PRESIDEN PADA PARA PEMIMPIN REDAKSI & KETUA2 PWI SE-INDONESIA, KEWASPADAAN SANGAT PENTING BAGI KELANCARAN PEMBANGUNAN
Presiden Soeharto menegaskan, sikap waspada dalam arti seluas-luasnya merupakan salah satu syarat penting agar pembangunan yang kita laksanakan merupakan pengamalan Pancasila.
Hal itu dikemukakan Kepala Negara, Selasa pagi pada pertemuan dengan para Pemimpin Redaksi dan Ketua PWI seluruh Indonesia di Bina Graha.
Presiden menegaskan, pembangunan nasional yang tidak berkembang di atas kepribadian sendiri pasti akan menderita kelemahan2 dari dalam.
Karena tidak mempunyai akar dalam hati dan perasaan rakyat. Pembangunan nasional kita memang tidak bisa lain harus menuju kepada masyarakat modern. Namun dalam kemodernannya itu harus tetap berwajah Indonesia.
Kita memang harus mempelajari dengan seksama pengalaman bangsa2 lain yang sedang membangun dan pengalaman bangsa2 lain yang telah mencapai tingkat kemajuan yang tinggi. Yang kita pelajari bukan hanya kemajuan2 yang telah mereka capai, melainkan juga kita belajar dari kegagalan2 dan kesulitan2 mereka.
Harus Berani
Dalam rangka mengembangkan kehidupan pers, kita juga harus berani menggali konsep2 kita sendiri. Karena itu kita menyadari sedalam-dalamnya bahwa tugas kita mensukseskan Repelita IV khususnya dan berhasilnya tahap tinggal landas nanti adalah tugas berat dan besar yang meminta rasa tanggungjawab kita yang sebesar-besarnya.
Dikemukakan, kita berkejaran dengan waktu, agar kita dapat menyelesaikan masalah2 sosial ekonomi yang besar yang masih kita hadapi. Kita, kata Kepala Negara, juga harus merampungkan masalah2 mendasar di bidang ideologi, politik, ekonomi dan sosial, agar dalam tinggal landas nanti kita dapat laksanakan sebaikbaiknya dan berjalan sebaik-baiknya.
Kita berkejaran dengan waktu sebab di samping kita harus menangani masalah2 tsb, kitapun harus mengejar ketinggalan dengan negara2 lain yang telah lebih maju.
Di samping itu dapat kita perkirakan dari sekarang bahwa perkembangan politik dan ekonomi dunia tidak terlalu menguntungkan kelancaran pembangunan kita di tahun yang akan datang.
Di dalam negeri sendiri, kata Presiden, kita akan memasuki tahap pembangunan yang akan membawa perubahan besar, terutama karena kita akan memasuki pembangunan industri yang makin meluas dalam Repelita IV ini.
Sikap Waspada
Belajar dari segala pengalaman yang telah kita capai selama Repelita I sampai Repelita III, melihat hasil yang telah kita capai selama itu, maka kita percaya bahwa tugas bersama kita untuk melanjutkan dan meningkatkan pembangunan di tahun2 yang akan datang dapat kita laksanakan sebaik-baiknya.
Salah satu syarat penting agar tugas itu dapat kita selesaikan dengan baik adalah sikap waspada dalam arti yang seluas-luasnya. Kita harus waspada justru untuk menjamin agar pembangunan kita selanjutnya berjalan dengan Iancar.
Kewaspadaan kita, kata Kepala Negara, yang terutama adalah menjaga agar jalannya pembangunan itu benar2 mengarah pada pengamalan Pancasila dalam pembangunan seperti yang telah ditegaskan dalam GBHN 1983.
Kewaspadaan itu menyangkut kewaspadaan ke luar dan ke dalam. Ke luar, dalam arti kita harus waspada terhadap paham2 dan kekuatan2 yang sejak semula memang tidak menghendaki dasar negara Pancasila dan tidak menghendaki bangsa Indonesia tegak mandiri berdasarkan Pancasila, Kewaspadaan ke dalam menurut Kepala Negara adalah sikap dan langkah kita yang sungguh2 dalam mengamalkan Pancasila itu sendiri.
Bahaya
Ditegaskan oleh Presiden, bahaya terhadap Pancasila bukan saja datang dan rongrongan dari luar akan tetapi juga akan datang jika kita tidak sungguh2 mengamalkan Pancasila, jika kita tidak melaksanakan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila.
Karena itu sangat tepat petunjuk GBHN 1983, bahwa penerangan dan media massa sebagai sarana pembangunan bangsa harus dapat membudayakan Pancasila dan UUD-45 dalam semua segi kehidupan masyarakat dan meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara seluruh rakyat Indonesia.
Di samping itu, pers khususnya perlu meningkatkan fungsinya sebagai penyebar informasi yang objektif, melakukan kontrol sosial yang konstruktif, menyalurkan aspirasi rakyat dan meluaskan komunikasi dan partisipasi masyarakat.
Konsep Pers
Di akhir sambutannya, Presiden mengatakan, untuk dapat melaksanakan fungsinya yang penting dan ikut menentukan perkembangan dan pertumbuhan bangsa kita seperti itulah maka perlu pula meningkatkan pengembangan pers yang sehat, pers yang bebas dan bertanggung jawab.
Konsep pers yang sehat, pers yang bebas dan bertanggung jawab itu merupakan konsep yang kita kembangkan dan kita tumbuhkan bersama di Indonesia, yang merupakan sikap yang makin dewasa dan maju dari segala pengalaman perkembangan pers di tanah air kita sejak proklamasi kemerdekaan hingga sekarang ini.
Kita semua merasakan manfaat yang besar dari perkembangan dan tumbuhnya kehidupan pers yang sehat yang bebas dan bertanggung jawab ini.
Menurut Kepala Negara, makin hari makin terasa bahwa pers yang demikian itu telah menjadi naluri dan tradisi yang baik dari pers nasional kita. Walaupun di sana sini masih ada gangguan, namun secara keseluruhan selama ini kita telah dapat mengembangkan dinamika nasional dengan stabilitas yang baik. Rasa tanggung jawab itu memang berakar pada pers nasional kita yang benar2 berwawasan nasional, demikian Presiden Soeharto.
Pertemuan para Pemimpin Redaksi dan Ketua2 PWI seluruh Indonesia dengan Presiden Soeharto tsb mengakhiri kegiatan yang telah berlangsung sejak 19 September lalu.
Tema pertemuan kali ini adalah : "Meningkatkan kewaspadaan nasional dalam rangka pemantapan dukungan pers terhadap pembangunan bangsa". (RA)
…
Jakarta, Sinar Harapan
Sumber : SINAR HARAPAN (25/09/1984)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 874-877.