PRESIDEN MINTA MUI TETAP MANDIRI

PRESIDEN MINTA MUI TETAP MANDIRI

Presiden menginginkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tetap mempertahankan kemandiriannya, demikian dikemukakan Menteri Agama Munawir Sjadzali kepada wartawan selesai melaporkan perkembangan MUI kepada Kepala Negara di Bina Graha, Sabtu.

Ketika ditanya wartawan tentang bobot MUI, menteri mengatakan, peningkatan bobot MUI perlu tetapi bukan karena orang-orangnya kurang berbobot melainkan karena tantangan yang dihadapi semakin besar. "Silahkan umat menilai majelis ulama," ujarnya.

Dalam penegasan kepada wartawan, menteri menandaskan bahwa MUI bukan merupakan suatu direktorat dari Departemen Agama. Sebagai Menteri Agama maupun Munawir sebagai muslim tidak ingin meletakkan MUI pada Departemen Agama. Pemerintah ingin menempatkan MUI pada kedudukan yang terhormat, katanya.

Kepada Presiden, menteri melaporkan mengenai pelaksanaan pertemuan terbatas MUI yang telah menetapkan pejabat (caretaker) pengganti Ketua Umum KH. Syukri Ghozali yang telah meninggal dunia. Caretaker MUI ini terdiri tiga orang yakni KH. Hasan Basri, KH.E.Z. Mutaqien dan KH. Sudjono.

Menteri melaporkan pula kegiatan akhir-akhir ini mengunjungi tujuh propinsi setelah peristiwa Tanjung Priok guna memberikan penjelasan kepada para ulama bahwa peristiwa Tanjung Priok itu bukan masalah agama.

Dikatakannya, terlepas dari siapa di belakang peristiwa Tanjung Priok itu, tujuannya satu yakni menggagalkan pembangunan, meretakkan hubungan pemerintah dengan umat Islam dan menimbulkan saling curiga antara ABRI dengan rakyat.

Munawir mengatakan, dari kunjungannya ke daerah-daerah itu diperoleh kesan bahwa umat Islam tidak mudah terpancing.

Kepada Presiden, menteri juga melaporkan pembukaan sidang raya Dewan Gereja Indonesia di Ambon hari Minggu (21/10). Menteri Agama sebagai wakil resmi pemerintah akan membuka sidang dewan gereja itu. Sidang itu akan mendapat pengarahan dari beberapa menteri dan juga Pangkopkamtib/Pangab. (RA)

Jakarta, Antara

Sumber : ANTARA (21/10/1984)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 835.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.