PARA DUBES DIMINTA AKTIF PERLUAS PEMASARAN BARANG2 EKSPOR
Presiden Lantik 6 Dubes Baru
Presiden Soeharto mengingatkan kepada semua Dubes Rl dan seluruh stafnya tentang perlunya keuletan, kelincahan gerak dan ketekunan bekerja, dengan dilandasi keyakinan perjuangan serta kemampuan berdiplomasi yang aktif dan dinamis.
Pesan tersebut disampaikan ketika melantik enam Dubes RI yang baru, Sabtu di Istana Negara. Keenam Dubes itu masing-masing, Mayjen Pol (purn) Hardiman Sastrapuspita untuk Vatikan, R. Moh Sidik Kusumaatmadja untuk Suriname, Laksamana Muda R. Mujono Purbonegoro untuk Pilipina, H.A. Hidayat Kusumanegara untuk Venezuela, Trinidad dan Tobago, Drs. Sumadi untuk Meksiko merangkap Kuba dan Panama serta Drs. Soepari Tjokrohartono untuk Republik Demokrasi Korea.
Diingatkan bahwa pembangunan industri di dalam negeri perlu terus ditingkatkan supaya dalam jangka panjang mencapai struktur ekonomi yang seimbang antara kemajuan industri dan pertanian. Untuk itu setiap dubes RI harus aktif berusaha memperluas pemasaran barang-barang ekspor Indonesia.
Usaha seperti itu bukan saja penting untuk meningkatkan penerimaan devisa yang sangat diperlukan tetapi juga mendorong majunya pembangunan industri yang pada gilirannya akan mendorong kemajuan bidang lainnya.
"Tentu hal ini mempakan tugas yang tidak ringan tetapi harus dapat dihadapi dan diatasi," kata Presiden Soeharto.
Menumt Kepala Negara, perjuangan jaman dulu berbeda dengan sekarang. Kalau dulu hanya untuk memperoleh kedaulatan politik saja tapi sekarang dalam alam kemerdekaan rakyat harus dapat hidup maju, sejahtera, makmur dan merata dalam masyarakat Pancasila yang lestari.
Karenanya, tidak adajalan lain kecuali harus membangun. Tentu pembangunan itu mempakan perjuangan berat, bahkan mungkin lebih berat dari perjuangan merebut kemerdekaan. Lebih-lebih dalam situasi dunia yang tidak menentu seperti saat ini.
Bebas aktif
Pada awal sambutannya, Presiden menegaskan kembali tentang sikap tegas bangsa ini yang anti penjajahan dan politik luar negeri yang bebas aktif sebagai dasar pokok politik luar negeri sejak kemerdekaan nasional 1945.
Sikap dasar itu pula yang akan terus dilaksanakan di waktu mendatang, karena memang paling tepat untuk memantapkan kemerdekaan dan perdamaian dunia.
Hal itu diungkapkan kembali mengingat bangsa ini telah lebih tiga abad mengalami penindasan kekuasaan penjajah. Sebagai bangsa yang merasakan langsung kehinaan hidup di bawah penjajah, Indonesia lahir dan tumbuh menjadi bangsa yang menjunjung tinggi kemerdekaan.
”Itulah sebabnya kita secara konsekuen anti penjajahan dan politik luar negeri yang bebas aktiflah yang paling cocok" ujarnya.
Diakui sekarang penjajahan yang kejam tinggal sisa-sisanya dan tidak mungkin bertahan lagi. Tetapi kedaulatan nasional bangsa-bangsa kini dapat menghadapi ancaman dan ujian baru yang datang dari perebutan pengaruh antara kekuatan besar dunia.
Pergolakan dan ketegangan saat ini juga melanda berbagai dunia yang sewaktuÂwaktu dapat mengobarkan api peperangan yang lebih dahsyat. Pangkal sumbernya adalah perebutan pengaruh kekuatan besar dunia tadi. Demikian Presiden Soeharto. (RA)
…
Jakarta, Suara Karya
Sumber : SUARA KARYA (23/04/1984)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 592-593.