OBAT – OBATAN JANGAN DIPANDANG BARANG DAGANGAN SEMATA

OBAT – OBATAN JANGAN DIPANDANG BARANG DAGANGAN SEMATA

PRESIDEN SOEHARTO mengingatkan para ahli farmasi, pihak apotik dan masyarakat akan penyalahgunaan obat-obatan yang dapat berakibat fatal bagi manusia dan obat-obatan jangan dipandang semata-mata sebagai barang dagangan.

Ketika meresmikan Pembukaan Kongres ke-11 Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) di istana Negara, Jakarta, Kamis pagi, Kepala Negara menyatakan bahwa dalam menangani masalah obat-obatan yang dapat membawa pengaruh yang sangat luas bagi masyarakat, pemerintah tidak mungkin melakukannya sendiri.

Masyarakat sendiri, terutama masyarakat farmasi kesehatan dan farmasi, kata Presiden harus ikut menjaga agar fungsi obat-obatan tetap tertuju pada kesehatan dan kebaikan manusia.

"Ini merupakan salah satu tugas ISFI yang merupakan wadah dari semua eksponen yang memiliki ilmu dan profesi di bidang farmasi," kata presiden.

Oleh karena itu presiden menyatakan peranan ahli farmasi semakin penting karena di samping mengandung khasiat memberantas penyakit, obat-obatan juga mengandung berbagai kerawanan jika disalahgunakan atau digunakan secara salah.

Dalam usaha mengembalikan fungsi obat-obatan pada arah yang benar, pemerintah telah menggariskan kebijaksanaan di bidang usaha apotik yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980.

Presiden menyatakan, kebijaksanaan itu merupakan bagian dari usaha pemerintah untuk meratakan dan memperluas pelayanan kesehatan kepada masyarakat, di samping untuk melindungi masyarakat terhadap penggunaan obat yang salah dan penyalahgunaan obat-obatan.

Dengan penempatan para sarjana farmasi pada pengelolaan apotik, diharapkan penyerahan obat kepada masyarakat benar-benar disertai tanggung-jawab profesional untuk meringankan beban penderita sakit dan demi keselamatan jiwa manusia.

Dengan kebijaksanaan itu, profesi farmasi dikembalikan kepada martabatnya yang luhur, mendahulukan kepentingan umum dan kemanusiaan, kata Presiden.

Presiden meminta agar kebijaksanaan ini dianggap sebagai tanggung jawab bersama semua pihak agar fungsi obat-obatan jangan sampai merosot kembali seperti masa silam, hanya dianggap semata-mata sebagai barang dagangan, lebih-lebih jika digunakan untuk mengambil keuntungan yang tidak bertanggung jawab.

Oleh karena itu presiden mengharapkan para ahli farmasi dalam kongres ini memberi sumbangan mengenai pembangunan nasional, khususnya pembangunan di bidang kesehatan dan farmasi.

Sasaran Peningkatan Kesehatan

Presiden mengemukakan pula, sesuai azas pemerataan, perhatian utama perlu dicurahkan pada peningkatan taraf kesehatan lapisan terbesar masyarakat, terutama yang berpenghasilan rendah, baik di kota maupun di daerah-daerah pedesaan.

Di samping pangan, sandang, perumahan, pendidikan dan kesempatan kerja, kesehatan merupakan pula salah satu kebutuhan dasar manusia.

Oleh karena itu Presiden menekankan perlunya usaha meningkatkan derajat kesehatan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan dengan sekuat tenaga serta pikiran yang bulat.

Selain itu disebutkan pula, Undang-Undang Dasar mengamanatkan bahwa. salah satu tujuan kemerdekaan adalah memajukan kesejahteraan umum.

Dari berbagai unsur yang diperlukan untuk memajukan kesejahteraan umum, derajat kesehatan merupakan salah satu unsur yang penting.

Karena itu, kata Presiden, keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang sedang giat-giatnya dilakukan bangsa Indonesia sekarang ini antara lain dapat diukur dari keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan.

Kongres ISFI yang bertema "Pemantapan Pengabdian Sarjana Farmasi Dalam Pembangunan di Bidang Kesehatan" ini akan berlangsung selama tiga hari sampai 22 Januari mendatang di Hotel Indonesia, Jakarta.

Kongres ini akan dihadiri 1.000 perutusan terdiri dari para ahli farmasi dari berbagai bidang profesi farmasi yang datang dari 22 cabang ISFI di seluruh Indonesia. (RA)

Jakarta, Merdeka

Sumber : MERDEKA (21/01/1983)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 397-398.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.