SOEHARTO – MAHATHIR SEPAKAT PERJANJIAN PERDAGANGAN 1973 DIPERIKSA KEMBALI
Presiden Soeharto maupun PM Malaysia Dr. Mahathir sependapat bahwa perjanjian perdagangan tahun 1973 harus diperiksa kembali secara teliti, untuk mengetahui apakah perjanjian tsb telah berhasil meningkatkan perdagangan antara kedua negara, atau telah menghambat ataupun tidak berguna sama sekali.
Apabila dari hasil penelitian nanti dirasa perlu meninjau kembali bagian2 dari perjanjian tsb mereka akan mempertimbangkan untuk memberikan devinisi baru pada perjanjian tsb.
Selqen Wisma Putera (Deplu) Malaysia Tan Sri Zakaria Ali yang memberikan keterangan kepada pers tidak lama sesudah mendapat briefing dari PM Mahathir yang Kamis pagi ini mengadakan pembicaraan babak kedua dengan Presiden Soeharto selama 1 jam.
Angka Perdagangan
Angka perdagangan antara kedua negara 1982, seperti yang diungkapkan Atase Perdagangan pada KBRI Kuala Lumpur, A.B. Harahap, memperlihatkan bahwa impor Malaysia dari Indonesia hanya 0,8% dari seluruh impor negara tsb dengan jumlah hanya USS 70 juta. Untuk tahun 1983 perkiraan akan mencapai tambahan 30% dan tahun 1982 tsb.
Barang2 yang diekspor dari Indonesia yang menunjang tambahan 30% tsb antara lain semen, kertas dan sayuran dari Sumatera Utara.
Pejabat KBRI tsb juga menjelaskan bahwa kemungkinan angka resmi tsb sebenarnya hanya merupakan 50% dari angka yang sebenarnya karena banyak sekali dari ekspor Indonesia ke Malaysia terutama dari pulau yang paling berdekatan antara kedua negara tidak termasuk dalam catatan resmi.
Selama ini memang dirasakan perjanjian perdagangan tahun 1973 itu sudah tidak memadai masih banyak pasal2 dasar dalam perjanjian itu dibuat pada tahun 1987 pada waktu mana Indonesia masih impor oriented.
Barang2 yang diekspor Indonesia dari Malaysia selama ini berbentuk barang2 modal dan bahan baku. Dalam hal ini perdagangan antara kedua negara perimbangannya jauh menguntungkan bagi Indonesia.
Mengenai perdagangan antar pulau antara dua negara kedua kepala pemerintahan mengakui bahwa pengangkutan sangat masal karena selama ini diangkut dulu ke pelabuhan2.
Situasi ini juga perlu diteliti, padahal terdapat banyak jalur laut antara kedua negara. Dengan demikian situasi yang menghambat peningkatan perdagangan antara kedua negara dapat dihilangkan.
Selesai pertemuan babak kedua Presiden Soeharto langsung mengadakan pertemuan selama kurang lebih 15 menit dengan masyarakat Indonesia di hotel di mana rombongan menginap.
Sebelum tengah hari waktu setempat Kepala Negara R.I. sudah meninggalkan Kuala Lumpur melalui lapangan terbang militer Sungai Besi, terletak kira2 10 menit berkendaraan dati Kuala Lumpur.
Perdana Menteri Mahathir dan isteri, beserta para pejabat tinggi turut melepas rombongan dari Indonesia tsb.
Puas
Pada pertemuan dua kali di Kuala Lumpur itu Presiden Soeharto maupun PM Mahathir menyatakan rasa puas atas kerja sama erat antara kedua negara.
PM Mahathir menghargai jaminan yang diberikan oleh Presiden Soeharto bahwa Indonesia akan terus menerus memberikan keterangan kepada Malaysia mengenai perkembangan dan pandangan OPEC, dimana Indonesia menjadi anggota tapi Malaysia tidak.
Pertamina akan terus menerus memberitahukan kepada Petronas (Malaysia) mengenai situasi terakhir. PM Mahathir dalam hal ini menyatakan bahwa harus terdapat kerja sama erat antara negara2 anggota OPEC untuk menstabilkan situasi perminyakan dunia dan harga minyak, karena hal itu akan sangat membantu bagi negara2 berkembang.
Kedua kepala negara juga saling memberikan briefing mengenai pembangunan industri, PM Malaysia percaya bahwa harus terdapat pengetahuan yang lebih baik mengenai kegiatan2 industri, agar dikoordinasikan dan dengan demikian akan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Bukan Kartel
Kedua kepala negara menganggap bahwa mendirikan ATPC (Asosiasi negara2 produsen timah), adalah dengan pengertian dan kerja sama antara kedua negara.
Hal ini merupakan contoh positif bagaimana kerja sama antara kedua negara telah memungkinkan pendirian asosiasi tsb. yang ditekankan oleh kedua pemimpin ASEAN itu sebagai asosiasi yang kuat dan sadar yang akan dilakukan.
Mereka menekankan bahwa asosiasi itu bukan kartel dan bahwa tujuan satu2nya adalah untuk kerja sama menjamin agar tercipta stabilitas harga dan untuk melindungi kepentingan produsen maupun konsumen.
Kedua kepala pemerintahan menganggap bahwa pertemuan secara tidak resmi yang mereka lakukan di Kuala Lumpur itu dan kunjungan yang dilakukan Presiden Soeharto sangat berguna untuk saling bertukar pandangan mengenai masalah2 hangat dan aktuil di dunia yang cepat berubah, untuk saling menyesuaikan persepsi mereka.
Kedua pemimpin merasa, pembicaraan2 yang demikian harus diteruskan. Kunjungan2 secara tidak resmi akan dilakukan oleh para menteri maupun para pejabat kedua negara, agar dengan demikian kalau timbul masalah tidak perlu dibiarkan sampai membesar, hanya karena tidak ada kesepakatan untuk saling membicarakannya.
Soeharto dan Mahathir menilai ASEAN merupakan unsur penting dalam policy kawasan mereka persekutuan tsb sangat penting bagi stabilitas kawasan.
Walaupun mereka berdua mengakui bahwa belum semua tujuan ASEAN tercapai, namun kemajuan2 yang sudah ada cukup menggembirakan terutama pengakuan yang diberikan oleh masyarakat internasional terhadap ASEAN. Kerja sama persekutuan ini menurut mereka harus diteruskan.
Kampuchea
Mengenai masalah Kampuchea mereka saling memberikan briefing mengenai peranan penting yang dilakukan oleh kedua negara. Kedua negara perlu untuk saling bertukar pikiran mengenai masalah tsb. (RA)
…
Kuala Lumpur, SINAR HARAPAN
Sumber : SINAR HARAPAN (15/12/1983)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 327-329.