Reformasi Budi Pekerti

Kepada

Yth. Bapak Soeharto

Jl. Cendana 8

Jakarta Pusat

 

REFORMASI BUDI PEKERTI [1]

Dengan hormat,

Atas nama keluarga besar Yayasan Pendidikan Nusantara 1995 Tarakan, kami mengucapkan terima kasih atas budi baik dan ikhtiar Bapak membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tiga puluh tahun Bapak bekerja sebagai Presiden, sedikitnya satu generasi bangsa telah lahir semasa pemerintahan Bapak, dan memorinya tertanam erat di hati mereka.

YTPN 1995 Tarakan didirikan untuk memperingati lima puluh tahun kemerdekaan Indonesia. Kami membina STM Nusantara, mendidik generasi muda lulusan SLTP yang tidak tertampung di SMK Negeri. Murid kami sebagian dari keluarga yang secara ekonomi kurang beruntung, tetapi berniat menjadi manusia yang berbudi pekerti.

Kami memperkenalkan dua Trilogi. Trilogi Membangun Diri adalah menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, menghargai sesama. Trilogi Membangun Hati adalah berkata baik, berperasaan halus, berbuat baik, sadar dan sabar. Upaya ini kami lakukan secara bertahap, sesuai kurun waktu dan zamannya, sebagai wujud reformasi pekerti/membangun budi pekerti/Character Building.

Terima kasih Bapak Soeharto, Bapak Pembangunan Indonesia. Merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. (DTS)

Tarakan, 22 Mei 1998

Ketua                                                                                                                    Sekretaris

Slamet Priyono                                                                                                 Choiril Anam

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 959. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.