SALING MENGAKUI KEDAULATAN YANG UTUH MERUPAKAN TIANG-TIANG PENYANGGA POLITIK BEBAS AKTIP RI

SALING MENGAKUI KEDAULATAN YANG UTUH MERUPAKAN TIANG-TIANG PENYANGGA POLITIK BEBAS AKTIP RI

PRESIDEN SOEHARTO :

Persahabatan, saling pengertian, saling menghormati kedaulatan yang utuh, tidak saling mencampuri urusan dalam negeri dan kerja sama yang konstruktif merupakan tiang penyangga politik luar negeri kami yang bebas dan aktif.

Terlebih-lebih lagi dengan sesama negara dunia ketiga yang sama-sama sedang berjuang membangun masa depan yang lebih baik, maka usaha yang terus menerus untuk memantapkan dan menguatkan lagi persahabatan, kesetiakawanan melalui kerjasama itu sungguh sangat penting.

Demikian ditegaskan Presiden Soeharto pada acara jamuan santap malam untuk menghormati Perdana Menteri Samoa Barat dan Nyonya Tofilau Eti Alesana di Istana Negara Senin mal am kemarin.

Dikatakan pada waktu ini, bangsa Indonesia sedang giat membangun dan biaya untuk memajukan kemajuan lahir dan kesejahteraan batin. Pembangunan itu dilakukan secara bertahap dan sambung menyambung melalui pelaksanaan pembangunan lima tahunan.

Tahun depan Indonesia akan memasuki tahap pembangunan lima tahunan yang keempat. Sampai saat ini pelaksanaan pembangunan di Indonesia telah banyak memberikan hasil yang membesarkan hati. Namun Indonesia juga menyadari bahwa apa yang telah dilakukan itu masih jauh dari tujuan yang di-cita-citakan.

Indonesia juga menyadari bahwa sebagai bangsa dengan penduduk lebih dari 150 juta orang, yang mendiami kawasan yang luas, masalah dan tantangannya tidaklah kecil.

Dalam melaksanakan pembangunan itu, Indonesia sendirilah yang harus memikul segala bebannya. Indonesia harus mengerahkan segala potensi alam dan potensi manusia yang dimilikinya agar berhasil meraih kemajuan-kemajuan yang diinginkan.

Dalam rangka memperlancar pelaksanaan pembangunan itu Indonesia menyambut baik kemungkinan kerja sama dengan negara-negara luar baik dalam rangka memanfaatkan teknologi yang memang belm dikuasai maupun permodalan/pembiayaan yang masih diperlukan dan dalam batas-batas kemampuan.

Indonesia juga berusaha melaksanakan dan meningkatkan kerja sama antara negara-negara yang sedang berkembang, baik dari bidang ekonomi maupun di bidang kerja sama teknik, yang saling memberikan manfaat.

Dengan demikian, Presiden Soeharto memandang pembangunan Indonesia sebagai bagian dari pembangunan seluruh bangsa-bangsa di dunia.

Pembangunan bangsa-bangsa untuk mengangkat derajat dan martabat seluruh damai manusia itu memang harus dilaksanakan. Sebab, sampai saat ini sebagian terbesar dari umat manusia terutama rakyat-rakyat dari dunia ketiga masih terlihat dalam pergumulan untuk membebaskan diri dari keterbelakangan dan kemiskinan.

Namun, dewasa ini, perjuangan pembangunan untuk mengangkat derajat dan martabat semua umat manusia itu masih mengalami berbagai ujian dan tantangan­tantangan yang berat.

Keadaan perekonomian dunia belum pulih akibatnya resesi yang berkepanjangan, sedangkan timbulnya ketegangan-ketegangan dan pertikaian yang terjadi di berbagai kawasan tidak saja mengganggu perdamaian dunia, tetapi juga sangat menghambat perjuangan pembangunan.

Situasi dunia yang sangat mencemarkan tadi haruslah dapat diatasi dengan bersama agar manusia dapat benar­benar mencapai perdamaian dan dapat mewujudkan perjuangannya untuk dalam hidup dalam kemajuan dan kesejahteraan, demikian Presiden Soeharto. (RA)

Jakarta, Berita Buana

Sumber : BERITA BUANA (1983)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 227-229.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.