Bekasi, 18 Juni 1998
Kepada
Yth. Bapak H. Muhammad Soeharto
di Jakarta
TUHAN SEBAIK-BAIK PENOLONG [1]
Ya….. Allah
Janganlah Engkau hukum Bapak H. M. Soeharto dengan beban berat, sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelumnya. Janganlah Engkau pikulkan kepada Bapak H. M. Soeharto apa yang tidak mampu dipikulnya.
Ya….. Allah Beri maaflah Bapak H. M. Soeharto, ampunilah, rahmatilah, Engkaulah sebaik-baik penolong, maka tolonglah Bapak Soeharto dari orang-orang fasik, orang hasad, orang jahil, orang munafik dan orang kafir.
Saran kami untuk Bapak H. M. Soeharto dalam menyikapi situasi dan kondisi saat ini:
- Perbanyak lstighfar pagi, siang, sore dan malam hari.
- Perbanyak Dzikir mengingat kebesaran Allah Swt yang menciptakan manusia
- Perbanyak Sholat Tahajud di malam hari, paling sedikit 40 malam berturut-turut
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh itu telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan” (Al Qur’an: Surat Ali Imron : 185). (DTS)
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Lukman EI Latief
Bekasi Timur
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 1021. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.