PERANAN AMANAT PRESIDEN
Tajuk Rencana
Di depan para peserta rapat kerja Departemen Penerangan, Presiden Soeharto kembali mengemukakan pokok-pokok pikiran tentang fungsi penerangan yang amat pas.
Seluruh jajaran Departemen Penerangan agar selalu sigap dan siap memberatkan penerangan tentang duduknya perkara dan tidak menunggu suatu masalah sampai berkepanjangan simpang siur.
Penjelasan tentang duduknya perkara diberikan pada semua tingkat nasional, daerah, masyarakat desa. Penerangan tidak sepihak, melainkan suatu komunikasi sosial. Masyarakat, komunitas-komunitas dalam masyarakat didengarkan pendapatnya, sehingga mereka juga merasa didengarkan dan diikutsertakan.
Jelaskan terus yang sudah dapat dilakukan sekarang untuk Kesejahteraan bagaimana rencana masa depan.
DALAM kesempatan lain, juga akhir-akhir ini, berulangkali Kepala Negara mengemukakan gagasan-gagasan yang menurut pendapat kita dirasakan pas oleh masyarakat.
Gagasan-gagasan yang mengisyaratkan adanya "sambung rasa", hubungan rasa antara Kepala Negara dengan masyarakat luas.
Di antaranya, penegasan, bahwa dalam Repelita IV, keadilan dan rasa keadilan harus semakin diwujudkan.
APABILA penegasan gagasan-gagasan pokok itu dibandingkan dengar berbagai keadaan yang dikeluhkan oleh masyarakat, timbullah pertanyaan, apa sebenarnya peranan amanat Kepala Negara.
Dengan sendirinya, adalah pedoman pokok kebijakan seluruh pemerintah, departemen yang bersangkutan dan semua aparatur. Dengan sendirinya, harus dikaji, didalami, dimengerti, dijabarkan menjadi kebijakan departemendepartemen yang bersangkutan.
Kita tahu, apa yang dianggap "dengan sendirinya", sudah seharusnya begitu, acap kali justru dapat kehilangan makna yang sebenarnya. Karena dipandang sudah dengan sendirinya, segala sesuatu menjadi rutin dan ditangkap secara rutin pula.
Jika suatu amanatjatuh ke suatu pola sikap rutin, yang berlangsung adalah persaingan antara sikap rutin dan unsur barn dalam amanat. Dalam keadaan itu, yang akan lebih kuat dan akhirnya berlakulah sikap rutin.
Karena memahami proses itu, dalam kesempatan ini dengan sengaja kita merangsang pikiran tentang hal yang dipandang sudah dengan sendirinya. Kita menggugat, agar fungsi amanat Presiden setiap kali ditangkap dengan kesadaran baru dan tanggapan kreatif serta tindak lanjut.
KITA melihat tahap-tahap berikut. Pertama, amanat Kepala Negara dikaji benar, tidak sekedar dicantumkan dalam keputusan rapat kerja sebagai konsiderans formal.
Dibandingkan pokok-pokok gagasan Presiden dengan pokok kebijakan departemen-departemen yang bersangkutan: apa sudah sesuai, apakah klop sikap dasar, semangat dan orientasinya.
Amanat itu kemudian dirumuskan lebih Ianjut sebagai program kerja untuk departemennya. Namanya program kerja harus disertai tindak Ianjut dan ukuranukuran menilai dan mengawasi berhasil atau tidak.
DALAM bidan sosial ekonomi, kita memperoleh kesan segala amanat dan petunjuk Presiden menjadi pembicaraan panjang lebar dan mendalam lalu dirumuskan dalam kebijakan dan program.
Juga dalam bidang sosial politik, amanat-amanat Presiden dibicarakan oleh forum para menteri dan para pejabat yang bertanggung jawab atas bidang tersebut.
Kiranya pembicaraan dan pembahasan itu juga perlu mendalam, mencakup dan disertai rumusan kebijakan dan tindak lanjut. Demikian pula dalam bidang-bidang sosial budaya, pertahanan keamanan dan semua bidang pemerintahan dan pembangunan.
KITA juga percaya prosedur dan proses itu niscaya sudah ada dan telah berjalan selama ini. Jika masalah ini diangkat, seperti dikatakan sebelumnya, kita sekedar akan memintakan perhatian baru, kesadaran baru dan pemahaman yang selalu kreatif.
Menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan memerlukan masukan. Masukan dari atas bagi para menteri dan pejabat lain ialah dari Presiden. Sedangkan masukan dari bawah dan dari samping ialah dari masyarakat dan dari lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Masukan itu setiap kali harus menjadi acuan kebijaksanaan dan sekaligus salah satu tolok ukur penilaian. Barulah apa yang disebut pemerintahan dernokrasi Pancasila berlangsung menurut rel dan semangatnya.
KITA juga menginginkan, agar arnanat, sarnbutan, petunjuk yang begitu pas dengan perasaan yang hidup dikalangan masyarakat luas, jangan sampai setiap kali hilang begitu saja. (RA)
…
Jakarta, Kompas
Sumber : KOMPAS (26/04/1984)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 595-597.