PRESIDEN SOEHARTO : SIAPA YANG MEMPUNYAI TUJUAN YANG BERTENTANGAN DENGAN HALUAN NEGARA BERSIKAP TIDAK DEMOKRATIS
Barang siapa beljalan di luar haluan negara atau mempunyai tujuan tersendiri yang bertentangan dengan yang ditetapkan dalam haluan negara, maka ia sesungguhnya bersikap tidak demokratis dan tidak konstitusional, kata Presiden Soeharto hari Selasa di Jakarta.
Di hadapan para peserta Kursus Reguler Angkatan XVI Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas) di Istana Negara, Presiden mengingatkan bahwa haluan negara yang ditetapkan MPR pengemban kedaulatan rakyat, berisi kerangka dasar pemikiran, arah dan tujuan yang ingin dicapai dalam jangka lima tahun untuk mencapai tujuan dan cita-cita kemerdekaan nasional.
"Ini mengandung arti bahwa secara politik dan konstitusional Garis-garis Besar Haluan Negara tadi mengikat kita semua tanpa kecuali", kata Kepala Negara.
Karena itu, tambahnya, seluruh bangsa Indonesia, pemerintah, semua organisasi/sosial-politik dan semua organisasi kemasyarakatan, segenap lembaga kenegaraan, semua Iapisan dan golongan masyarakat harus tunduk dan melaksanakan haluan negara dengan rasa tanggung jawab sebesar-besarnya.
Ia mengemukakan, dalam semua GBHN dengan konsisten selalu ditegaskan bahwa tujuan setiap Repelita memiliki dua segi. Pertama, meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat yang makin merata dan adil. Kedua, meletakkan landasan kuat untuk tahap pembangunan berikutnya.
Dalam gerak pembangunan, kata Kepala Negara, tiga hal pokok harus selalu diperhatikan, yakni perpaduan serasi, saling menunjang pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional. "Inilah yang kita namakan Trilogi Pembangunan", ucapnya.
Harus Berani Mengoreksi
Kepala Negara lebih lanjut mengemukakan, pengalaman menunjukkan bahwa tujuan yang telah ditetapkan secara baik sering tidak tercapai seperti yang diharapkan, karena pelaksanaannya tidak baik.
Untuk membantu Pemerintah dalam melaksanakan secara baik segala program nasional maka sumbangan pikiran dari lembaga-lembaga pendidikan tinggi dan lembaga pengkajian sangat diperlukan.
Ia mengakui, bagaimanapun baiknya reneana pembangunan adalah karya manusia dengan segala kekurangannya.
Lagi pula, tambahnya, dalam masyarakat sering muncul faktor-faktor baru yang tak terduga sebelumnya.
”Karena itu saya sering mengingatkan, dalam gerak pembangunan nasional kita, dengan tetap setia pada tujuan jangka panjang, kita harus berani mengadakan koreksi dan pembaharuan yang kita perlukan", demikian Presiden Soeharto.
Unsur Pengikat
Kepala Negara menaruh harapan besar pada Lemhanas, sebagai lembaga pendidikan dan pengkajian untuk membahas ketahanan nasional yang meliputi semua aspek kehidupan bangsa.
Pada lembaga itu ia mengharapkan terhimpun pikiran terbaik dari kalangan ABRI, kalangan pemerintahan lainnya serta dari kalangan masyarakat luas.
"Dengan cara pendidikan dan peserta yang berasal dari berbagai kalangan luas, saya harapkan dari Lemhanas dapat kita bangun kesatuan pikiran yang terpadu secara nasional dan berwawasan luas," katanya.
Ia mengemukakan, para peserta pendidikan di Lemhanas yang nanti akan memegang peranan pimpinan di bidang masing-masing, harus dapat menjadi unsur pengikat yang konstruktif dalam menampilkan kesatuan berfikir dari bertindak secara nasional.
Gubernur Lemhanas melaporkan, kursus reguler angkatan ke-XVI itu berlangsung 35 minggu (sejak 9 April sampai 10 Desember nanti) dan diikuti 60 peserta.
Selain mengadakan seminar, para peserta kursus reguler itu juga mengadakan widya wisata serta mengadakan studi perbandingan di dalam dan ke luar negeri antara lain Pakistan, Singapura, Jepang, Pilipina dan Thailand. (RA)
…
Jakarta, Antara
Sumber : ANTARA (06/12/1983)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 238-240.