PRESIDEN BUKA KIPNAS IV : IPTEK HARUS DIABDIKAN BAGI KEBUTUHAN NYATA
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) perlu dikembangkan dalam jangka pendek yang hasilnya dapat memecahkan masalah-masalah pembangunan yang sedang dihadapi serta dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Demikian dikemukakan Presiden Soeharto dalam sambutannya ketika meresmikan pembukaan Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional (Kipnas) – IV di Jakarta, Senin.
Di samping itu, demikian Presiden ada pula Iptek yang penerapannya harus dikembangkan dalam jangka panjang, yaitu yang mempunyai sifat lebih mendasar dan universal.
Menurut Presiden, Iptek juga perlu diabdikan kepada kebutuhankebutuhan nyata yang dihadapi oleh masyarakat pada setiap lahap pembangunan. Hal ini berarti tujuan dan kegiatan iptek harus mempakan bagian dari sasaran dan tujuan pembangunan nasional.
Jika hal ini tidak diperhatikan, maka kegiatan Iptek hanya akan mempakan pemuasan kesenangan intelektual lapisan kecil masyarakat yang mahal harganya, dan malahan mungkin akan berbalik menjadi beban nasional.
Di bagian lain dalam sambutannya Presiden menekankan, ilmu pengetahuan dan teknologi bukannya bebas nilai dan bukan pula berkembang dimang hampa Iptek harus dapat memberi jalan bagi peningkatan martabat, manusia dan kemanusiaan.
Dalam ruang lingkup nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi yang ingin kita kuasai dan perlu kita kembangkan haruslah ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa memberi dukungan kepada kemajuan pembangunan nasional kita.
Betapa pun besarnya kemampuan ilmiah dan teknologi kita, lanjut Presiden, dan betapapun suatu karya ilmiah kita mendapat tempat terhormat pada tingkat dunia, namun apabila kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi itu tidak dapat membantu memecahkan masalah-masalah pembangunan kita, maka jelas hal itu merupakan kepincangan yang bahkan suatu kekurangan dalam penyelenggaraan program ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kepribadian Sendiri
Presiden Soeharto menegaskan pula bahwa pada dasarnya pembangunan yang dilaksanakan selarna ini adalah pembangunan yang berkembang di atas kepribadian bangsa Indonesia sendiri. Untuk membangun Indonesia yang maju di atas kepribadian sendiri itu sangat di perlukan manfaat dari ilmu pengetahuan, terutama Iptek yang menyangkut masalah-masalah sosial dan manusia Indonesia itu sendiri.
Karena itu, ujar Presiden, di samping menaruh perhatian yang besar pada Iptek yang dapat meningkatkan penguasaan kepada segala sesuatu yang serba beda rnaka kita sekali tidak boleh diabaikan perhatian pada ilmu pengetahuan sosial yang menyangkut manusia Indonesia.
“Dengan perhatian yang tetap seimbang itu, kita akan dapat melaksanakan keselarasan pembangunan yang kita cita-citakan, yaitu keseimbangan dan keselarasan pembangunan lahir dan batin bangsa kita.”
Menteri Riset dan Teknologi Prof. Dr. BJ. Habibie dalarn laporannya mengatakan maksud dan tujuan penyelenggaraan Kipnas IV ini adalah sebagai barometer para ilmuwan sampai sejauh mana keikutsertaannya menangani permasalahan pembangunan melalui ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kongres ini, lanjutnya, adalah juga merupakan puncak pelbagai pertemuan ilmiah dalam kurun waktu lima tahun yang dilakukan oleh masyarakat ilmuwan Indonesia melalui perkumpulan profesi atau forum lainnya.
Selain itu Kipnas ini merupakan kelanjutan dari Kipnas 1,11 dan ke III yang pernah diselenggarakan sebelumnya. Kipnas kali ini diikuti 1.132 peserta yang berasal dari berbagai perguruan tinggi dan lembaga penelitian yang ada.
Dalam kongres ini akan dibahas 154 makalah, terdiri dari 135 buah makalah sumbangan dan 77 buah makalah yang akan disajikan dalam persidangan poster diisi pidato penyerahan dari Mendikbud dan Ketua LIPI.
Menurut Habibie jumlah makalah ini merupakan hasil saringan dari sejumlah 585 makalah yang diajukan oleh peserta kongres. Dikatakan, penyaringan makalah ini dilakukan dalam rangka melembagakan kebiasaan penilaian rekan senior seprofesi, guna membina kemampuan para ilmuwan Indonesia menghasilkan karya ilmiah berbobot.
Titik berat perhatian Kipnas ini akan diberikan pada peningkatan kualitas manusia sebagai faktor penentu dalam upaya menjadikan bangsa yang maju dan terhormat di mata dunia. Selain itu juga dititikberatkan kepada keterlibatan aktif pada masalah-masalah pembangunan nasional.
Kendala
Dalam pidato pengarahannya Ketua LIPI Prof. Dr. DA Tina Amidjaja mengungkapkan, dana penelitian di semua lembaga riset/ilmiah merupakan suatu kendala yang meminta perhatian serta pemecahan khusus. Hal itu tidak hanya terjadi di Indonesia saja, namun terjadi juga di beberapa negara besar dunia.
“Bedanya di luar negeri telah dibentuk yayasan penelitian (research foundation) yang bertugas memecahkan masalah dana tersebut,” ujar Tisna.
Menurutnya dana penelitian umumnya mempunyai sumber pola yang sama. Yaitu berasal dari data pemerintah (APBN, DIK dan DIP), dana hibah, serta dana imbalan dana pemberian jasa (konsultasi maupun services ilmiah).
Dua sumber dana terakhir di Indonesia masih sangat kecil, itupun didasarkan kredibilitas kepercayaan akan kemampuan dan integritas lembaga penelitian.
Diakuinya saat ini sebagian besar dana penelitian di Indonesia umumnya berasal dari pemerintah dan diperkirakan mencapai 80-90 persen.
“Agaknya kita masih perlu perangkat pengaturan, untuk dapat mengefektifkan dana dari imbalan jasa. Untuk itu lembaga peneliti harus dapat mencapai taraf kemampuan penelitian yang memadai,” tuturnya. (RA)
…
Jakarta, Merdeka
Sumber : MERDEKA (09/09/1986)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 653-655.