SENAWANGI AGAR IKUT KEMBANGKAN UPAYA PEMERINTAHAN DALAM PEMBANGUNAN
Presiden Soeharto mengharapkan agar Sekretaris Nasional Pewayangan Indonesia (Senawangi) ikut mengembangkan upaya pemerintah dalam pembangunan nasional mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Hal ini dinyatakan oleh Presiden, Kamis pagi kemarin ketika menerima para pengurus Senawangi masa bakti 1983/1988 yang dipimpin oleh Ketua Umumnya, Ir. Soehartoyo. Juga turut hadir dalam kesempatan itu, Ketua Dewan Kebijaksanaan Senawangi Soedjarwo dan sesepuh Senawangi, Surono.
Harapan Presiden tersebut, kata Ir. Soehartoyo, memang sesuai dengan dunia pewayangan Indonesia, yang antara lain untuk memperkuat ketahanan bangsa.
Dalam menuju ke zaman modernisasi sekarang ini, jangan sampai kita tergelincir kepada kebendaan dan kita perlu menjaga adanya keseimbangan antara kehidupan lahir dan bathin, antara materiil dan antara dunia dan akhirat.
Selain lapor dan memperkenalkan anggota pengurus Senawangi masa bakti 1983/1984. Para pengurus juga lapor kegiatan yang akan dilakukan antara lain akan adanya sidang Dewan Kebijaksanaan, suatu Dewan yang berkedudukan di atas pengurus harian Senawangi.
Dewan itu terdiri dari 52 orang anggota terdiri dari tokoh pewayangan dari seluruh Indonesia yang diketuai oleh Seodjarwo, yang kini menjabat Menteri Kehutanan Rl. Sidang itu akan diselenggarakan di Jakarta bulan Juli yang akan datang.
Penerbitan
Pengurus harian juga lapor tentang terbatasnya dana, khususnya untuk penerbitan. Ketua Pelaksana Senowangi, Soepartono Brotosoehendro, antara lain menerangkan, bantuan Presiden sebanyak Rp.1 juta per bulan selama ini untuk pembiayaan rutin saja kurang memadai.
Oleh sebab pembiayaan untuk penerbitan "Warta Wayang" tidak ada. Majalah buat informasi dan komunikasi para dalang dan para peminat pewayangan itu, semula diterbitkan sebulan sekali. Kemudian menjadi tiga bulan sekali. Tetapi setelah berjalan dua tahun, tidak terbit lagi.
Dalam kesempatan itu, Presiden memberi tambahan bantuan doa, khususnya untuk penerbitan selanjutnya. Drs. Ny. Astuti Hendroto, yang bertanggung jawab dalam bidang penerbitan, kepada para wartawan antara lain menerangkan bahwa dalam waktu-waktu mendatang, akan diterbitkan buku-buku bergambar sekitar dunia pewayangan dalam bahasa Indonesia.
Ia menambahkan, buku-buku bergambar pewayangan tersebut dirasa sangat penting, khususnya bagi mendidik moral Pancasila bagi generasi muda, selain untuk gemar membaca pada anak-anak sejak usia dini.
Diharapkan dalam buku tersebut mampu menggali butir-butir Pancasila yang banyak terdapat dalam cerita-cerita pewayangan. Dra. Astuti yang juga bekerja di Balai Pustaka itu.
Atas pertanyaan wartawan, Ir. Soehartojo menegaskan, bahwa masa depan dunia pewayangan cukup baik. Hal itu dapat dilihat setiap ada pagelaran wayang cukup baik.
Hal ini dapat dilihat setiap ada pagelaran wayang purwa atau wayang golek, baik di kota-kota kecil maupun di kotakota besar seperti di Jakarta. Dikatakan, setiap ada pagelaran wayang purwa di Jakarta, ternyata banyak pengunjungnya dari kalangan generasi muda.
Sementara itu, Surono sesepuh Senawangi yang juga menjabat sebagai Menko Polkam RI itu menambahkan, bahwa para dalang dari generasi muda pun cukup banyak, tidak saja dari kalangan pria tetapi juga dari golongan wanita. Bahkan di daerah terdapat juga dalang bocah, dalang wayang purwa dari keturunan cina bernama Lie Yang Ho, berusia 23 tahun. Direncanakan ia akan mengadakan pagelaran wayang purwa di Jakarta bulan Juli mendatang.
Surono menegaskan, kalau kita berbicara soal wayang janganlah kita hanya terpaku kepada kebudayaan Jawa, sebab di berbagai daerah di Indonesia juga terdapat kesenian wayang. Jadi sifatnya sudah nasional.
Sebagai contoh disebutkan ada kesenian si-gale-gale, semacam wayang dari Sumatera Utara, randai dari Sumatera Barat, juga kita temui kesenian semacam di Sumatera Selatan.
Dikatakan, dalam waktu dekat, Indonesia juga akan mengikuti festival wayang internasional yang diselenggarakan di London Inggris. (RA)
…
Jakarta, Berita Buana
Sumber : BERITA BUANA (04/05/1984)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 597-599.