelangsungan ekspor dari hasil pertanian dan industri itu akan dapat memberikan lapangan kerja dan menghidupi jutaan petani dan buruh yang bekerja di lapangan pertanian, perkebunan, pertambangan dan industri," demikian Presiden Soeharto. (RA)

Jakarta, Merdeka

Sumber : MERDEKA (22/11/1982)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 945-946.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.