Pekanbaru, 3 Juni 1998
Kepada
Yth. Bapak Soeharto
di tempat
TERIMA KASIHNYA SEORANG
DOKTER MUDA [1]
Semoga Bapak senantiasa sehat wal’ afiat, lahir dan batin, dalam lindungan dan curahan rahmat dan hidayah Allah SWT.
Perkenankanlah, saya Dr. Ari Hidayat, 27 tahun. Saya lahir dan baru saja menyelesaikan jejang pendidikan S-1 saja di FK Unsrat Manado dalam era Pembangunan yang Bapak pimpin.
Pada kesempatan ini saya ingin menghaturkan rasa terima kasih dan hormat saya yang setinggi -tingginya, atas segala pengambilan dan jasa yang telah Bapak berikan kepada negara dan seluruh rakyat, tak terkecuali saya, hingga saya dapat menyelesaikan pendidikan dalam situasi yang aman dan stabil.
Selanjutnya izinkan saya, berdoa ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, semoga Bapak dan keluarga, seperti yang berulang kali Bapak nyatakan, hari-hari di depan Bapak dapat semakin mendekatkan diri kepada-Nya, penuh syukur dan sabar dan semoga pula bangsa kita senantiasa dilindungi-Nya dan tetap jaya.
Kepada Bapak, dengan hormat dan penuh doa, saya ucapkan “Selamat Ulang Tahun”. (DTS)
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Hormat saya,
Dr. Ari Hidayat
Pekanbaru
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 859. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.