PRESIDEN BICARA BLAK-BLAKAN DENGAN PETANI MADIUN

PRESIDEN BICARA BLAK-BLAKAN DENGAN PETANI MADIUN

Presiden Soeharto mengatakan, kita sebagai bangsa yang ber Pancasila dan beriman wajib mensyukuri nikmat Tuhan yang telah memberikan kecukupan air kepada kita dengan keberhasilan sumur-sumur pompa air tanah untuk petani, untuk usaha pertanian kita dalam mencukupi pangan secara nasional.

Hal ini dikatakan Kepala Negara Kamis kemarin di desa Pilangkenceng, 7 km dari Caruban atau 29 km dari kota Madiun, Jawa Timur.

Presiden mengadakan temu wicara dengan para petani yang tergabung dalam Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) dan tiga Kabupaten, Madiun, Kediri dan Mojokerto.

Menurut Presiden, dengan air kita dapat meningkatkan produksi pertanian nasional dania juga menekankan pentingnya pelaksanaan panca usaha.

Kalau salah satu saja "gotang", maka sistim panca usaha tani itu tidak akan berhasil. Misalnya kalau tidak cukup air atau pupuk atau bibit, maka usaha pertanian kita akan mengalami hambatan.

Untuk meningkatkan produksi pertanian dan tanaman pangan menurut Presiden, dengan usaha panca tani itulah ditingkatkan intensifikasi. Dengan intensifikasi itu bisa meningkatkan produksi 5-12 ton padi gabah kering panen per hektar.

Sekarang ini dari 7 juta hektar yang dilakukan intensifikasi, sisanya yang belum sekitar 2 juta hektar. Sedangkan yang Insus sekitar 1,5 juta hektar yang berarti tinggal 3,5 juta hektar lagi dari 5 juta hektar yang dimasukkan dalam program Insus nasional.

"Apalagi seluruh areal persawahan bisa dilakukan intensifikasi dan insus, berarti kita sudah berswasembada pangan dan kita tidak perlu lagi impor beras dari luar negeri," ucap Kepala Negara pula.

Baru-baru ini Kepala BULOG Bustanil Arifin mengatakan dalam tahun depan masih diperlukan impor beras sekitar satujuta ton lagi sebagai penyangga stock nasional untuk menghadapi segala kemungkinan.

Presiden Soeharto menyatakan, sumur-sumur pompa yang disaksikannya di desa Pilangkenceng itu sudah baik dan sekaligus meningkatkan pendapatan petani dan Kepala Negara memesankan agar apa yang telah diperoleh itu supaya dipelihara dengan baik dan perlu ditingkatkan.

Berebut Air Sawah

Dalam acara temu-wicara blak-blakan dan bernada kocak itu, seorang petani dengan lugu melaporkan kepada Presiden bahwa dulu sebelum adanya sumur-sumur pompa maka petani berebut air sehingga sering timbul salah paham bahkan perselisihan dan permusuhan sesama petani pemakai air untuk sawah mereka.

Namun sekarang dengan adanya sumur- sumur pompa itu, pertengkaran untuk memperebutkan air tanah tidak teljadi lagi. Produksi pertanian dilaporkan sampai 9,5 ton per hektar dan kedele sekitar 8 ton per hektar.

Wakil dari petani-petani Kediri kepada Presiden menyampaikan terimakasih atas usaha Pemerintah dengan proyek pengembangan air tanah (P2AT) yang telah membebaskan puluhan ribu petani di daerah itu dari kelangkaan dan kesulitan air untuk pertanian mereka.

Hal terima kasih yang sama juga disampaikan dari wakil petani­petani dari Kabupaten Mojokerto.

Menjawab pertanyaan Presiden, para petani mengakui terus terang bahwa yang ikut Insus rata-rata petani yang memiliki sawah sekitar 0,5 hektar.

Dalam upacara di desa Pilangkenceng itu, Presiden Soeharto menyaksikan penyerahan dokumen pengelolaan 122 buah sumur pampa air tanah dari Menteri Pekerjaan Umum Ir. Suyono Sosrodarsono kepada Gubernur Jatim Wahono yang selanjutnya menyampaikan kepada Sukadi seorang wakil dari HIPPA Kabupaten Madiun, Kediri dan Mojokerto.

Dimanfaatkan Sebagai Air Minum

Sebelumnya Kepala Proyek Pengembangan sumur -sumurpompa air tanah (P02 AT), Ir. Amas Muda Daulay melaporkan kepada Presiden, lima sumur pampa dari 122 sumur tersebut dimanfaatkan sebagai sumber air minum penduduk Kabupaten. Probolinggo, Mojokerto dan Gresik.

Sedangkan 42 lainnya untuk kawasan Madiun-Solo dapat mengairi sawah seluas 2.632 hektar sedangkan 48 sumur pampa untuk kawasan Kediri. Nganjuk dapat mengairi sawah seluas, 1.710 hektar.

Sejumlah 19 Sumur pompa untuk kawasan Tuban, Mojokerto, Pasuruan, Probolinggo dapat, mengairi 76 hektar dan 13 sumur lagi untuk kawasan Madiun mengairi sawah seluas 520 hektar.

Presiden Soeharto yang disertai Mensesneg Sudarmono SH, Mendagri Supardjo Rustam, Menteri PU Ir. Suyono, Menteri Pertanian Ir. Ahmad Afandi, Pangab Pangkopkamtib Jenderal L.B. Moerdani, Menmud Sekkab Dn. Moerdiono, Menmud UP 3 DN Ir Drs. Ginandjar Kartasasmita, Sesdalopbang Solihin GP dan Sekmil Marsekal Madya Kardono, kemudian melakukan peninjauan dengan bus ke daerah-daerah yang telah diairi pompa-pompa tersebut, yang juga dimanfaatkan dalam Jaringan irigasinya.

Kedatangan Presiden di Lanuma Iswahyudi disambut oleh Pangkowilhan 11 Letjen Yogi SH, Gubernur Jatim Wahono, Ketua DPRD Jatim Blegoh Sumarto dan pejabat teras serta Muspida tingkat I dan II lainnya. (RA)

Jakarta, Pelita

Sumber : PELITA (28/10/1983)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 319-320.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.