PRESIDEN TERIMA MENTERI DIKBUD
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nugroho Notosusanto menegaskan rencana peleburan jurusan IPA dan IPS di sekolah menengah tingkat atas adalah untuk menghilangkan diskriminasi di antara murid-murid sekolah tersebut.
Dalam menanggapi pertanyaan wartawan selesai diterima Presiden Soeharto di Bina Graha, Senin, menteri mengatakan, dengan adanya jurusan-jurusan seperti IPA, IPS itu ada siswa-siswa yang merasa bahwa mereka termasuk orang yang "super" atau kelas satu jika masuk jururusan IPA dan termasuk orang kelas dua, jika masuk IPS dan masuk kelas tiga jika masuk jurusan bahasa.
Perasaan diskriminasi di antara siswa-siswa ini yang hendak dihilangkan karena kurang baik, ujar menteri. Ia menambahkan adalah tidak baik sejak kecil anak-anak sudah dibeda-bedakan.
Menteri mengatakan, dengan sistem baru nanti yang serupa dengan sistem kredit semester di perguruan tinggi diharapkan diskriminasi-diskriminasi dapat di hilangkan.
Selain itu, seorang siswa dapat menyelesaikan SMA-nya dalam waktu dua tahun kalau ia pintar dan memenuhi kreditnya.
Dengan sistem baru itu seorang siswa dapat memilih mata pelajaran atau kurikulum yang disukainya, kata Nugroho.
Ketika ditanya wartawan, menteri membenarkan sistem baru itu memang system yang baru pertama kali nanti diterapkan.
Ada yang santai, ada yang kenceng
Mengenai pertanyaan wartawan yang menanyakan bahwa setiap ganti menteri selalu ganti kebijaksanaan, menteri menegaskan, tiap menteri baru melanjutkan kebijaksanaan menteri yang sebelumnya.
"Tetapi memang kebijaksanaan itu perlu disempurnakan, tidak ada yang diganti sistemnya. Kurikulum itu tidak berubah, coba lihat saja dalam seratus tahun belakangan ini", kata Nugroho.
Namun ia membenarkan yang berobah itu kebijaksanaannya karena sudah ditetapkan oleh GBHN, melainkan gaya dari menteri yang bersangkutan .
"Ada yang santai, ada yang stel kenceng", ujarnya.
Mengenai sistem kredit semester untuk sekolah-sekolah menengah atas ia menambahkan bahwa dengan sistem itu banyak pilihan bagi siswa-siswa.
Ibarat masuk dalam sebuah toko banyak pilihan yang bisa diambil tidak seperti sistem sebelumnya yang hanya tiga pilihan, katanya.
Mengenai bimbingan test, menteri mengatakan tidak akan mengeluarkan larangan, karena menurut keyakinannya bimbingan test itu akan hilang dengan sendirinya.
Menteri mengatakan, bimbingan test itu menurut para ahli psikologi merupakan semacam "cuci otak" (brain washing). Siswa hanya dapat menerima pelajaran untuk beberapa bulan setelah itu lupa.
Mengenai kekurangan guru, menteri mengatakan hal itu relatif, sebab ada daerah yang kelebihan guru tetapi ada pula daerah yang kekurangan tenaga guru.
Penempatan guru di suatu daerah menghadapi berbagai hambatan antara lain faktor budaya setempat, katanya.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang mengelola lebih kurang 40 juta anak sekolah (SD sampai perguruan tinggi) memang memerlukan sekolah-sekolah kejuruan ini sesuai dengan GBHN, demikian Menteri P dan K.
Ini adalah pertama kali Nugroho memberikan keterangan pers di Bina Graha, sejak ia dilantik menjadi menteri pada Kabinet Pembangunan IV. Kepada presiden ia melaporkan hasil kunjungannya keluar negeri baru-baru ini. (RA)
…
Jakarta, Antara
Sumber : ANTARA (28/11/1983)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 395-396.