PRESIDEN MUBARAK HARI INI BERTOLAK KE PAKISTAN

PRESIDEN MUBARAK HARI INI BERTOLAK KE PAKISTAN RI TEGASKAN KEMBALI DUKUNGAN TERHADAP PENYELESAIAN KONFLIK TIM-TENG

Tamu negara, Presiden Mesir Hosni Mubarak dan istri, Ny. Suzanne Mubarak, semalam dijamu santap malam kenegaraan oleh Presiden dan Ibu Tien Soeharto di Istana Negara.

Presiden Mubarak tiba hari Sabtu sore setelah sebelumnya melakukan kunjungan ke Cina, Korea Utara dan Jepang. Di Indonesia, Presiden Mesir dan rombongan melakukan kunjungan selama tiga hari, dan hari ini bertolak ke Pakistan.

Ini merupakan kunjungan kedua bagi Hosni Mubarak ke Indonesia. Kunjungan pertama dilakukannya pada bulan April 1979 sewaktu masih menjabat Wakil Presiden Mesir.

Dalam pidatonya pada jamuan santap malam itu, Presiden Soeharto menegaskan kembali sikap pemerintah Indonesia terhadap usaha penyelesaian yang tuntas dan menyeluruh atas masalah Timur Tengah yang sampai sekarang masih berlarut-larut.

Menurut Presiden Soeharto, kunci utama penyelesaian seluruh masalah di Timur Tengah ialah dikembalikannya seluruh wilayah Arab yang diduduki Israel serta pengakuan hak rakyat Palestina untuk memiliki tanah air dan menentukan masa depannya sendiri.

Dalam kaitan itu Presiden Soeharto mengatakan, Indonesia menghargai sikap Mesir dalam menentukan arah penyelesaian masalah yang rumit dan berlarut-larut di kawasan itu.

"Saya ingin menegaskan untuk kesekian kalinya, Yang Mulia Presiden, bahwa sejak semula kami berdiri teguh bersama-sama saudara-saudara kami bangsa Arab dalam perjuangannya yang adil dan sah dalam melawan agresi Israel," ucapnya pula.

Dikemukakan oleh Presiden, selama beberapa dasawarsa, kawasan Timur Tengah selalu diliputi pergolakan, dan dalam pergolakan itu kita menyaksikan kecongkakan demi kecongkakan Israel, yang akhir-akhir ini kian menjadi-jadi dengan serbuannya ke Libanon dan pembantaian yang merendahkan martabat manusia terhadap orang-orang Palestina yang tidak bersenjata termasuk wanita dan anak-anak.

Dijadikannya Kota Suci Al Quds sebagai Ibu kota Israel rnerupakan hinaan terhadap seluruh umat Islam.

Pada kesernpatan itu, Presiden Soeharto menyatakan juga kepedihan hatinya menyaksikan pertikaian yang berkepanjangan antara dua negara Islam, Irak dan Iran.

"Kami tidak henti-hentinya rnenyerukan agar pertikaian yang membawa demikian banyak korban dan tidak menguntungkan siapapun itu dapat diselesaikan dengan sernangat ukhuwah Islamiyah", ucapnya.

Ancaman Pasukan Asing

Kepada Presiden Mesir, Presiden Soeharto mengingatkan bahwa dunia dan tata hubungannya sudah berubah sejak Konferensi Bandung mengumandangkan sikapnya. Penjajahan dalam bentuknya yang lama sekarang dapat dikatakan tinggal sisa-sisanya saja, dan sebentar lagi pasti akan sirna.

Namun pengalaman mernbuktikan, bahaya yang mengancam dan kegelisahan umat manusia ternyata tidak hanya disebabkan oleh penjajahan. Perang yang memusnahkan sewaktu-waktu dapat meledak, jika pacuan senjata dan persaingan antara kekuatan besar dunia tidak terkendalikan lagi.

Sementara pergolakan di berbagai kawasan dunia belum mereda, rakyat di Kampuchea dan Afghanistan tidak bebas melaksanakan kedaulatan karena kehadiran pasukan-pasukan asing di tengah-tengah mereka.

Hal ini, menurut Presiden Soeharto, merupakan ancaman yang mendasar terhadap prinsip kebebasan dan kedaulatan yang menjadi kunci bagi perdamaian dunia yang abadi.

Dikatakan oleh Presiden, Indonesia berpendirian bahwa semua pasukan asing harus ditarik dari wilayah-wilayah tersebut, agar hak-hak rakyatnya untuk menentukan masa depan dan pemerintahannya sendiri dapat diwujudkan.

Mempererat Kerja sama

Presiden Soeharto juga mengatakan, sementara dunia terasa makin tidak aman, kegelisahan lain datang sebagai akibat resesi ekonomi dunia yang berkepanjangan.

Menurut hematnya, dunia yang makin tidak aman, ditambah kesulitan ekonomi global yang berlarut-larut, haruslah menyadarkan semua bangsa di dunia untuk mengusahakan terbangunnya tata hubungan dunia baru yang lebih menjamin keadilan, kemajuan dan kesejahteraan bersama bagi semua bangsa dan seluruh umat manusia.

Hanya dunia baru yang demikian akan dapat mengantarkan umat manusia mencapai tujuan kembarnya, ialah kesejahteraan dan kedamaian kehidupan lahir batin.

Pada awal pidatonya, Presiden Soeharto mengungkapkan sejarah, yang mengungkapkan Mesir mempunyai kedudukan khusus di hati rakyat Indonesia, karena Mesir adalah negara pertama yang mengakui kedaulatan Republik Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan tahun 1945.

Hal ini menunjukkan bahwa rakyat Mesir bersikap tegas dalam melawan penjajahan, suatu sikap yang sama dengan prinsip yang dianut bangsa Indonesia. Hubungan kedua negara itu menjadi lebih erat pula karena antara lain persamaan penduduk yang sebagian besar memeluk agama Islam, serta merupakan negara pendorong utama lahirnya gerakan Nonblok.

Sekutu Yang Setia

Sementara itu, Presiden Hosni Mubarak dalam sambutan balasannya menyatakan, Indonesia menduduki tempat istimewa dalam sanubari bangsa Mesir sebagai sekutu yang jujur, baik dalam cinta kasihnya maupun dalam menjaga janjinya.

”Tidak berubah atau bertukar warta atau mengurangi hak pemberiannya serta tidak pemah pula menawar-nawar prinsip pendiriannya," kata Presiden Mubarak.

Ia juga mengatakan, rakyat Republik Arab Mesir ingat dan mengetahui bahwa "matahari non blok muncul di ufuk negara Indonesia yang luas," dengan putik-putik bunganya berupa Konferensi Bandung.

Dan kini Mesir bersama Indonesia duduk dalam gerakan Nonblok dan negara dunia ketiga, berusaha menjadikan dunia internasional yang lebih baik, bersih dari eksploitasi kekuasaan luar serta bebas dari rasa takut menghadapi negara lain.

Kedua negara berusaha menegakkan prinsip dan dasar keadilan di mana setiap negara mendasarkan hukumnya semata atas kebenaran dan bukannya kekuatan, serta menciptakan persamaan antara yang besar dengan yang kecil, yang kaya dengan yang miskin.

Penarikan Israel

Mengungkap masalah Timur Tengah, sebagaimana Presiden Soeharto. Presiden Mubarak juga menyatakan kepedihannya atas perang Iran dan Irak tanpa adanya sebab yang dapat diterima, pada saat kita sedang berusaha menumbuhkan ekonomi dan sosial yang merata.

Ia juga menyesalkan agresi Israel Lebanon. la menyerukan penarikan kembali Israel dari Lebanon sehingga rakyat negeri itu dapat memikul tanggung-jawabnya dalam menjaga kedamaian serta memulihkan kesejahteraan rakyatnya yang hancur karena perang.

Menurut Presiden Mubarak, apabila hal ini tercapai, hambatan pokok penyelenggaraan perundingan untuk menentukan masalah Pakistan akan dihilangkan.

Demikian pula hal itu juga akan dapat menghalangi kegiatan Israel membangun perkampungan yang kejam di tepi Barat dan Gaza.

Dengan membendung tindakan agresi Israel atas tanah Arab yang mereka duduki akan memungkinkan bangsa Palestina dapat menerapkan hak-hak mereka yang legal untuk menentukan nasib dan mendirikan eksistensi nasional atas tanah air mereka.

Dalam kesempatan itu, ia mengundang Presiden Soeharto untuk berkunjung ke Jamuan santap malam kenegaraan itu dihadiri pula oleh Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah dan Ibu Umar Wirahadikusumah, segenap rombongan Presiden Mesir, Menteri Kabinet Pembangunan IV, pejabat tinggi negara serta korp diplomatik. Sebelum berlangsung santap malam. berlangsung acara tukar menukar kenang­kenangan.

Kesamaan Pendapat

Pagi harinya, di Istana Merdeka. Presiden Soeharto melangsungkan pertemuan empat mata dengan Presiden Hosni Mubarak selama dua setengah jam penuh, sebagaimana diagendakan.

Kepada wartawan seusai pertemuan. Menteri Sekretaris Negara Sudharmono SH mengatakan, pertemuan itu menghasilkan suatu sikap penegasan kembali kesamaan pandangan kedua Kepala Negara terhadap masalah-masalah bilateral maupun masalah-masalah internasional.

Selain berbagai masalah internasional, kedua Kepala Negara juga membahas hubungan kerja sama bilateral kedua negara.

Keduanya sepakat akan meningkatkan kerja sama bidang ekonomi dan teknologi dengan semangat kerja sama antara negara berkembang. Usaha pelaksanaan kerja sama ini akan dilanjutkan dengan saling mengirim misi kedua negara. Kedua pihak juga saling menawarkan kesempatan menanam modal di masing-masing negara.

Masalah Khusus

Dalam pertemuan itu, Presiden Soeharto secara khusus minta pengertian Mesir mengenai masalah Timor Timur. Posisi Mesir dalam kasus ini ialah berubah dan membantu posisi Indonesia di forum PBB setelah Presiden berkunjung ke negara itu beberapa waktu yang lalu, yaitu tahun 1977.

Dalam kaitan ini Mesir menyatakan kesetiaannya untuk memberikan pengertian kepada negara-negara sahabat di Kawasan Timur Tengah mengenai masalah Timor Timur, sehingga nantinya dapat diselesaikan lebih cepat di PBB.

Sebaliknya Mesir juga minta pengertian Indonesia tentang langkah-langkah yang diambilnya sebagai upaya penyelesaian masalah Timur Tengah.

Dalam hal ini, Indonesia bersikap, apapun yang ditempuh bangsa Arab untuk menyelesaikan masalah Timur Tengah, Indonesia akan mendukungnya.

Jalan apa saja asalkan dapat terlaksana dengan baik akan didukung Indonesia. Pada prinsipnya Indonesia ingin membantu penyelesaian masalah Timur Tengah yang menguntungkan pihak Arab serta membela hak-hak rakyat Palestina.

Sementara kedua Kepala Negara berunding, beberapa Menteri yang mendampingi Presiden Mesir, yaitu Wakil Perdana Menteri & Menlu Kamal Hassan Aly, Menteri Pertanian Dr Jusuf Wali, serta Menteri Penanaman Modal dan Kerja sama Internasional Dr. Wagih Shendi di tempat terpisah mengadakan pembicaraan dengan beberapa Menteri Indonesia antara lain Menlu Mochtar Kusumaatmadja, Mensesneg Sudhannono.

Sedangkan Ny. Suzanne Mubarak beserta puteranya Alaa dan Gamal Mubarak beserta sejumlah anggota rombongan, mengunjungi Taman Impian Jaya Ancol.

Kembali Hari Ini

Tamu negara dan rombongan menurut rencana pagi ini bertolak meninggalkan Indonesia. Keberangkatannya akan dilepas dengan acara kenegaraan seperti ketika tiba di Jakarta, hari Sabtu yang lalu.

Kepala Negara Mesir dan rombongan mendarat di pelabuhan udara internasional hari Sabtu pukul 15.00 dengan pesawat Boeing 707 "Arab Republic of Egypt".

Kedatangannya disambut Presiden Soeharto dan Ibu Tien Soeharto, Wakil Presiden dan Ny. Umar Wirahadikusumah serta sejumlah pejabat tinggi negara termasuk Menteri Kabinet Pembangunan IV

Rombongan Presiden Mesir cukup besar terdiri atas rombongan resmi 14 orang, tidak resmi 68 orang, petugas keamanan 13 orang, wartawan 10 orang, awak pesawat Boeing 707 20 orang, dan awak pesawat cadangan jenis Hercules 12 orang.

Termasuk rombongan resmi antara lain WakiI Perdana Menteri merangkap Menlu Kamal Hassan Aly, putra presiden Mesir Alaa dan Gamal Mubarak. Menteri Pertanian Dr Yosef Wali, dan Menteri Urusan Penanaman Modal dan Kerjasama Internasional Dr. Wagih Shendi.

Segera setelah tiba di Jakarta. Presiden Mubarak dan Nyonya Suzanne Mubarak serta rombongan diterima Presiden di Istana Merdeka. Kemudian di penginapan, Wisma Negara, tamu negara itu mendapat kunjungan kehormatan dati Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah dan Ibu Umar Wirahadikusumah.

Pada kesempatan itu Wakil Presiden menyampaikan kenang-kenangan berupa wayang kulit Pandawa Lima terdiri Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa, sedangkan Ibu Umar Wirahadikusumah menyerahkan patung dan batik kepada Nyonya Mubarak.

Minggu pagi kemarin, sebelum melangsungkan pembicaraan resmi Presiden Hosni Mubarak betjiarah ke TMP Kalibata dan meletakkan karangan bunga. Presiden Hosni

Mubarak merupakan Presiden Mesir kedua berkunjung ke Indonesia setelah Gamal Abdul Nasser tahun 1955, untuk menghadiri Konperensi AA.

Di Balaikota

Tamu Negara Hosni Mubarak bersama Nyonya dan rombongan, Minggu petang mengadakan kunjungan ke Balaikota Jl Merdeka Selatan. Mereka disambut oleh Gubernur DKI. R. Soeprapto dan Nyonya serta para pejabat dilingkungan Pemda DKI dan Muspida.

Dalam kesempatan itu dilakukan tukar menukar kenang-kenangan. Gubernur Soeprapto dan Nyonya atas nama seluruh masyarakat DKI memberikan kenang­kenangan berupa selembar kain batik halus dan sebuah lukisan batik yang ditulis dengan huruf Arab.

Sementara itu Tamu Negara menyerahkan kenang-kenangan berupa seperangkat perhiasan wanita dan sebuah tempat air dari kuningan berbentuk "Lampu Aladin". (RA).

Jakarta, Suara Karya

Sumber: SUARA KARYA (11/04/1983)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 55-60.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.