PENDIDIKAN SEKOLAH KEJURUAN PERLU DIBERI PERHATIAN
Presiden Buka Rakernas P dan K
Kebutuhan akan tenaga-tenaga menengah dalam tahapan pembangunan sekarang dan selanjutnya terus meningkat, karena itu pendidikan sekolah kejuruan perlu benar-benar mendapat perhatian, Presiden Soeharto menegaskan di Bina Graha hari ini membuka Rapat Kerja Nasional Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Peserta Rakernas yang berjumlah 288 orang itu terdiri dari para rektor, coordinator perguruan tinggi swasta dan kepala kantor wilayah. Mereka dipimpin oleh Menteri P dan K Nugroho Notosusanto.
Rakernas yang dibuka oleh Presiden Soeharto itu akan berlangsung hingga tanggal 9 Juni mendatang membahas pelaksanaan-pelaksanaan tahun terakhir Repelita II sekaligus mempersiapkan penyusunan Repelita IV.
Presiden mengingatkan bahwa pembangunan pada masa-masa mendatang akan mengalami berbagai kesulitan, bila tenaga-tenaga menengah yang terdidik baik dan terampil tidak dapat disiapkan.
Selanjutnya Kepala Negara minta, agar minat generasi muda secara sistematis diarahkan kepada pendidikan kejuruan.
”Jangan sampai terjadi kita menghasilkan tenaga-tenaga terdidik yang jenis dan jumlahnya jauh menyimpang dari kebutuhan pembangunan kita. Sebab, hal ini kecuali merupakan pemborosan dana pembangunan yang telah dengan susah payah kita dapatkan juga akan mempersulit pembangunan itu sendiri," tandas Presiden.
Hal penting lainnya yang dimintakan perhatian oleh Kepala Negara adalah pelaksanaan wajib belajar bagi anak-anak usia 7-12 tahun. Sebab pelaksanaan wajib belajar tersebut sudah harus mulai dilaksanakan tahun depan.
Sentral
Dikatakan bahwa pendidikan dan kebudayaan memegang peranan sentral dalam pembangunan masyarakat Indonesia. Sebab, kecerdasan dan kemampuan bahkan juga watak bangsa di masa mendatang akan banyak ditentukan oleh pendidikan yang diberikan kepada anak-anak bangsa sekarang.
"Karena itu, dalam zaman pembangunan sekarang ini salah satu tugas pokok kita adalah meningkatkan kecerdasan dan memperkuat watak bangsa, agar kita mampu tumbuh menjadi bangsa yang maju dan berbudaya, kuat dan terhormat," tegasnya.
Menurut Presiden, bangsa yang terdidik hanya akan tumbuh dari bangsa yang berhasil mendidik anak-anak bangsanya sendiri dan kemajuan suatu bangsa akan ditentukan oleh tingkat pendidikannya.
Ditegaskan bahwa sumber dan kekayaan alam yang terkandung oleh bumi pertiwi hanyalah merupakan kemungkinan dan potensi. Alam tidak dengan sendirinya merobah kemungkinan menjadi kenyataan.
"Kemungkinan akan berobah menjadi kenyataan yang berguna hanya dengan usaha manusia secara sadar, ialah dengan kemampuannya untuk berpikir dan kesanggupannya untuk berbuat. Kemampuan berpikir dan kesanggupan berbuat dapat dibina melalui perkembangan kecerdasan," tutur Kepala Negara.
Melalui proses pendidikan sejak taman kanak-kanak hingga ke perguruan tinggi harus dicegah kemungkinan adanya pewarisan sikap dan perbuatan, yang sadar atau tidak, dapat mempertajam pertentangan dan kecurigaan diantara kita karena adanya perbedaan tingkat sosial, perbedaan agama, perbedaan suku maupun perbedaan paham politik, demikian Presiden Soeharto. (RA)
…
Jakarta, Merdeka
Sumber : MERDEKA (15/05/1983)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 393-394.