PRESIDEN : KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN TERUS WALAU DALAM COBAAN BERAT
Presiden Soeharto Sabtu pagi meresmikan berfungsinya pematusan (drainase) Tulung Agung, penggunaan jalan tol Surabaya-Gempol dan produksi ayam galur murni Bromo yang disebutkannya menunjukkan bahwa kegiatan pembangunan kita yang serba muka terus itu berjalan, walau sedang berada dalam waktu yang penuh ujian den cobaan berat.
Upacara peresmian itu dipusatkan di proyek pematusan Tulungagung itu. Dari bukit Tumpak Oyod di sisi barat terowongan Tulungagung Selatan II itu Kepala Negara sekaligus meresmikan dua hasil pembangunan lainnya yang letaknya agak jauh, yaitu jalan tol Surabaya-Gempol dan pembibitan ayam galur murni Bromo. Kesemuanya di Jawa Timur.
Dalam sambutannya, Presiden pun mengingatkan bahwa sebelumnya ia telah meresmikan pusat aromatik di Plaju, pusat listrik Saguling, menghadiri kontak tani-nelayan di Simalungun. Juga disebutkan tentang Hari Anak Nasional dan Pameran Dirgantara. Pada bulan depan akan diresmikan pula beberapa proyek pembangunan penting lainnya.
Hal tersebut, katanya, di samping memberi makna akan kegiatan pembangunan yang terus berjalan, juga menunjukkan betapa luasnya bidang pembangunan yang kita tangani.
Semua kegiatan pembangunan ini kata Presiden lagi, bertujuan untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan rakyat dan meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi tahap, pembangunan selanjutnya.
Lagu
Jaringan Pematusan Tulung Agung, katanya, jelas merupakan pembangunan yang dinanti-nantikan oleh rakyat daerah ini selama puluhan tahun.
Dahulu, daerah Tulungagung selalu menderita karena bencana banjir sehingga seorang seniman menciptakan lagu yang sangat terkenal, mengenai malapetaka yang terus menerus mencemaskan penduduk di daerah ini turun-temurun.
Sekarang, dengan selesainya jaringan pematusan ini, maka duka derita itu kita akhiri. “Insya Allah, buat selama-lamanya. Malahan, duka derita dan kecemasan itu bukan saja kita akhiri, melainkan air anak sungai Kali Berantas akan kita kendalikan agar dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi rakyat daerah ini.”
Pembangunan Jaringan Pematusan Tulungagung memang merupakan bagian dari usaha kita untuk mengendalikan, mengembangkan dan memanfaatkan sumber alam yang berupa air Kali Ngrowo salah satu anak sungai Kali Berantas agar wilayah sungai Kali Ngrowo berkembang menjadi daerah pertanian yang subur.
Dengan bekerja keras kita mencita-citakan agar wilayah sungai Kali Ngrowo kelak menjadi salah satu lumbung pangan Jawa Timur, ujar Presiden.
Lumbung Pangan
Di masa datang pengembangan wilayah sungai Kali Ngrowo masih akan kita lanjutkan lagi, seperti pembangunan Bendungan Wonorejo, pembangunan
Pusat Listrik Tenaga Air Wonorejo, pembangunan saluran-saluran irigasi dan lain-lainnya lagi “Malahan, pekerjaan-pekerjaan besar lainnya masih harus kita jalankan untuk mengembangkan wilayah sungai Kali Berantas secara keseluruhan.”
Presiden menunjuk bahwa sejak Repelita I sampai sekarang dalam mengembangkan wilayah sungai Kali Berantas itu telah dibangun bendungan Selorejo, Karangkates, Lahor, Wlingi, Bening serta bendungan-bendungan irigasi, jaringan irigasi, perbaikan sungai. Juga dibangun pusat-pusat listrik tenaga air.
“Namun, kita masih akan membangun lebih banyak lagi bendunganbendungan beserta jaringan irigasinya, dan pembangkit tenaga listrik. Pengembangan wilayah sungai Kali Berantas ini sangat penting, karena sepanjang aliran sungai ini terhampar lembah berupa lahan pertanian yang luas dan subur, yang kita harapkan dapat menjadi lumbung pangan nasional”.
Jalan Tol
Tentang ruas jalan tol Surabaya-Gempol yang juga diresmikannya itu, Presiden mengatakan, dengan mulai digunakannya ruas jalan bebas hambatan ini, kita mempunyai kesempatan untuk makin menumbuhkan kegiatan ekonomi di daerah ini. Masyarakat luas pun akan lebih memperoleh kenyamanan, karena lalu lintas di dalam kota Surabaya akan lebih lancar.
Pembangunan jalan bebas hambatan ini merupakan bagian dari usaha untuk menunjang pengembangan wilayah yang lebih luas lagi yang meliputi pengembangan wilayah Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan.
Presiden juga menyatakan bahwa kita telah melangkah lebih maju lagi dengan penerapan teknologi tinggi dalam pembibitan ayam, yang dirintis oleh Pembibitan Ayam Galur Murni Bromo.
Dengan langkah ini ia berharap produksi daging ayam dan telur akan makin meningkat lagi dalam rangka meningkatkan gizi makanan Bangsa kita.
Sejak 1899
Usaha penanggulangan banjir Tulung Agung sudah dimulai sejak tahun 1899 dengan rencana perbaikan dan pengendalian Kali Tawing, anak sungai yang bersumber di dataran tinggi Trenggalek.
Pembuatan terowongan untuk mengendalikan air dan mengalirkannya ke samudera Hindia pun direncanakan berturut-turut tahun 1912, 1916 dan 1935. Tetapi baru pada tahun 1939 usaha penanggulangan itu dilakukan secara nyata berdasarkan rencana Viughter untuk mengalirkan air Kali Ngasinan dan kali Tawing ke dua arah yaitu Rawa Bening di selatan dan Kali Berantas di utara.
Pembuatan terowongan menembus gunung di kawasan pantai muncul lagi dan dikerjakan pada jaman Jepang dengan sistem romusha yaitu pengerahan tenaga rakyat. Tetapi kemudian ditinggalkan karena Jepang harus angkat kaki.
Ketika Tulung Agung menderita banjir dahsyat tahun 1955, timbul lagi gagasan untuk meneruskan terowongan itu yang dikerjakan berturut-turut sampai diresmikan Presiden hari ini.
Dengan berhasil dibuatnya terowongan berarti sudah dapat dikendalikan banjir yang mengancam setiap tahun pada areal 25.000 hektar itu.
Catalina
Dengan demikian perahu-perahu yang biasanya disediakan setiap rumah di berbagai desa di Campur Darat sebagai alat transportasi di musim hujan kini tidak akan terpakai lagi. Rumah-rumah desa bergaya panggung kini juga tinggal sebuah. Lainnya sudah membuat rumah berlantai rendah.
Begitu besarnya genangan air setiap tahun di Tulungagung dikisahkan Kepala Desa Campur Darat, bahwa pada tahun 1942 Belanda pernah mendaratkan enam pesawat amphibi Catalina di desa itu, ketika Jepang menyerbu ke Jawa. Ketika itu musim hujan dan daratan disitu berubah bagai lautan.
Drainase
Pintu Air Tulungagung di Kali Ngrowo di Desa Ketanon, Kecamatan Kedungwaru, 2 km utara Tulungagung, merupakan salah satu dari tiga bangunan utama sistem pematusan (drainase) banjir daerah ini yang diresmikan Sabtu ini.
Dua bangunan lainnya adalah ParitAgung sepanjang 24,2 km dari kota sampai dekat pantai selatan dengan lebar antara 50 – 80 meter dan dalam ratarata 6 meter, serta Terowongan Tulungagung Selatan II tipe tapal kuda dengan diameter 7,5 m, panjang 1.157 m, sejajar Terowongan Tulungagung Selatan I (buatan 1961), dengan kapasitas 533 m3/detik.
Ke tiga bangunan ini merupakan tahap I Proyek Tulungagung dari empat tahap pengembangan wilayah Kali Ngrowo, bagian dari Proyek Berantas.
Dana untuk tahap I bersumber dari APBN, hibah Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) dan pinjaman Bank Pembangunan Asia (ADB) Rp 67 milyar dari tahun 1981 – 1985.
Bangunan drainase berhasil membebaskan Tulungagung dari bencana banjir rutin yang menimpa daerah ini sejak abad XIX Pada tiap musim hujan, pusat pemerintahan dan perdagangan (termasuk Pasar Wage yang terbesar) di kota Tulungagung selalu kebanjiran.
Parit Agung bersama Parit Raya (buatan 1961 yang mengalirkan air dari dataran tinggi Trenggalek), mengurus banjir ke Samudera Hindia melalui kedua terowongan Kembar itu. Ke dua terowongan ini merupakan satu-satunya di pantai Pulau Jawa, menembus gunung kapur Tulungagung Selatan.
Dua Arah
Menurut Pemimpin Proyek Tulungagung. Ir. Ariadi Amin Sudarmo, pintu air Tulungagung terdiri atas tiga pintu berukuran masing-masing 4 x 3 m, tinggi 2,6 m.
Pintu ini mempunyai dua fungsi penting, yaitu pertama, pada musim penghujan dapat diatur mengalirkan limpahan air Kali Berantas melalui muara Kali Ngrowo di Karangrejo, 3 km utara pintu ini. Limpahan itu dialirkan ke selatan melalui Kali Ngrowo yang melewati kota Tulungagung bersambung ke Parit Agung, terus ke Samudera Hindia.
Ke dua, pada musim kemarau mengalirkan air dari Bendungan Wonorejo di Kali Gondang ke utara melalui Kali Ngrowo memasuki Kali Berantas, untuk mensuplai kebutuhan air minum dan air industri bagi kota Surabaya.
Bendungan Wonorejo, 9 km barat laut Tulungagung di kaki Gunung Wilis, tahap II Proyek Tulungagung saat ini sedang dikerjakan. Kapasitas bendungan 120 juta m3 atau sekitar separo kapasitas Bendungan Karangkates (Malang). Untuk ke dua fungsi ini, dasar Kali Ngrowo diperdalam.
Tahap III dan IV Proyek Tulungagung akan banyak diarahkan untuk menangani daerah hulu sungai di Kabupaten Trenggalek dengan membangun Bendungan Tugu, Bendungan Bagong, dan Bendungan Kampak. Pembangunannya tergantung dari tersedianya dana, hingga ancar-ancar selesai tahun 1990 dapat berubah. (RA)
…
Tulung Agung, Sinar Harapan
Sumber : SINAR HARAPAN (26/07/1986)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 658-663.