PRESIDEN RESMIKAN PERLUASAN PABRIK KERTAS LECES

PRESIDEN RESMIKAN PERLUASAN PABRIK KERTAS LECES: KERTAS JADI UKURAN KEMAJUAN PENDIDIKAN

Pembangunan bidang pendidikan akan mengalami kesulitan apa bila tidak tersedia kertas dalam jumlah yang cukup.

Demikian penting peranan kertas, sehingga konsumsi kertas suatu bangsa menjadi salah satu tolok ukur kemajuan pendidikan bangsa yang bersangkutan.

Presiden Soeharto mengemukakan hal itu Rabu pagi tatkala berbicara pada upacara peresmian selesainya perluasan tahap III pabrik kertas Leces di Leces, Probolinggo, Jawa Timur.

Presiden Soeharto menilai, penggunaan ampas tebu sebagai bahan baku pada pabrik perluasan itu sebagai bukti bahwa dengan memanfaatkan teknologi moderen bangsa Indonesia dapat merubah bahan yang semula tampak tidak berguna menjadi bahan yang sangat berguna bagi masyarakat.

"Hal ini hendaknya menyadarkan kita bahwa dalam pembangunan masyarakat moderen diperlukan imajinasi yang kreatif dan terus menerus untuk mengejar kemajuan dan menundukkan tantangan," katanya.

"Imajinasi itu diperlukan bukan hanya di bidang teknologi melainkan juga dalam pengerahan sumber daya manusia dan pengerahan sumber dana untuk mempertahankan kelanjutan pembangunan."

Dengan keberhasilan pabrik Kertas Leces menggunakan ampas tebu sebagai bahan baku industri kertas, maka Tebu tidak semua penting bagi sektor pertanian, tetapi juga penting bagi sektor industri kita, kata Presiden.

Hal ini berarti pula, bahwa budidaya Tebu tidak saja dapat meningkatkan penghasilan petani semata, tetapi juga akan menambah kesempatan kerja di bidang industri. Kesemuanya itu menurut Presiden, akan memberikan manfaat yang besar bagi peningkatan kesejahteraan rakyat.

Disebutkan bahwa kertas tulis dan cetak yang dihasilkan oleh pabrik itu merupakan sarana yang sangat diperlukan untuk melanjutkan pembangunan dibidang pendidikan.

Bidang pendidikan memegang peranan yang besar dalam pembangunan masyarakat.

"Keberhasilan pembangunan jangka panjang di masa depan, akan ditentukan oleh keberhasilan kita dalam memperkuat dan membangun bidang pendidikan di masa sekarang," demikian Presiden Soeharto.

198 Ribu Ton perTahun

Perluasan pabrik kertas Leces tahap III mulai dilaksanakan tahun 1980 dengan membangun satu pabrik pulp terpadu berkapasitas 260 ton per hari. Investasi yang ditanamkan pada pabrik yang menghasilkan kertas tulis, cetak dan tisu itu mencapai sekitar Rp 250 milyar.

Pabrik kertas Leces sudah mulai dibangun pada tahun 1939 dan berproduksi tanggal 12 Februari 1940. Sekarang ini, pabrik unit satu hingga tiga menghasilkan kertas 360 ton per hari diantaranya diekspor ke Malaysia dan Singapura.

Menteri Perindustrian, Hartarto dalam laporannya mengatakan, dalam rangkaian perluasan pabrik kertas Leces masih ada satulagi yakni perluasan tahap IV yang sudah dilakukan sejak 1 Januari 1982.

Perluasan tahap IV itu akan selesai awal 1985 dengan penambahan kapasitas produksi 90 ribu ton kertas koran setahun atau sekitar 300 ton perhari.

Dengan demikian, pabrik kertas ini dalam tahun 1985 akan mencapai kapasitas optimal dengan produksi keseluruhan sebanyak 198 ribu ton per tahun.

Dalam kesempatan itu Ny. Tien selaku ketua Yayasan Harapan Kita menerima sumbangan 20 ton kertas tulis dan kemudian oleh Ny. Tien 10 ton diantaranya diserahkan kepada Ny. Wahono untuk disumbangkan kepada panti-panti asuhan di JawaTimur.

Hari itu juga Presiden menuju Solo dan Kamis pagi akan meresmikan gedung Monumen Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia di Yogyakarta, dalam rangka peringatan Hari Ibu.

Hari Jumat Presiden akan meresmikan pula rumah inti Perum Perumnas Mojosongo di Solo. (RA)

Probolinggo, Merdeka

Sumber : MERDEKA (22/12/1983)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 334-336.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.