PRESIDEN PADA SIDANG KABINET BIDANG EKUIN : PRODUKSI PALAWIJA DAN SAYURAN DITINGKATKAN

PRESIDEN PADA SIDANG KABINET BIDANG EKUIN :

PRODUKSI PALAWIJA DAN SAYURAN DITINGKATKAN

 

Laju Inflasi 0,46 pCt, Surplus Ekspor US$ 375 juta

Presiden Soeharto mengharapkan, setelah berhasil dalam produksi beras maka sudah waktunya dilaksanakan peningkatan produksi palawija dan sayuran.

Harapan Kepala Negara disampaikan dalam Sidang Kabinet terbatas bidang Ekuin di Bina Graha Rabu kemarin setelah menerima laporan Menteri

Pertanian Ir.Achmad Affandi yang mencatat kenaikan produksi beras dan palawija dalam musim panen terakhir ini.

Menteri Penerangan Harmoko selesai sidang kepada wartawan mengatakan. Sidang juga membahas peningkatan produksi palawija termasuk kacang kedele yang sudah dimulai dengan perluasan areal tanaman dan pengapuran lahan pertaniannya.

Dilaporkan terjadinya usaha peningkatan luas areal dan produksi hasil-­hasil perkebunan selama lima tahun terakhir. Di antaranya tercatat meningkatan areal perkebunan karet tahun 1979 seluas 2.383.000 hektar menjadi 2.575.000 hektar di akhir tahun 1984.

Areal kelapa seluas 2.578.000 hektar menjadi 3.012.000 hektar, kelapa, sawit naik dari 260.000 menjadi 438.000 hektar, perkebunan kopi dari 622.000 hektar menjadi 815.000 hektar dan areal perkebunan coklat dari 34.000 hektar menjadi 67.000 hektar seluruhnya dibandingkan dari tahun 1979 dan peningkatan di tahun 1984.

Sedangkan produksi teh, pala, kapas dan lada juga dilaporkan mengalami peningkatan cukup mengesankan. Menurut Harmoko, penyebaran perluasan areal dan peningkatan produksi untuk perkebunan rakyat, PNP/PTP dan perkebunan besar swasta akan senantiasa ditingkatkan.

Tentang produksi perikanan telah dilaksanakan persiapan program intensifikasi tambak musim tanam 1984/1985 yang akan diadakan di Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulsel.

Sampai saat ini Aceh masih mengintensifikasikan jumlah perusahaan, kredit yang diajukan calon nasabah sedang di proses oleh instansi perbankan. Dinilai, daerah Jawa Barat, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan permohonan yang masuk sebagian sudah dinilai layak oleh bank.

Surplus Ekspor

Sidang mencatat, berdasarkan angka sementara November yang lalu neraca perdagangan kita menuujukkan surplus ekspor sebesar US$ 375.000.000. Nilai ekspor mencapai US$ 1,619 milyar sedangkan nilai impor sebesar US $ 1,244 milyar.

Sedangkan jumlah uang beredar menurut catatan Desember 1984 sebesar Rp 8,319 trilyun. Laju inflasi Januari sebesar 0,46 pCt, laju inflasi tahun anggaran sebesar 3,92 pCt dan inflasi tahun takwim sebesar 0,46 pCt.

Hasil perundingan dengan pihak Amerika Serikat mengenai ekspor tekstil juga dilaporkan kepada Sidang Perundingan yang berlangsung tanggal 17-19 Januari lalu membuahkan hasil, AS minta diskripsi untuk jenis tekstil songket, ikat, lurik, palekat, karena sulit untuk mengkualifikasikannya.

Untuk bahan batik, pakaian jadi, ada pemikiran untuk disediakan dalam jumlah kuota khusus. Kedua delegasi sepakat untuk melakukan pembaharuan perjanjian bilateral dalam waktu dekat ini.

Komoditi Strategis

Menpen Harmoko mengungkapkan, Sidang mencatat cukup tersedianya jumlah komoditi strategis, seperti pupuk urea persediaan awal sebesar 825.487 ton, produksi tahun ini diperkirakan mencapai 3.487.170 ton, termasuk sisa impor tahun 1984 sebesar 66.971 ton. Pupuk TSP persediaannya 467.389 ton dan produksinya diperkirakan sebesar 1.000.000 ton.

Berdasarkan situasi tahun 1984, produksi semen tahun 1985 ini di proyeksikan sebesar 9.441.000 ton.

Sementara itu persediaan awal kertas sejumlah 28.000 ton sedangkan produksinya sebesar 260.000 ton untuk keperluan dalam negeri hanya sebesar 200.000 ton dan sisanya 60.000 ton diekspor.

Sedangkan stok garam Januari lalu sebesar 1.159.359 ton dengan penggunaan sebesar 95.553 ton dan stok nasional sebesar 945.116 ton. Kebutuhan garam tahun ini diperkirakan sebesar 820.000 ton.

Ekspor besi spons yang sudah dilakukan sebesar 120.000, batang kawat sebesar 60.000 ton, besi beton 1.000.000 ton dan plat baja sebesar 125.000 ton.

Konsumsi besi baja tahun 1985 ini tidak akan lebih dari tahun lalu, hal ini berkaitan dengan berlakunya PPN (Pajak Pertambahan Nilai) 1985 yang mengakibatkan kenaikan harga jual nyata dan menurunkan jumlah konsumsi.

Namun untuk mendorong perkembangan harga besi baja tahun ini, perlu digalakkan ekspor khususnya produk-produk yang telah mempunyai pasaran cukup baik walaupun tingkat harga masih rendah dengan perkiraan sertifikat ekspor.

Di bidang pertambangan juga dilaporkan tentang kontrak karya dalam bentuk PMA di bidang pertambangan umum. Pada tanggal 27 Pebruari akan di tanda tangani 9 kontrak karya PMA di bidang pertambangan umum yang selama ini tidak ada calon investor yang berminat, terutama dalam pertambangan emas di Kalteng, Kaltim, Bengkulu, Kalbar dan Pasaman, Sumbar.

Hadir dalam Sidang Kabinet tersebut Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah, para Menko, para Menteri bidang Ekuin dan Pangab/Pangkopkamtib Jenderal L.B. Moerdani. (RA)

 

 

Jakarta, Pelita.

Sumber : PELITA (07/02/l985)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 107-110.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.