PRESIDEN : SETIAP GEJOLAK LANGKAH MUNDUR BANGSA[1]
Jakarta, Suara Karya
Presiden Soeharto mengingatkan, setiap gejolak yang teijadi merupakan langkah mundur bagi bangsa secara menyeluruh. Oleh karena itu, setiap hari, setiap bulan dan setiap tahun yang dilalui tanpa gejolak, merupakan prestasi nasional yang harus disyukuri dan dipelihara. Sehubungan dengan itu, segenap tenaga dan pikiran harus dikerahkan untuk menyelesaikan dan mencegah terjadinya kejadian serupa di masa datang.
Hal itu dikemukakan Kepala Negara dalam pidato akhir tahun 1995, yang disampaikan hari Minggu (31/12) malam.
“Pengalaman menunjukkan bahwa di dalam masyarakat yang majemuk tetap terkandung bibit-bibit kerawanan besar dan kecil, yang hila tidak kita tangani dengan baik dapat menimbulkan gejolak.” kata Presiden.
Lebih jauh Kepala Negara mengungkapkan, tidaklah mudah mendirikan, memelihara dan membangun sebuah negara nasional pada bangsa yang rakyatnya amat majemuk. Dari waktu ke waktu gejolak-gejolak lokal memang terjadi di berbagai penjuru Tanah Air.
“Juga dalam tahun ini. Apapun yang menjadi alasannya, ekonomi, sosial budaya, agama ataupun politik setiap gejolak yang terjadi jelas merupakan langkah mundur bagi bangsa kita secara menyeluruh.” ujar Presiden Soeharto.
Meski demikian, menurut Presiden, kemajemukan masyarakat juga mengandung potensi besar bagi kemajuan bangsa dan negara. Jika sebagian masyarakat masih mcnghadapi berbagai kendala untuk sementara, maka cukup banyak lapisan lainnya dalam masyarakat yang mampu dan siap memelihara laju momentum pembangunan nasional. Oleh karena itu, dengan tetap menyadari adanya kerawanan dalam kemajemukan, semua pihak harus siap mendayagunakan segi positif dari kemajemukan itu sendiri.
Jangan Sampai Memanas
Khusus dalam bidang ekonomi, menurut Presiden, masalah yang dihadapi dewasa ini bukanlah bagaimana memacu pertmnbuhannya, tetapi justru menjaga jangan sampai laju pertumbuhan yang tinggi membuat perekonomian memanas. Pemerintah telah mulai mengambil langkah-langkah untuk mendinginkan mesin perekonomian, agar pada saatnya nanti dapat dipacu lebih kencang lagi.
Dalam tahun 1995, demikian Kepala Negara, laju pertumbuhan ekonomi diperkirakan melampaui 7,1 persen, yaitu di atas angka rata-rata pertumbuhan ekonomi yang direncanakan dalam Repelita VI. Laju inflasi 8,64 persen, namun tingkat inflasi itu harus diwaspadai.
“Dinamika politik terasa tinggi, gagasan-gagasan baru muncul dan suasana keterbukaan makin berkembang. Yang perlu kita jaga bersama adalah agar semuanya tadi jangan sampai terlepas dari kendali. Untuk itu marilah kita semua berpegang teguh pada Pancasila, UUD 45 dan GBHN serta menjunjung tinggi kepentingan nasional dan persatuan diantara kita.” ujar Kepala Negara.
Secara menyeluruh, kata Presiden, dapat dikatakan bahwa tahun ini bangsa Indonesia mencapai banyak kemajuan di berbagai bidang, baik di dalam maupun di luar negeri. Dalam bidang luar negeri, Indonesia telah dapat menyelesaikan tugas dan menyerahkan kepemimpinan GNB kepada Kolombia. Ada tiga rintisan selama mengemban kepemimpinan GNB, yaitu meningkatkan kerja sama Selatan-Selatan, menghidupkan kembali dialog Utara-Selatan dan usul untuk penghapusan utang negara-negara Selatan yang paling terbelakang.
Dengan ASEAN dan APEC, ruang perekonomian menjadi bertambah luas, khususnya untuk meningkatkan ekspor non-migas.
“Selambat-lambatnya tahun 2010 pasar negara industri maju harus dibuka lebar bagi barang-barang ekspor kita, dan negara membangun lainnya. Dan selambat-lambatnya tahun 2020, pintu-pintu kita juga harus dibuka lebar-lebar bagi masuknya barang-barang dari negara-negara industri maju.” demikian Presiden.
Presiden juga menekankan bahwa bangsa Indonesia te1ah membuat tonggak sejarah besar, melalui penerbangan perdana pesawat terbang N-250 buatan putra putri Indonesia di tahun ke-50 Indonesia merdeka.
“Penerbangan perdana pesawat terbang dengan teknologi mutakhir itu mempertebal rasa percaya diri bangsa kita bahwa kita siap memasuki abad ke-21, abad ilmu pengetahuan dan teknologi.”
Sumber : SUARA KARYA (02/01/1996)
______________________________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVIII (1996), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal 1-2.