Wasiat Kebangsaan Presiden Soeharto (1): Pancasila

Wasiat Kebangsaan Presiden Soeharto (1): Pancasila

Dihimpun Kembali Oleh: Abdul Rohman

 

Masyarakat Pancasila adalah masyarakat yang sosialistis religius. Pancasila menetapkan dua sifat, manusia sebagai individu dan makhluk sosial, tidak dapat dipisahkan. Mono dualistis sifatnya, tidak bisa dipisahkan satu dari yang lainnya—“Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, 1989: 383

***

Masyarakat Pancasila, (masyarakat yang) sosialistis religius, karena religius mengandung sosialisme. Tetapi sosialisme belum tentu religius.—“Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, 1989: 383

***

Ciri-ciri utama (masyarakat pancasila) ialah tidak dapat menyetujui adanya kemelaratan, keterbelakangan, pertentangan, pemerasan, kapitalisme, feodalisme, kediktaturan, kolonialisme dan imperialisme. —“Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, 1989: 228

***

Kapitalisme dititikberatkan pada individu, persaingan bebas. Siapa kuat dialah yang hidup dalam persaingan, ia mematikan usaha orang lain. Sedangkan, sosialisme bertitik tolak dari yang lain (kebersamaan dengan menutup/ membatasi kreativitas individu) —“Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, 1989: 378-383

***

Kapitalisme dan sosialisme secara murni tidak sesuai dengan sifat kodrat hidup manusia. Sifat kodrati manusia yang universal, yang sebenarnya berlaku bagi bangsa manapun —“Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, 1989: 378-383

***

Pancasila itu mementingkan kebersamaan dan individu, dengan percaya kepada adanya Tuhan —“Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, 1989: 378-383

***

Idiologi nasional yang di dukung dan berakar dari jiwa bangsa merupakan modal berharga dan kekuatan terbesar dalam menghadapi ancaman bahaya ––Presiden Soeharto, Pidato Kenegaraan, 16 Agustus 1971

***

Kita memandang Pancasila sebagai wawasan yang menyeluruh dan dinamis. Karena itu pula, kita memandang pembangunan nasional sebagai konsep yang sama, menyeluruh dan dinamis —“Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya

***

Jangan sekali-kali mempertentangkan agama dengan Pancasila, karena kedua-duanya memang tidak bertentangan —Presiden Soeharto, Pidato Kenegaraan, 16 Agustus 1983

***

Kita harus memasyarakatkan Pancasila dan mem-Pancasilakan masyarakat. —Pidato Kenegaraan, 16 Agustus 1976

***

Koreksi total dan pembaharuan yang dilakukan oleh Orde Baru tidak lain daripada untuk meluruskan kembali penyimpangan-penyimpangan dan mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam melaksanakan Pancasila dan UUD’45 —“Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, 1989: 410

***

Sebagai idiologi nasional, Pancasila bukan sekedar cita-cita politik, melainkan merupakan landasan moral (bangsa) —Presiden Soeharto, Sarasehan Kebangsaan, 09-05-1994

***

Tanpa dasar falsafah Pancasila, kita pasti tidak memiliki keteguhan pendirian dan tekad dalam menghadapi usaha-usaha intervensi dari luar ––Presiden Soeharto, Peringatan Lahirnya Pancasila, 1 Juni 1968

***

Pancasila bukan milik seseorang, bukan milik golongan, bukan sekedar penemuan satu orang, melainkan benar-benar mempunyai akar di dalam sejarah dan batinnya seluruh rakyat Indonesia —Presiden Soeharto, Peringatan Lahirnya Pancasila, 1 Juni 1968

***

Suatu bangsa harus mempunyai satu pandangan hidup, falsafah hidup, agar dengan demikian bangsa itu melihat dengan jelas semua persoalan yang dihadapinya dan ke arah mana tujuan hidup yang akan dicapainya —Presiden Soeharto, Peringatan Lahirnya Pancasila, 1 Juni 1968

 ***

Kita wajib mempertahankan Pancasila, sebab Pancasila adalah falsafah negara kita yang telah teruji kebenarannya dan ketepatannya bagi bangsa Indonesia —Presiden Soeharto, Peringatan Lahirnya Pancasila, 1 Juni 1968

***

Pancasila bukanlah filsafat kenegaraan yang kaku, reaksioner dan dogmatis. Pancasila adalah filsafat kenegaraan yang berorientasi ke masa depan, bersifat akomodatif terhadap dinamika, serta mampu mendayagunakan kekuatan yang terkandung dalam kemajemukan masyarakat kita —Presiden Soeharto, Rakor Depdagri & Konsultasi BP-7, 5 Agustus 1993

***

Wasiat saya, sebenarnya bukan wasiat saya sendiri, melainkan wasiat atau pesan kita bersama. Yakni, agar mereka yang sesudah kita benar-benar dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. —Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, 1989:566

***

Yang penting adalah suatu pengelolaan Negara Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 sedemikian rupa sehingga cita-cita perjuangan bangsa kita benar-benar terlaksana dan tercapai dengan sebaik-baiknya. —Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, 1989:566

***

Selama bangsa Indonesia tetap berpegang kepada Pancasila sebagai landasan idiilnya, dan UUD’45 sebagai landasan konstitusinya, (dan tetap setia kepada cita-cita perjuangannya, ialah mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila), dengan sendirinya persatuan dan kesatuan bangsa itu akan bisa terwujud. Berpegang kepada kedua hal itu, cita-cita perjuangan sebagai bangsa yang tetap ingin merdeka, berdaulat, bisa hidup dalam kemakmuran dan keadilan, niscaya akan tercapai! —Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, 1989:567

 

 

 

Satu pemikiran pada “Wasiat Kebangsaan Presiden Soeharto (1): Pancasila

  1. Makasih Bapak HM Soeharto atas jasa Bapak selama jadi Presiden RI. Banyak jasa yang Bapak berikan pada NKRI tercinta ini

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.