BINTANG MAHAPUTRA UNTUK EMPAT PUTRA TERBAIK
Almarhum Moh. Roem, Roosseno, Baiquni, Katili
“Saya merasa bahagia memperoleh anugerah ini. Tapi saya sama sekali tidak mengira sebelumnya, kalau saya akan dihargai pemerintah dengan mendapat Bintang Mahaputra.
Sebab saya ini selalu omong keras,” demikian Prof. Dr. Ir. Roosseno Suryo Hadikoesoemo ketika ditanya pers seusai menerima anugerah Bintang Mahaputra Utama (Mahaputra kelas III) di Istana Negara, Rabu pagi.
Empat putra Indonesia, memperoleh anugerah Bintang Mahaputra dari pemerintah, “Atas kesetiaan dan jasa-jasa mereka yang luar biasa kepada nusa dan bangsa”.
Penyematan bintang dilakukan oleh Presiden Soeharto. Hadir dalam upacara itu Ny Tien Soeharto, Wakil Presiden dan Ny Karlinah Umar Wirahadikusumah, pimpinan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, para menteri Kabinet Pembangunan serta para pejabat tinggi sipil dan militer.
Bekas Menteri Luar Negeri almarhum Mr Mohamad Roem menerima anugerah Bintang Mahaputra Adipradana (Mahaputra kelas II). Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Indonesia Prof. Roosseno, Suryo Hadikoesoemo, bekas Dirjen Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) Prof. A. Baiquni MSc.PhD serta Dirjen Geologi dan Sumberdaya Mineral Prof. Dr JA Katili memperoleh Bintang Mahaputra Utama.
Anugerah untuk almarhum Mohamad Roem diterima oleh janda almarhum Ny.Markisah Dahlia Roem. Karena usianya yang sudah lanjut (75 tahun), Ny.Markisah mengikuti upacara dengan duduk di kursi di samping para penerima anugerah lainnya.
Panglima ABRI Jenderal LB Moerdani sebelum upacara dimulai, berbincang-bincang sejenak dengan janda almarhum Mohamad Roem itu. Kemudian bergambar bersama disertai anggota keluarga lainnya.
Senang Sekali
“Saya senang sekali menerima penghargaan ini, dan bersyukur saya masih bisa mengalami anugerah ini yang sebetulnya harus bapak yang terima. Tapi saya merasa, meskipun bapak tidak ada lagi, tapi bapak juga pasti akan merasa bersyukur untuk itu,” ujar Ny. Roem memberikan kesannya.
Matanya berkedipkedip menahan haru. “Bapak harus selalu berpisah dengan keluarga meskipun demikian kami rela. Karena kami yakin, apa yang ia lakukan adalah untuk negara dan bangsa …”
Dari Deplu Pejambon, Menlu Mochtar Kusumaatmadja juga merasa perlu memberikan komentar khusus. Dikatakan, setiap orang yang mempelajari dan mengikuti sejarah perjuangan diplomatik RI untuk mendapatkan pengakuan kemerdekaan yang diproklamirkan tanggal 17 Agustus 1945, nama Mohamad Roem tidak asing lagi.
Almarhum selalu ikut dalam setiap perundingan dengan Belanda untuk memperoleh pengakuan itu. Sebagai anggota delegasi, bahkan pernah sebagai ketua Perundingan Linggarjati, perundingan Renville, perundingan Roem van Royen dan Konferensi Meja Bundar. Hanya perundingan di Hooge Veluwe saja ia tidak ikut.
“Dalam pergaulan antar bangsa sepanjang sejarah, selalu terdapat perbedaan, perselisihan, persaingan dan permusuhan. Perselisihan dan perbedaan itu sering pula dicari penyelesaiannya melalui peperangan. Tetapi tidak selamanya negara yang memenangkan peperangan itu, memenangkan perdamaian sesudahnya. Setelah peperangan berakhir, masih diperlukan perundingan-perundingan selanjutnya,” kata Mochtar.
Dijelaskan, tiap negara memerlukan pahlawan-pahlawan yang, berjuang dengan, senjata di medan peperangan. Tetapi juga diperlukan pula pahlawan-pahlawan yang bersenjatakan kecerdasan, pengetahuan, kelincahan, ketabahan, ketekunan, kesabaran dan kebijaksanaan yang berjuang di meja perundingan untuk memenangkan perdamaian.
Santai
Selesai acara resmi, para penerima anugerah kemudian beramah-tamah dengan Presiden dan Nyonya Tien Soeharto serta Wakil Presiden dan Nyonya Karlinah Umar Wirahadikusumah. Dialog berlangsung santai, sampai-sampai Presiden Soeharto suatu ketika tertawa besar terbahak-bahak.
“Pak Harto bilang, kalau sudah jadi presiden tidak bisa keluyuran lagi seperti pak Roosseno,” tutur Prof. Roosseno kepada para wartawan, mengenai pasal pembicaraan sampai Pak Harto tertawa terbahak-bahak.
“Ohhh…jadi pak Roosseno memang biasa keluyuran,” seorang wartawan balik bertanya kepada Prof. Roosseno.
“Yaaa… saya memang senang keluyuran, tapi tidak mampir,” jawab Roosseno.
“Mampir di mana pak,” ujar seorang wartawan lagi yang dijawab Prof. Roosseno, “Jangan tanya yang lebih mendalam to.”
Semua yang mendengar lalu tertawa terbahak-bahak, termasuk anak-anak dan keluarga Roosseno sendiri.
Karya Banyak Orang
Sementara Prof. Dr. JA Katili mengomentari penghargaan yang diterirnanya hanya berkata, menerima penghargaan tentu merupakan suatu kegembiraan.
Tetapi di lain pihak harus dipikirkan pula bahwa semua hasil karya yang dikerjakannya, apakah itu ide, konsep dan sebagainya, sebetulnya merupakan karya banyak orang.
“Karena itu penghargaan ini juga merupakan penghargaan bagi orang-orang lain. Khususnya orang-orang di laboratorium yang tidak pernah menonjol,” demikian Katili.
Prof. Katili dinilai pemerintah telah berjasa di bidang sumber daya alam. Antara lain di bidang pertambangan lepas pantai sehingga Indonesia saat ini menghasilkan sekitar 30 persen dari seluruh produksinya dari lepas pantai.
Prof. Baiquni di bidang atom dan peletakkan program nuklir yang bermutu tinggi dan fundamental bagi kejayaan bangsa dan negara. Prof. Rosseno dinilai berjasa luar biasa di bidang teknik dan konstruksi.
Sedangkan Mr. Mohamad Roem dinilai berjasa dalam perjuangan diplomasi membela kemerdekaan dan kedaulatan pada tahun-tahun pertama RI, maupun dalam masa-masa selanjutnya mengisi kemerdekaan. (RA)
…
Jakarta, Kompas
Sumber : KOMPAS (16/08/1984)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 973-975.