PRESIDEN TERIMA SURAT – SURAT KEPERCAYAAN
Presiden Soeharto hari Sabtu, di Istana Merdeka, Jakarta berturut-turut menerima surat-surat kepercayaan dua Duta besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh yang baru untuk Indonesia, yaitu Stanislav Ivanovich Semivolos dari Uni Soviet dan Abdel Moneim Mahmoud Mustafa dari Sudan.
Ketika menerima surat-surat kepercayaan dari Dubes Uni Republik Soviet Sosialis, Presiden Soeharto mengemukakan bahwa Indonesia melihat ada tiga masalah yang merupakan tantangan dunia dewasa ini, yaitu masalah perdamaian, perlucutan senjata dan pembangunan.
“ltu sebabnya Indonesia senantiasa aktif dan ikut serta berusaha memberi sumbangan ke arah terwujudnya ketiga hal tadi,” kata Presiden.
Ia mengemukakan, perkembangan persahabatan dan kerja sama yang konstruktif antara semua bangsa di dunia terasa semakin mendesak, karena perkembangan internasional belakangan ini semakin mencemaskan.
Oleh karena itu, lanjutnya, usaha-usaha untuk memelihara perdamaian perlu ditingkatkan guna menyelamatkan umat manusia dari ancaman perang nuklir.
Kepada Dubes Uni Soviet yang baru, Presiden menjelaskan bahwa Indonesia menganut politik luar negeri yang bebas dan aktif, ingin mengembangkan persahabatan dan kerja sama dengan semua negara, dengan menghormati hak dalam menganut sistem politik dan sosial masing-masing.
“Dalam rangka itulah saya memberi arti penting atas kunjungan Wakil Menteri Luar Negeri Uni Soviet Kapitsa ke Indonesia tahun 1983 serta kunjungan Menlu Indonesia ke Moskow belum lama berselang,” ujar Kepala Negara.
Presiden mengharapkan agar hubungan persahabatan dan kerja sama antara Indonesia dan Uni Soviet dikembangkan lebih lanjut, terutama di bidang ekonomi dan perdagangan.
“Saya berharap, pada hari-hari mendatang kita dapat mengadakan kerja sama ekonomi dan perdagangan yang bennanfaat bagi kedua pihak,” demikian Presiden
Gembira
Ketika menerima surat-surat kepercayaan Dubes Republik Demokrasi Sudan yang baru, Presiden Soeharto menyatakan kegembiraannya menyaksikan eratnya tali persahabatan Indonesia-Sudan selama ini.
“Kita mempunyai persamaan-persamaan pandangan dalam forum-forum internasional seperti perserikatan bangsa-bangsa, gerakan nonblok dan organisasi Konferensi Islam,” kata Presiden.
Sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, lanjut Kepala Negara, kedua negara sama-sama berjuang mewujudkan dunia yang damai dan adil.
Sebagai anggota gerakan Non Blok, Indonesia dan Sudan bahu-membahu memperjuangkan nasib negara-negara sedang membangun yang senantiasa terdesak kepentingan ekonominya oleh negara industri maju.
Sedang sebagai anggota Organisasi Konferensi Islam Indonesia dan Sudan mengadakan kerja sama erat di berbagai bidang demi kesejahteraan-kesejahteraan rakyat masing-masing dengan menegakkan “Ukhuwah Islamiyah” (persaudaraan sesama Islam, Red).
Persamaan-persamaan yang disebut tadi meyakinkan saya bahwa antara kedua negara kita akan selalu terjalin kerjasama dan pengertian yang makin baik di masa mendatang, demikian Presiden menyatakan keyakinannya.
Kepada Dubes Sudan yang baru Presiden menjelaskan bahwa dewasa ini Indonesia sedang giat melaksanakan pembangunan nasional di segala bidang, yang bertujuan mewujudkan masyarakat maju, sejahtera dan berkeadilan berdasarkan Pancasila.
Pembangunan itulah, menurut Presiden, yang menjadi persoalan pokok umat manusia dewasa ini.
“Saya yakin jika semua negara khususnya negara yang sedang membangun, dapat melakukan pembangunan serta menghilangkan kemiskinan dan kemelaratan, maka perdamaian dunia yang menjadi cita-cita umat manusia pasti akan terwujud,” demikian Presiden Soeharto. (RA).
…
Jakarta, Antara
Sumber : ANTARA (19/05/1984)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 606-608.