PRODUKSI BERAS KITA TAHUN 1985 DIRAMALKAN MENCAPAI 26 JUTA TON

PRESIDEN SOEHARTO AKAN PIDATO DI ROMA :

PRODUKSI BERAS KITA TAHUN 1985 DIRAMALKAN MENCAPAI 26 JUTA TON

Pembicaraan politik di luar negeri sudah ramai bahwa Presiden Soeharto pada tgl. 13 Nopember mendatang akan berpidato dalam Sidang F.A.O. di Roma. Pada kesempatan itu Presiden akan memberikan special lecture, di mana Indonesia merupakan wakil dari negara-negara yang sedang berkembang atau negara-negara Selatan. Demikian penjelasan Menteri Pertanian Ir. Achmad Affandi kepada pers Senin malam.

Menurut Achmad Affandi, produksi pangan di Indonesia berhasil baik. Khusus mengenai tanaman padi, luas penanaman pada tahun ini tetap meningkat dibanding dengan tahun 1984.

Biro Pusat Statistik dalam ramalan keduanya menaksir, produksi beras dalam tahun 1985 ini diperkirakan mencapai 26 juta ton.

“Itu pun baru merupakan ramalan produksi ke dua. Biasanya ramalan produksi ketiga bisa meningkat lagi”.

Dengan keberhasilan Indonesia dalam bidang pangan itu kini pihak luar negeri menghargai kita. Karena itu kita harus memperkenalkan diri lebih mantap.

Kelompok Tani kita dari Kabupaten Cirebon (Kelompok Tani Rahayu) dan Kelompok Tani dari Kabupaten Tuban (Kelompok Tani Sumber Karya Tani) mendapat penghargaan pada Sidang IRRI (Institut peneliti Padi Dunia) yang berlangsung di Manila beberapa waktu yl. Hal itu suatu bukti keberhasilan kita dalam menangani masalah pangan.

Karena itu dalam Pameran Produksi Indonesia yang diselenggarakan Agustus mendatang sektor pertanian harus muncul lebih besar. Pameran itu akan seperti Expo dan mudah-mudahan nanti kita mempunyai eksposisi yang permanen untuk sektor pertanian ini sehingga bisa mengadakan pameran mini TRI, irigasi, pabrik-pabrik mini, dsb. Di samping itu dalam Pemeran Produksi Indonesia nanti akan disediakan kamar untuk tender-tender.

Kini ada beberapa kontraktor yang sudah mau menanda tangani tender, tetapi diminta agar penanda tanganannya itu dilaksanakan nanti pada saat berlangsung pameran produksi, kata Achmad Affandi.

Produksi pangan dunia pada tahun yang lalu memang meningkat. Tetapi peningkatan produksi pangan itu utamanya terjadi di negara-negara maju. Sedangkan peningkatan produksi yang berlangsung di negara-negara berkembang hanya sekitar 1% saja.

Ekspor

Indonesia ternyata merupakan ekspor teh terbesar ke New York, kata Achmad Affandi. Sekitar 40% dari kebutuhan teh Amerika Serikat ternyata berasal dari Indonesia.

Argentina juga mengekspor teh ke AS tetapi AS membutuhkan teh kualitas menengah sehingga sesungguhnya pemasaran teh kita ke negara itu cukup baik. Kita menghadapi saingan ekspor dari RRC, tentunya kebijaksanaan impor AS dari RRC itu dalam kaitan dengan kebijaksanaan politis.

AS juga membutuhkan karet Indonesia, namun negara itu mau mengurangi impornya. Kita berkeras agar AS tidak mengurangi impor karetnya dari Indonesia. Tetapi kalau negara itu tetap berkeras ingin menguranginya juga, kita terpaksa meninggkatkan pasaran karet kita ke negara-negara Eropa Timur. Justru negara-negara Timur itu malahan meminta karet yang berkualitas rendah.

Untuk mengembangkan pemasaran produksi perkebunan negara, pemerintah memperluas cabang lndoham yang berpusat di Hamburg ke New York. Utamanya cabang Indoham ini hanya untuk melayani ekspor hasil perusahaan perkebunan negara.

Menurut Menteri, Jepang meminta minyak kelapa sawit, kopi dan coklat. Negara itu juga meminta karet dari Indonesia. Malahan karet yang diminta Jepang itu bukan yang berkualitas tinggi. Untuk memperlancar pemasaran produksi perkebunan negara, pemerintah juga membuka cabang Indoham di Tokyo.

Tembakau Indonesia memasuki pasaran Spanyol juga tetapi tembakau kita yang memasuki pasaran negeri itu melalui negara ke tiga. Selain tembakau, teh kita juga memasuki pasaran Spanyol.

Dikatakan, Kairo membutuhkan teh Indonesia sekitar 20.000 ton per tahun. Tetapi untuk mengekspor teh ke negara itu kita berusaha menggunakan negara ke tiga.

Kita memilih Pakistan sebagai negara ke tiga untuk memasarkan teh kita ke Kairo. Namun Pakistan meminta untuk membeli saja teh dari Indonesia yang kemudian memasarkannya.

Babi di Pulau Bulan

Peternakan babi akan dikembangkan di Pulau Bulan (Propinsi Riau). Sasaran pengembangan peternakan babi itu untuk mencapai produksi sekitar 4.00.000 ekor pada tahun 1988 nanti.

Pada tahun 1985 ini akan diternakkan 100.000 ekor, tahun 1986 100.000 ekor, tahun 1987 100.000 ekor, sehingga pada tahun 1988 nanti mencapai 400.000 ekor.

Peternak babi ini dalam rangka ekspor ternak, dan usaha tsb merupakan usaha patungan antara pengusaha Indonesia dengan pengusaha Singapura.

Singapura membutuhkan temak babi 1,3 juta ekor pada tahun lalu. Menurut Achmad Affandi, usaha peternakan babi ini tidak dilaksanakan dengan pola PIR karena kita memang berusaha merebut pasarannya. (RA)

 

 

Jakarta, Bussines News

Sumber : BUSINESS NEWS (19/06/1985)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 167-169.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.