PRESIDEN LANTIK 548 PERWIRA BARU ABRI : GENERASI PENERUS HARUS MEMBUAT SEJARAH KEMAJUAN

PRESIDEN LANTIK 548 PERWIRA BARU ABRI : GENERASI PENERUS HARUS MEMBUAT SEJARAH KEMAJUAN

 

 

Semangat jiwa kejuangan dan kepribadian ABRI sama sekali tidak berubah dan tidak boleh berubah seujung rambut sekali pun, walaupun organisasi, persenjataan dan keprajuritan harus dikembangkan agar tetap mampu menjawab tantangan jaman yang terns berubah dan berkembang.

Demikian Presiden Soeharto dalam amanatnya ketika melantik dan mengambil sumpah 548 Perwira Remaja (Paja) dalam Upacara Prasetya Perwira ABRI hari Sabtu lalu di halaman depan Istana Merdeka.

Kata Presiden, pembangunan ABRI selalu harus dihubungkan dengan tantangan dan kebutuhan nyata yang dihadapi, baik dalam ruang lingkup nasional maupun dalam ruang lingkup regional atau internasional.

Dari kurun waktu yang satu ke kurun waktu yang lain, dunia terus menerus mengalami perubahan terutama oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatnya aspirasi masyarakat. Itulah sebabnya organisasi, persenjataan dan keprajuritan ABRI pun mau tidak mau harus dikembangkan.

Pembentukan Perwira Remaja, menurut Presiden memiliki makna yang pada dasarnya tidak lain harus menyegarkan dan memperdalam kesadaran bangsa mengenai makna dan tujuan pembangunan ABRI masa datang, karena para Paja itulah yang akan memikul tanggung jawab besar bagi perkembangan dan pertumbuhan bangsa.

Terutama karena sebahagian besar masa pengabdian para Paja akan berada pada kurun waktu pemantapan kerangka landasan dan kurun waktu tinggal landas dari pembangunan.

Tugas ABRI

Tugas ABRI di tahun-tahun mendatang tidaklah ringan, lebih-lebih karena tahun-tahun yang sulit dan ujian berat akan dimasuki.

ABRI memiliki tugas sebagai pejuang dan, prajurit, sebagai stabilisator dan dinamisator serta sebagai kekuatan Hankam dan Sospol dalam sistem Demokrasi Pancasila.

“Kendati bukan tugas yang ringan, tetapi tidak boleh gagal”, kata Presiden.

Dalam menghadapi tahun-tahun sulit dan berat itu, sesuai dengan salah satu hasil Seminar ABRI yang barn lalu, ABRI hams menjadi pelopor dalam menegakkan disiplin nasional dalam arti yang seluas-luasnya, menjadi pelopor dalam gerakan efisiensi nasional serta menjadi pelopor dalam kesederhanaan.

“Ke tiga hal itu merupakan kunci penting bagi berhasilnya langkah­-langkah terobosan yang harus berani kita lakukan dalam mengatasi tantangan yang penuh ujian dalam tahun-tahun dihadapan kita”, kata Kepala Negara.

Khusus kepada Generasi Penerus ABRI, menurut Presiden tugasnya tidak kalah penting dibandingkan dengan tugas Generasi Pembebas selaku pembentuk ABRI dan yang telah melahirkan kehormatan dan tradisi ABRI sebagai prajurit pejuang.

Para Paja tidak hanya boleh bangga sebagai Generasi Penerus, tetapi harus mencamkan sejarah pendahulu-pendahulunya yang merupakan sumber aspirasi dan motivasi yang tidak pernah akan kering.

“Namun kalian harus jadi pembuat sejarah, ialah sejarahnya bangsa yang makin kokoh bersatu dan negara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan UUD 1945 menuju kepada kemajuan, kesejahteraan lahir bathin dan berkeadilan sosial melalui pembangunan sebagai pengamalan Pancasila”, kata Kepala Negara.

Bergembira

Dalam upacara Prasetya Perwira (Praspa) ABRI tahun 1986 yang diisi dengan pengucapan sumpah dan pelantikan Perwira Remaja ABRI sebanyak 548 orang itu, rasa haru dan gembira menyelimuti hampir semua yang hadir, terutama para Paja sendiri dan orangtua mereka yang khusus diundang menyaksikan upacara itu.

Para Paja itu terdiri ,dari 227 orang Perwira TNI-AD lulusan Akademi Militer (Akmil), 73 Perwira TNI-AL lulusan Akademi Angkatan Laut (AAL), 55 orang Perwira TNI-AD lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) dan 193 orang Perwira Polri lulusan Akademi Kepolisian (Akpol), masing-masing mendapat pangkat Letnan Dua (Letda).

Sebanyak 119 lulusan Akmil menjadi Letda Infanteri, 13 orang sebagai Letda kavaleri, 19 orang sebagai. Letda Artileri, 11 orang Letda Zeni, 8 orang sebagai Letda Peralatan, 11 Letda Perhubungan, 13 Letda Angkutan, 19 Letda Intendan dan 13 Letda POM.

Lulusan AAL yang 73 Letda itu terdiri dari 27 orang Pelaut, 9 Letda Teknik, 8 Letda Elektronika, 13 Letda Administrasi, dan 16 Letda Marinir. Para Perwira TNI-AU yang dilantik terdiri dari 27 Letda Teknik dan 28 Letda Elektronika. Sedang 193 Perwira Polri itu semuanya sebagai Letda Polisi.

Empat diantara mereka masing-masing seorang dari tiap Akademi, terpilih sebagai penerima tanda penghargaan Adhi Makayasa berkat prestasi lulus terbaik selama dalam pendidikan di Akademi/Masing-masing adalah Letda inf. Hinsa Siburian dari Akmil, Letda Laut (P) I Nyoman Nesa dari AAL, Letda Teknik Yadi Indrayadi Sutanandika dari AAU dan Letda Pol Moechgiyarto dari Akpol.

Ke empat penerima tanda penghargaan ini, di samping tanda pangkat mereka dipasangkan oleh Presiden, mereka bersama orang tua masing-masing juga mendapat kehormatan untuk temu muka dan berbincang-bincang langsung dengan Presiden dan Ibu Tien Soeharto serta Wapres dan Ibu Karlinah Umar Wirahadikusumah yang disertai Pangab Jend. TNI L.B. Moerdani di Istana Merdeka selesai upacara.

Rasa haru dan gembira para Paja dan orang tua mereka dilepaskan ketika mereka mendapat kesempatan untuk bertemu di halaman tengah Kompleks Istana Kepresidenan. Mereka saling berangkulan, berciuman dan bersalaman.

Para pimpinan ABRI dari berbagai slagorde yang juga hadir dalam upacara itu juga membaur dengan mereka. Kesempatan itu dimanfaatkan untuk saling mendekatkan diri, sekaligus bergambar bersama.

Sesama Paja juga saling bersalaman, karena tahu tidak lama kemudian mereka akan berpisah menuju tempat tugas masing-masing, setelah sekian tahun bersama-sama mengalami masa suka duka pendidikan dan latihan berat.

Kemudian Presiden, Ibu Tien Soeharto, Wapres, Ibu Karlinah Umar Wirahadikusumah, Pangab Jenderal L.B. Moerdani, Menhankam dan Ny. Poniman serta Pati lain datang pula berbaur dan menyalami para Paja dan orang tua mereka. Hingga beberapa jam kemudian mereka masih berada di. kompleks Istana itu, menghabiskan waktu untuk memperoleh foto-foto kenangan. (RA)

 

 

Jakarta, Pelita

Sumber : PELITA (22/09/1986)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 548-551.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.