PRESIDEN SOEHARTO : PEMBANGUNAN OLAHRAGA MEMPUNYAI MISI LUAS

PRESIDEN SOEHARTO : PEMBANGUNAN OLAHRAGA MEMPUNYAI MISI LUAS

PRESIDEN SOEHARTO menegaskan, pembangunan keolahragaan tidak erdiri sendiri. Bukan asal berolahraga dan pula olahraga hanya untuk olahraga mempunyai misi luas dan dalam, yakni membina kesehatan jasmani dan rohani setiap anggota masyarakat.

Sekalipun lapangan ekonomi akan tetap merupakan pusat medan juang tahun­tahun mendatang, pembangunan segi-segi lain dari kehidupan bangsa dan negara tidak akan diabaikan.

Khusus di bidang olahraga, tampak jelas dalam GBHN, yang dalam Repelita IV nanti dicantumkan akan meningkatkan dan memasyarakatkan pendidikan jasmani dan olahraga.

Kepala Negara menyatakan hal itu dalam pembukaan Lokakarya Nasional tentang Pembangunan Olahraga di Bina Graha hari Senin. Lokakarya dihadiri 51 peserta, terdiri dari unsur-unsurpemerintah, lembaga pendidikan, dan swasta olahraga, KNPI dan KONI Pusat.

Berlangsung di Jakarta sampai 7 September, lokakarya akan dilanjutkan hingga 9 September di Solo, bersamaan dengan dikumandangkannya Hari Olahraga Nasional.

Presiden menandaskan, salah satu unsurpenting dalam olahraga adalah sportivitas dan sikap ksatria. Ini berarti jika lawan menang, maka keunggulan lawan harus diterima dengan rasa hormat.

Kekalahan kita dari lawan, tidak perlu membuat rasa rendah diri tetapi sebaliknya dijadikan cambuk untuk berlatih lebih tekun agar dapat berprestasi lebih baik.

"Berjuang untuk mencapai prestasi merupakan unsur terpenting untuk menggerakkan pembangunan masyarakat modern," ujar Kepala Negara.

Jika sikap ksatria dan tekad untuk berprestasi ini dapat berkembang di tengah­tengah masyarakat Indonesia, maka dinamika pembangunan akan terus-menerus memperoleh dorongan yang tidak habis-habisnya.

Menurut Presiden, unsur penting lainnya dari olahraga adalah disiplin di sini langsung atau tidak langsung, sedikit atau banyak, pengembangan disiplin dalam olahraga akan dapat mengembangkan disiplin pribadi yang akan dapat mengembangkan menjadi disiplin bangsa dan disiplin sangat penting untuk pertumbuhan bangsa yang tertib dan dinamis.

Pencak Silat

Dalarn rangka melaksanakan misinya sebagai unsur pembinaan bangsa, Presiden Soeharto mengingatkan agar prestasi olahraga di Indonesia ditingkatkan.

"Pengalarnan kita sehari-hari menunjukkan dengan jelas, betapa prestasi tinggi yang dicapai olahragawan olahragawan nasional pada pertandingan tingkat regional atau internasional telah ikut menaikkan semangat kebangsaan, kebanggaan nasional dan persatuan". Sebaliknya, kata Kepala Negara, kegagalan yang menyakitkan tidak jarang mengecilkan hati seluruh rakyat Indonesia.

Pada akhir sambutan kemarin, Presiden minta supaya diberikan perhatian terhadap pengembangan olahraga tradisional. Seperti pencak silat, mempakan bukti yang meyakinkan bahwa dengan cara-cara modern ternyata olahraga tradisional mampu berkembang di tengah-tengah keolahragaan modern bangsa-bangsa di dunia sekarang.

Lokakarya selama lima hari itu dimaksudkan untuk menghimpun pendapat dan pemikiran dari tokoh-tokoh dan para ilmuwan olahraga untuk menyusun satu pola dasar pembangunan olahraga nasional.

Pengarahan Menpora

Dalam kesempatan terpisah, di gedung KONI Pusat tempat lokakarya berlangsung Senin siang, Menpora Abdul Gafur menekankan Sekolah Dasar sebagai basis dari pembinaan olahraga prestasi, untuk itu perlu dipikirkan peningkatan jumlah guru olahraga.

Data yang ada sekarang sangat tidak menunjang pengembangan olahraga di SD ini, karena jumlah guru olahraga se Indonesia hanya 4000 orang saja, dibandingkan dengan jumlahSD seluruh lndonesia 120.593 dan jumlah murid 25.257.045. lni berarti harus ada guru olahraga sebanyak 46.415.

Dengan demikian, pendidikan olahraga secara operasional di SD tidak mencapai tujuan. Demikian pengarahan Menpora yang membahas berbagai aspek pembinaan olahraga dalam makalahnya berjudul "Olahraga untuk Pembinaan Bangsa".

Sementara Ketua Umum KONI Pusat Sri Sultan Hamengku Buwono dalam kesempatan yang sama menghimbau terutama kepada yang berwajib agar mencegah lapangan-lapangan olahraga jangan dijadikan gedung-gedung bangunan.

Sedangkan untuk pembangunan baru, seperti komplek perumahan, sekolah, kampus dan pabrik­pabrik diwajibkan juga untuk membangun komplek untuk berolahraga. (RA)

Jakarta, Kompas

Sumber : KOMPAS (06/09/1983)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 406-407.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.